Hallo gan, post pertama di sub forum ini, ane ijin nulis tentang kisah silat ya. Mudah-mudahan tidak OOT di sub forum ini, karena setau ane:
Quote:
Tempat memajang cerita karya Kaskuser.
SFTH adalah tempat memposting apapun tentang kehidupan dan karya kalian, baik cerpen, cerbung, cerpan dsb , baik fiksi , non fiksi.
yang mana ane pikir, di sinilah sub forum yang tepat ane bisa majang ini cerita. Tapi kalau salah forum, mohon maaf keun, iklas didelete.
Anway, this story is dedicated to my old friend, Trisnawan. Sekedar ingin melunasi hutang yang hampir sepuluh tahun, bisa dibilang ini Story From The Heart.
*****
BAB 1: KLAN KOBRA
Quote:
"Pelayan! Mana makanannya?! Cepat!" Seorang pria menggebrak meja dengan tangannya. Ia tak sabar karena pesanannya belum datang juga. Padahal baru 10 menit berselang.
"I... Ini tuan... Maaf sudah membuat Anda lama menunggu." Dengan sedikit ketakutan, seorang pelayan wanita meletakan bakul berisi nasi, ayam bakar, sambal, pisang, dan kendi air minum di meja pria itu.
"Puuiiiihhh! Makanan macam apa ini?! Busuk!" Pria itu meludah, memuntahkan sesuap makanan yang baru saja ia kunyah.
“Brakkk!!!!!” Ia menendang meja hingga meja itu terjungkir balik. Suana warung pun berubah menjadi tegang.
Ia lalu menarik pelayan wanita itu, merobek kembennya, dan menggunakannya layaknya tisu untuk membersihkan mulutnya. Sang pelayan wanita berteriak, tertunduk menutupi badannya sambil menangis.
Si pria itu pun lalu melangkah keluar. Badannya yang tinggi tegap dan tatapannya yang tajam membuat orang-orang di tempat itu enggan berurusan dengan pria ini. Belum lagi, di luar restoran sudah ada 2 orang berbadan kekar membawa tombak golok yang menunggunya. Mereka mengawal kemanapun ia pergi.
Afwan yang baru pulang menambang melihat kejadian itu, ia geram melihat apa yang diperbuat pria itu pada warung ayahnya. Tapi apa daya, melawan pria itu sendirian sama halnya bunuh diri.
Belum lagi apa yang akan terjadi dengan keluarganya nanti? Sudah cukup ayahnya menderita kehilangan kakak kandungnya. Ia tak ingin mencari perkara dengan pria itu, bisa-bisa keluarganya malah akan menjadi korban keganasanya.
Afwan hanya bisa menahan diri. Tapi di dalam hatinya, sungguh berjuta kata kata makian dan umpatan ditujukan kepada pria itu.
*****
Quote:
Di tempat lain, tak jauh dari warung Afwan, Tris yang juga bekerja sebagai penambang baru pulang juga. Ia tinggal bersama adiknya, Ima.
“Ma, aku keluar dulu, biasa ngumpul sama anak-anak di kedai Kong Ahong." Tris yang selesai membersihkan diri, pamit pergi.
“Iya bang” Ima yang sedang sibuk menyalakan lampu minyak teplok menyaut perkataan Tris.
*****
Quote:
Di tempat Kong Ahong, seperti biasa pemuda pemudi desa saling bercengkrama, menggosip, maupun hanya sekedar mengisi waktu luang.
"Sialan! Apa yang sudah Kobra lakukan sudah tak bisa dibiarkan! Lihat?! Bagaimana ia seenaknya berlaku dan melecehkan karyawan di warung bapakku!" Geram Afwan sambil memukul meja.
"Benar! Belum lagi kelakuan adiknya yang sungguh sangat keterlaluan!" Sabar menambahkan.
"Ayo kita kumpulkan warga untuk memberi mereka pelajaran!" Sahut Salam.
"Setuju!" Seru Afwan dan Sabar.
"Memberi pelajaran kepada mereka? Gila kalian! Satu murid Kobra saja bisa mengalahkan kalian bertiga!" Tris balik menyeru.
"Pengecut kau tris!" Seru Afwan. Sabar dan Salam memberi isyarat setuju dengan apa yang dikatakannya.
"Sudah, untuk urusan dengan Kobra, kita serahkan saja kepada kepala desa. Biarkan ia nanti yang berbicara keluhan warga kepada Kobra."
"Ke pejabat tak becus itu? Hah?!" Afwan menyahut. "Buang-buang waktu! Coba hitung, sudah berapa kali kau mencoba menemuinya dengan tujuan yang sama? Apa sudah ada hasil?!"
"Sejujurnya, aku curiga jika kepala desa itu bersekongkol dengan Kobra. Kau, kau, dan kau sendiri Tris pun berpikir hal yang sama kan?" Afwan menunjuk teman-temannya. Sabar dan Salam mengangguk. Tris sendiri hanya terdiam.
"Ya sudah, besok biar aku sendiri yang akan mencoba berbicara dengan Kobra.” Tris menyahut. “Mengertilah, aku hanya tidak ingin ada pertikaian antara kita dengan mereka. Coba bayangkan berapa korban yang akan berjatuhan jika seandainya itu terjadi?” Tris mencoba meyakinkan teman-temannya.
Afwan, Sabar, dan Salam seperti kurang puas dengan jawaban Tris. Tapi mereka juga sadar apa yang diomongkan Tris ada benarnya.
*****
Quote:
Betapa ngerinya Kobra. Ia dan klannya terkenal sebagai pembantai perguruan silat. Sudah puluhan perguruan silat yang sudah ia bumi hanguskan. Murid-murid sisa-sisa perguruan silat yang dibantai ia jadikan budak. Apabila melawan, tak segan-segan mereka akan dibunuh.
Belum lagi ia mendapatkan perlakukan istimewa dari pemerintah untuk mengelola tambang emas yang tidak jauh dari desa yang di tempati Tris dan kawan-kawannya. Para warga bergantung pada tambang itu. Merasa punya kekuatan dan kekuasaan, itulah mengapa Kobra berlaku semena-mena kepada warganya.
To be continued ya gan
