- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Game of Thrones


TS
santoh
Game of Thrones
MICHAEL
A long time ago in a world far, far away... while the rest of men prayed to gods, some of them became the gods. They are the Valyrians. They mastered the greatest creatures ever exist. With horses man dominate the land, and with ships, over the sea. But dragons gave them the sky -- and of course, everything and everyone beneath it.
The capital city of Valyria adalah kota termegah yang pernah ada. Built to last until the end of time. Tapi takdir menentukan lain. The greatest city in history dalam waktu semalam hanya tinggal catatan sejarah. Kekuatan alam maha dahsyat membuat lempeng benua Essos merekah, gunung-gunung berlomba memuntahkan api raksasa, danau dan sungai-sungai mendidih, badai dan ombak laut raksasa mengamuk, sedemikian hebatnya bahkan naga-naga pun tak mampu menyelamatkan diri.
Tidak semua bangsa Valyrian musnah. Dua belas tahun sebelum terjadi bencana besar itu, Aenar Targaryen bersama keluarganya pergi meninggalkan Valyria menuju sebuah gugusan pulau di sebelah barat Essos. Menurut cerita, Aenar mempercayai ramalan akan kehancuran Valyria yang didapat putrinya dari sebuah mimpi.
Setiba di pulau itu, dengan teknologi mereka yang unggul, dibangunlah sebuah koloni sekaligus benteng yang sangat kuat dan diberi nama Dragonstone. Selain teknologi tinggi, mereka juga membawa sekawanan naga dalam perjalanan mengungsi ini. Demikianlah mereka hidup dan menjadi saksi keruntuhan Valyria yang super megah itu. Selama enam keturunan, keluarga Targaryen hidup damai di Dragonstone.
Perubahan terjadi pada masa Aegon Targaryen. Bersama kedua adik sekaligus istrinya, Rhaenys dan Visenya, Aegon terbang tinggi bersama naganya mengitari segenap benua barat, benua Westeros. Sekembalinya dari penjelajahan tersebut, Aegon memerintahkan pembuatan meja besar berisi peta lengkap benua Westeros. Peta terlengkap tentang Seven Kingdoms yang pernah dibuat, lengkap dengan informasi setiap keluarga (house) yang menguasai daerahnya masing-masing. Dengan peta lengkap ini Aegon menyusun rencana untuk menaklukkan seluruh Westeros.
Pertama-tama dia dan pasukannya berangkat dari Dragonstone dan mendarat di Westeros di daerah yang akan diberi nama sebagai Aegonport. Di sini mereka membangun sebuah benteng sederhana yang sebagian besar terbuat dari kayu. Selain dua adiknya, Aegon juga dibantu tangan kanan kepercayaannya, yang diduga masih bersaudara namun lain ibu, yaitu Orys Baratheon. Mereka membuat simbol House Targaryen yaitu gambar naga berwarna merah dengan tiga kepala di atas latar belakang warna hitam. Dan juga menciptakan slogan "Fire and blood." Dari situ mereka mengirimkan berita "ultimatum" ke seluruh penguasa di Westeros agar tunduk pada Aegon, atau daerahnya akan direbut dengan paksa melalui pertumpahan darah.
Daerah Iron Islands dan Riverlands dahulu masih menjadi satu dan dikuasai oleh House Hoare yang bertempat tinggal di benteng termegah di Seven Kingdoms yaitu Harrenhal. Benteng ini sangat kokoh dan tinggi, mustahil diserang dari arah manapun. Demikian percaya diri dengan kemegahan bentengnya, House Hoare tidak mau tunduk pada Aegon dan segera berlindung dalam bentengnya.
Diluar benteng, tidak semua penguasa Riverlands setuju untuk berperang dengan Aegon. Ada beberapa house yang lebih kecil, bersepakat memilih tunduk pada Aegon untuk menghindari pertempuran dan mereka dipimpin House Tully.
Ketika malam menjelang subuh, Aegon dan para naganya menukik dari ketinggian awan, menghujam langsung ke tengah-tengah benteng sambil menyemburkan api yang dahsyat. Dengan cepat api berkobar dan batu yang tadinya dinginpun menjadi panas dan meleleh. Demikianlah segenap anggota House Hoare binasa di dalam bentengnya sendiri, yang meleleh kepanasan.
Dengan binasanya House Hoare, maka Iron Islands dan Riverlands masing-masing berdiri sendiri, dengan House Tully menguasai Riverlands yang berpusat di Riverrun dan House Greyjoy menguasai Iron Islands yang berpusat di Pyke.
Ketika Aegon bergerak ke arah barat menuju Harrenhal, Orys Baratheon dan Queen Rhaenys bergerak ke selatan menyerbu Stormlands yang dikuasai House Durrandon, berpusat di Storm's End. Storm's End adalah sebuah benteng megah dan hanya kalah dari Harrenhal. Pemimpin House Durrandon, Argilac, telah mendengar kabar tentang kalahnya benteng Harrenhal, dan tidak mau bernasib sama dengan berlindung di dalam benteng, dia mengerahkan seluruh pasukannya menghadapi pasukan Orys dan Rhaenys.
Dengan jumlah pasukan yang lebih besar, Argilac berada di atas angin pada awalnya, tetapi ketika Rhaenys mengerahkan naganya untuk menyerang dan menyemburkan api, seketika pasukan Argilac tersapu habis. Argilac pun sendiri gugur dalam pertarungan dengan Orys. Setelah gugurnya Argilac, putrinya Argella memerintahkan untuk menutup bentent Storm's End dan bertahan sampai darah penghabisan. Tetapi perintah tersebut tidak dipatuhi pasukannya, malah Argella ditangkap dan diserahkan pada Orys dalam keadaan terikat dan tanpa busana.
Orys tidak melecehkan Argella, tapi malah meminangnya untuk menjadi istrinya. Dan sebagai hadiah atas kemenangannya, Aegon menjadikan Orys sebagai penguasa daerah Stormlands, mengawali kisah House Baratheon.
House Lannister adalah penguasa daerah Westerlands dengan pusat di Casterly Rock, merupakan keluarga terkaya di Westeros dengan tambang-tambang emasnya. Bertetangga dengan Lannister adalah House Gardener, penguasa daerah Reach berpusat di Highgarden. House Gardener merupakan keluarga terkaya kedua setelah Lannister, dengan sumber kemakmuran berasal dari ladang-ladang pertanian yang amat luas dan subur. Dua pasukan terkuat yang tadinya saling bertempur turun-temurun, akhirnya bersatu membentuk sebuah kekuatan terdahsyat dalam sejarah Westeros, demi menghadapi pasukan Aegon dan naga-naganya.
Medan laga yang disepakati adalah hamparan ladang gandum nan maha luas. Bagi gabungan pasukan Lannister dan Gardener, ini adalah medan laga yang ideal karena mereka keunggulan jumlah yang jauh lebih besar, lima berbanding satu, terhadap pasukan Aegon. Selain untuk menghindari perangkap pasukan lawan yang lebih kecil, tentu akan lebih mudah untuk "menghabisi" pasukan lawan dengan hujan anak panah.
Tapi mereka melupakan kehadiran naga-naga milik Aegon. Saat pertempuran dimulai, naga-naga menyemburkan apinya, bukan ke pasukan gabungan Lannister dan Gardener, tetapi ke ladang gandum di sekitar pasukan tersebut. Seketika ladang gandum menjadi ladang api yang memanggang ribuan pasukan gabungan. Yang selamat pun akhirnya menderita luka bakar yang berat. Setelah kekalahan telak ini, House Gardener tidak pernah bisa pulih dan digantikan oleh House Tyrell sebagai penguasa daerah Reach.
Nun di utara adalah daerah The North yang dipimpin House Stark dan berpusat di Winterfell. Daerah terluas tapi dengan populasi paling sedikit karena musim dingin abadi yang membeku. Dan di tengah kebekuan inilah tersimpan begitu banyak kisah tentang Westeros. Kisah yang bahkan dimulai jauh sebelum keberadaan bangsa Valyrian. Kisah tentang penyerbuan The First Men dari Essos ke Westeros dan konflik mereka dengan Children of The Forest, penduduk asli Westeros. Kisah penciptaan White Walkers yang kemudian "lepas kendali" dan menjadi ancaman seluruh makhluk hidup. Kisah tentang penyerbuan para White Walkers selama masa The Long Night. Kisah pembangunan The Wall dan dibentuknya The Night's Watch. The north remembers. Tapi semua ini akan kita bahas di tulisan yang lain.
Akibat kondisi cuaca dan lingkungan yang berbeda dengan daerah lainnya, kaum "utara" seakan terisolasi dari anggota Seven Kingdoms yang lain, dan sebenarnya tidak tertarik lagi dengan siapa yang akan menjadi penguasa Seven Kingdoms. Tidak heran pada saat House Stark dan beberapa keluarga penguasa daerah utara berkumpul, banyak diantaranya yang memilih berdamai saja dengan Aegon. Dan demikianlah diputuskan oleh Torrhen Stark, the King of Winter saat itu, untuk tunduk pada Aegon sehingga semua berakhir damai.
Ada satu kebiasaan "aneh" Aegon setiap kali memenangkan pertempuran, yaitu selalu memerintahkan pasukannya untuk mengumpulkan pedang-pedang pasukan lawan yang berserakan di medan laga, termasuk yang telah terbakar dan meleleh oleh api semburan naga-naganya. Pedang-pedang "bekas" itu dikumpulkan dan dikirimkan ke Aegonport untuk kemudian ditempa dengan bantuan api para naganya dan dibentuk menjadi "kursi raja" yang diberi nama "Iron Throne".
The Vale adalah berikutnya yang akan ditundukkan. Dipimpin House Arryn, berpusat di benteng Eyrie yang terletak di puncak Mountains of the Moon. Jalan menuju ke sana sangat sempit, sehingga benteng ini diakui sebagai yang mustahil untuk dikalahkan. Tapi tidak untuk naga.
Penguasa House Arryn saat itu masih berusia anak-anak bernama Ronnel, dalam asuhan ibunda ratu Sharra. Suatu hari ratu Sharra mendapati King Ronnel tertawa riang sambil duduk di pangkuan Visenya Targaryen. Seekor naga raksasa menemani mereka di taman bunga luas di puncak gunung tersebut.
King Ronnel meminta ijin ibundanya agar diperbolehkan mencoba terbang bersama naganya Visenya. Melihat pemandangan itu, tentu tidak ada pilihan lain bagi sang ibunda ratu, kecuali memohon pada Visenya agar mengembalikan King Ronnel dengan selamat. Sementara Visenya membawa King Ronnel terbang bersama naga mengelilingi benteng itu, Sharra dengan terpaksa menyerahkan mahkota dan tanda kekuasaan House Arryn untuk diberikan pada Visenya.
Mungkin masih lama sekali Ronnel baru akan menyadari, bagaimana dia terbang ke angkasa sebagai seorang raja, tapi saat mendarat, turun derajat menjadi "hanya" bangsawan biasa saja. Mungkin pula itu sebuah harga yang cukup pantas untuk mendapat kesempatan terbang bersama sang naga. Setiap orang tentu bisa punya pendapat yang berbeda. Tapi seperti itulah takdir mempermainkan kita. It's a game. The game of thrones.
Setelah mempersatukan Seven Kingdoms, maka Aegon bermaksud menaklukkan aliran spiritual di Westeros yaitu "Faith of the Seven" yang berpusat di Oldtown, sebelah selatan Reach. Pemimpin mereka yang disebut High Septon, tidak melawan dan malah merestui Aegon dan memberikan julukan "Aegon of House Targaryen, First of His Name, King of the Andals and the First Men, Lord of the Seven Kingdoms and Protector of the Realm", atau dikenal pula sebagai "King Aegon I Targaryen."
Nama Aegonport pun berubah menjadi "King's Landing" dan yang tadinya berupa bangunan kayu, segera berubah menjadi bangunan-bangunan megah di Westeros. House Targaryen turun-temurun memegang tampuk kekuasaan tertinggi Seven Kingdoms hingga 12 keturunan berikutnya, hingga Aerys II Targaryen atau yang lebih dikenal dengan "Mad King." Mad King inilah yang kemudian tewas di tangan Jaime Lannister, saat terjadi pemberontakan yang dipimpin Eddard Stark, Jon Arryn dan Robert Baratheon. Titik ini juga yang mengawali kisah serial TV Game of Thrones (season 1).
Sebenarnya pada saat diresmikan sebagai penguasa tertinggi Seven Kingdoms, masih ada satu daerah yang belum sepenuhnya ditundukkan oleh Aegon, yaitu Dorne. Bila daerah utara sebagian besar tertutup es dan salju, maka Dorne sebagian besar adalah padang pasir panas. Pada saat itu Dorne dikuasai House Martell yang dipimpin Princess Meria yang berusia 80 tahun. Dengan cerdik dan berani, Meria dan House Martell memberi perlawanan sengit kepada Aegon. Kisah ini dan juga apa yang terjadi setelah Aegon menutup mata, dan selama belasan keturunan Targaryen, akan menjadi cerita untuk tulisan berikutnya.
Valar morghulis -- all men must die.
but before that time comes...
Valar dohaeris -- all men must serve.
Happy serving the world, dear sisters and brothers!
A long time ago in a world far, far away... while the rest of men prayed to gods, some of them became the gods. They are the Valyrians. They mastered the greatest creatures ever exist. With horses man dominate the land, and with ships, over the sea. But dragons gave them the sky -- and of course, everything and everyone beneath it.
The capital city of Valyria adalah kota termegah yang pernah ada. Built to last until the end of time. Tapi takdir menentukan lain. The greatest city in history dalam waktu semalam hanya tinggal catatan sejarah. Kekuatan alam maha dahsyat membuat lempeng benua Essos merekah, gunung-gunung berlomba memuntahkan api raksasa, danau dan sungai-sungai mendidih, badai dan ombak laut raksasa mengamuk, sedemikian hebatnya bahkan naga-naga pun tak mampu menyelamatkan diri.
Tidak semua bangsa Valyrian musnah. Dua belas tahun sebelum terjadi bencana besar itu, Aenar Targaryen bersama keluarganya pergi meninggalkan Valyria menuju sebuah gugusan pulau di sebelah barat Essos. Menurut cerita, Aenar mempercayai ramalan akan kehancuran Valyria yang didapat putrinya dari sebuah mimpi.
Setiba di pulau itu, dengan teknologi mereka yang unggul, dibangunlah sebuah koloni sekaligus benteng yang sangat kuat dan diberi nama Dragonstone. Selain teknologi tinggi, mereka juga membawa sekawanan naga dalam perjalanan mengungsi ini. Demikianlah mereka hidup dan menjadi saksi keruntuhan Valyria yang super megah itu. Selama enam keturunan, keluarga Targaryen hidup damai di Dragonstone.
Perubahan terjadi pada masa Aegon Targaryen. Bersama kedua adik sekaligus istrinya, Rhaenys dan Visenya, Aegon terbang tinggi bersama naganya mengitari segenap benua barat, benua Westeros. Sekembalinya dari penjelajahan tersebut, Aegon memerintahkan pembuatan meja besar berisi peta lengkap benua Westeros. Peta terlengkap tentang Seven Kingdoms yang pernah dibuat, lengkap dengan informasi setiap keluarga (house) yang menguasai daerahnya masing-masing. Dengan peta lengkap ini Aegon menyusun rencana untuk menaklukkan seluruh Westeros.
Pertama-tama dia dan pasukannya berangkat dari Dragonstone dan mendarat di Westeros di daerah yang akan diberi nama sebagai Aegonport. Di sini mereka membangun sebuah benteng sederhana yang sebagian besar terbuat dari kayu. Selain dua adiknya, Aegon juga dibantu tangan kanan kepercayaannya, yang diduga masih bersaudara namun lain ibu, yaitu Orys Baratheon. Mereka membuat simbol House Targaryen yaitu gambar naga berwarna merah dengan tiga kepala di atas latar belakang warna hitam. Dan juga menciptakan slogan "Fire and blood." Dari situ mereka mengirimkan berita "ultimatum" ke seluruh penguasa di Westeros agar tunduk pada Aegon, atau daerahnya akan direbut dengan paksa melalui pertumpahan darah.
Daerah Iron Islands dan Riverlands dahulu masih menjadi satu dan dikuasai oleh House Hoare yang bertempat tinggal di benteng termegah di Seven Kingdoms yaitu Harrenhal. Benteng ini sangat kokoh dan tinggi, mustahil diserang dari arah manapun. Demikian percaya diri dengan kemegahan bentengnya, House Hoare tidak mau tunduk pada Aegon dan segera berlindung dalam bentengnya.
Diluar benteng, tidak semua penguasa Riverlands setuju untuk berperang dengan Aegon. Ada beberapa house yang lebih kecil, bersepakat memilih tunduk pada Aegon untuk menghindari pertempuran dan mereka dipimpin House Tully.
Ketika malam menjelang subuh, Aegon dan para naganya menukik dari ketinggian awan, menghujam langsung ke tengah-tengah benteng sambil menyemburkan api yang dahsyat. Dengan cepat api berkobar dan batu yang tadinya dinginpun menjadi panas dan meleleh. Demikianlah segenap anggota House Hoare binasa di dalam bentengnya sendiri, yang meleleh kepanasan.
Dengan binasanya House Hoare, maka Iron Islands dan Riverlands masing-masing berdiri sendiri, dengan House Tully menguasai Riverlands yang berpusat di Riverrun dan House Greyjoy menguasai Iron Islands yang berpusat di Pyke.
Ketika Aegon bergerak ke arah barat menuju Harrenhal, Orys Baratheon dan Queen Rhaenys bergerak ke selatan menyerbu Stormlands yang dikuasai House Durrandon, berpusat di Storm's End. Storm's End adalah sebuah benteng megah dan hanya kalah dari Harrenhal. Pemimpin House Durrandon, Argilac, telah mendengar kabar tentang kalahnya benteng Harrenhal, dan tidak mau bernasib sama dengan berlindung di dalam benteng, dia mengerahkan seluruh pasukannya menghadapi pasukan Orys dan Rhaenys.
Dengan jumlah pasukan yang lebih besar, Argilac berada di atas angin pada awalnya, tetapi ketika Rhaenys mengerahkan naganya untuk menyerang dan menyemburkan api, seketika pasukan Argilac tersapu habis. Argilac pun sendiri gugur dalam pertarungan dengan Orys. Setelah gugurnya Argilac, putrinya Argella memerintahkan untuk menutup bentent Storm's End dan bertahan sampai darah penghabisan. Tetapi perintah tersebut tidak dipatuhi pasukannya, malah Argella ditangkap dan diserahkan pada Orys dalam keadaan terikat dan tanpa busana.
Orys tidak melecehkan Argella, tapi malah meminangnya untuk menjadi istrinya. Dan sebagai hadiah atas kemenangannya, Aegon menjadikan Orys sebagai penguasa daerah Stormlands, mengawali kisah House Baratheon.
House Lannister adalah penguasa daerah Westerlands dengan pusat di Casterly Rock, merupakan keluarga terkaya di Westeros dengan tambang-tambang emasnya. Bertetangga dengan Lannister adalah House Gardener, penguasa daerah Reach berpusat di Highgarden. House Gardener merupakan keluarga terkaya kedua setelah Lannister, dengan sumber kemakmuran berasal dari ladang-ladang pertanian yang amat luas dan subur. Dua pasukan terkuat yang tadinya saling bertempur turun-temurun, akhirnya bersatu membentuk sebuah kekuatan terdahsyat dalam sejarah Westeros, demi menghadapi pasukan Aegon dan naga-naganya.
Medan laga yang disepakati adalah hamparan ladang gandum nan maha luas. Bagi gabungan pasukan Lannister dan Gardener, ini adalah medan laga yang ideal karena mereka keunggulan jumlah yang jauh lebih besar, lima berbanding satu, terhadap pasukan Aegon. Selain untuk menghindari perangkap pasukan lawan yang lebih kecil, tentu akan lebih mudah untuk "menghabisi" pasukan lawan dengan hujan anak panah.
Tapi mereka melupakan kehadiran naga-naga milik Aegon. Saat pertempuran dimulai, naga-naga menyemburkan apinya, bukan ke pasukan gabungan Lannister dan Gardener, tetapi ke ladang gandum di sekitar pasukan tersebut. Seketika ladang gandum menjadi ladang api yang memanggang ribuan pasukan gabungan. Yang selamat pun akhirnya menderita luka bakar yang berat. Setelah kekalahan telak ini, House Gardener tidak pernah bisa pulih dan digantikan oleh House Tyrell sebagai penguasa daerah Reach.
Nun di utara adalah daerah The North yang dipimpin House Stark dan berpusat di Winterfell. Daerah terluas tapi dengan populasi paling sedikit karena musim dingin abadi yang membeku. Dan di tengah kebekuan inilah tersimpan begitu banyak kisah tentang Westeros. Kisah yang bahkan dimulai jauh sebelum keberadaan bangsa Valyrian. Kisah tentang penyerbuan The First Men dari Essos ke Westeros dan konflik mereka dengan Children of The Forest, penduduk asli Westeros. Kisah penciptaan White Walkers yang kemudian "lepas kendali" dan menjadi ancaman seluruh makhluk hidup. Kisah tentang penyerbuan para White Walkers selama masa The Long Night. Kisah pembangunan The Wall dan dibentuknya The Night's Watch. The north remembers. Tapi semua ini akan kita bahas di tulisan yang lain.
Akibat kondisi cuaca dan lingkungan yang berbeda dengan daerah lainnya, kaum "utara" seakan terisolasi dari anggota Seven Kingdoms yang lain, dan sebenarnya tidak tertarik lagi dengan siapa yang akan menjadi penguasa Seven Kingdoms. Tidak heran pada saat House Stark dan beberapa keluarga penguasa daerah utara berkumpul, banyak diantaranya yang memilih berdamai saja dengan Aegon. Dan demikianlah diputuskan oleh Torrhen Stark, the King of Winter saat itu, untuk tunduk pada Aegon sehingga semua berakhir damai.
Ada satu kebiasaan "aneh" Aegon setiap kali memenangkan pertempuran, yaitu selalu memerintahkan pasukannya untuk mengumpulkan pedang-pedang pasukan lawan yang berserakan di medan laga, termasuk yang telah terbakar dan meleleh oleh api semburan naga-naganya. Pedang-pedang "bekas" itu dikumpulkan dan dikirimkan ke Aegonport untuk kemudian ditempa dengan bantuan api para naganya dan dibentuk menjadi "kursi raja" yang diberi nama "Iron Throne".
The Vale adalah berikutnya yang akan ditundukkan. Dipimpin House Arryn, berpusat di benteng Eyrie yang terletak di puncak Mountains of the Moon. Jalan menuju ke sana sangat sempit, sehingga benteng ini diakui sebagai yang mustahil untuk dikalahkan. Tapi tidak untuk naga.
Penguasa House Arryn saat itu masih berusia anak-anak bernama Ronnel, dalam asuhan ibunda ratu Sharra. Suatu hari ratu Sharra mendapati King Ronnel tertawa riang sambil duduk di pangkuan Visenya Targaryen. Seekor naga raksasa menemani mereka di taman bunga luas di puncak gunung tersebut.
King Ronnel meminta ijin ibundanya agar diperbolehkan mencoba terbang bersama naganya Visenya. Melihat pemandangan itu, tentu tidak ada pilihan lain bagi sang ibunda ratu, kecuali memohon pada Visenya agar mengembalikan King Ronnel dengan selamat. Sementara Visenya membawa King Ronnel terbang bersama naga mengelilingi benteng itu, Sharra dengan terpaksa menyerahkan mahkota dan tanda kekuasaan House Arryn untuk diberikan pada Visenya.
Mungkin masih lama sekali Ronnel baru akan menyadari, bagaimana dia terbang ke angkasa sebagai seorang raja, tapi saat mendarat, turun derajat menjadi "hanya" bangsawan biasa saja. Mungkin pula itu sebuah harga yang cukup pantas untuk mendapat kesempatan terbang bersama sang naga. Setiap orang tentu bisa punya pendapat yang berbeda. Tapi seperti itulah takdir mempermainkan kita. It's a game. The game of thrones.
Setelah mempersatukan Seven Kingdoms, maka Aegon bermaksud menaklukkan aliran spiritual di Westeros yaitu "Faith of the Seven" yang berpusat di Oldtown, sebelah selatan Reach. Pemimpin mereka yang disebut High Septon, tidak melawan dan malah merestui Aegon dan memberikan julukan "Aegon of House Targaryen, First of His Name, King of the Andals and the First Men, Lord of the Seven Kingdoms and Protector of the Realm", atau dikenal pula sebagai "King Aegon I Targaryen."
Nama Aegonport pun berubah menjadi "King's Landing" dan yang tadinya berupa bangunan kayu, segera berubah menjadi bangunan-bangunan megah di Westeros. House Targaryen turun-temurun memegang tampuk kekuasaan tertinggi Seven Kingdoms hingga 12 keturunan berikutnya, hingga Aerys II Targaryen atau yang lebih dikenal dengan "Mad King." Mad King inilah yang kemudian tewas di tangan Jaime Lannister, saat terjadi pemberontakan yang dipimpin Eddard Stark, Jon Arryn dan Robert Baratheon. Titik ini juga yang mengawali kisah serial TV Game of Thrones (season 1).
Sebenarnya pada saat diresmikan sebagai penguasa tertinggi Seven Kingdoms, masih ada satu daerah yang belum sepenuhnya ditundukkan oleh Aegon, yaitu Dorne. Bila daerah utara sebagian besar tertutup es dan salju, maka Dorne sebagian besar adalah padang pasir panas. Pada saat itu Dorne dikuasai House Martell yang dipimpin Princess Meria yang berusia 80 tahun. Dengan cerdik dan berani, Meria dan House Martell memberi perlawanan sengit kepada Aegon. Kisah ini dan juga apa yang terjadi setelah Aegon menutup mata, dan selama belasan keturunan Targaryen, akan menjadi cerita untuk tulisan berikutnya.
Valar morghulis -- all men must die.
but before that time comes...
Valar dohaeris -- all men must serve.
Happy serving the world, dear sisters and brothers!
0
893
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan