Kaskus

Story

trifatoyahAvatar border
TS
trifatoyah
Love On Juz 30
 LOVE IN JUZ 30 Part 1
Love On Juz 30


“Mama ... ini barang-barang siapa?”

Tanya Gilang, begitu tangannya membuka handle pintu kamarnya. Ada Jilbab ungu yang di letakkan diatas bantal tidurnya, kemudian buku-buku, Alquran, sepatu, gamis, dan masih banyak perlengkapan lainnya, yang semuanya milik perempuan. Alangkah terkejutnya Gilang ketika membuka lemari, tak ada satupun baju miliknya, semua sudah berganti dengan baju-baju milik perempuan, kemana baju-baju miliknya?

“Mama!”

“Bisa nggak tidak berteriak.” Mama tiba-tiba sudah berdiri di tengah pintu, sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah anak laki-laki satu-satunya. Terlihat sangat marah.

“Ini apa-apaan Ma? jelasin Ma.”

“Kamar kamu, mulai sekarang pindah ke depan,” ucap Sang Mama dengan entengnya.

“Nggak bisa gitu dong Ma, terus kamar ini?

Baju-baju dan semua barang-barang yang ada di sini, milik siapa?” tanya Gilang tak terima. Selama ini Gilang nyaman berada dalam kamar yang ukurannya lumayan lebar itu.

“Milik Yukabid,” jawab Mamanya, masih tetap tenang.

“Yukabid? Makhluk  dari mana itu?” tanya Gilang lagi dengan kesal.

“Dari langit ke tujuh, yang di kirim Allah untuk ngajarin Mama dan Rara mengaji.”

“Di mana mahkluk yang bernama
Yukabid itu, suruh keluarin semua barang-barangnya dari kamar kesayanganku.”

“Nggak bisa, dia nempatin kamar ini atas rekomendasi Mama dan Papa, apa kamu nggak kasihan, anak perempuan harus tidur di kamar depan?”

“Kenapa aku musti kasihan, apa hubungannya denganaku coba, pacar bukan saudara juga bukan.”

“Memang nggak ada hubungannya, Mama suka aja sama dia,dia tuh anaknya sholeha, mandiri, cantik, kriteria banget menantu idaman mama deh,” ucap mama dengan mata berbinar.

“ Jangan bilang Mama dan Papa mau jodohin aku sama dia, aku nggak mau sampai kapanpun, sekarang bukan jaman Siti Nurbaya.” Gilang mendengus kesal.

“ Hehehe yang mau jodohin juga siapa? Mana mau dia sama kamu, jus tiga puluh aja nggak hafal, Lulus kuliah disuruh kerja bantuin Papa di kantornya juga nggak mau, maunya keluyuran ke gunung-gunung, jangan salahin Mama kalau kamar kamu Mama hibahkan untuk Yukabid.” Mama tersenyum sambil mengacak rambut Gilang. Gilang tidak menyangka kalau Mamanya akan bicara seperti itu.

 Gilang memang layak disebut anak gunung, karena hobinya yang mendaki gunung, jarang Gilang mau berdiam diri di rumah. Satu minggu di rumah sebulan mendaki gunung.

“Emang, Mama hafal?” tanya Gilang sambil nyenggol pundak Mamanya.

“Sekarang emang belum, tapi sebentar lagi mama akan hafal, karena mama mau belajar mengaji, kan ustazahnya sudah ada disini.”

“Serius Ma?” tanya Gilang melotot.

“Tiga rius malah,” jawab mamanya tak kalah melotot.

“Ma, gak gini caranya dong, Gilang anak kesayangan Mama, teganya Mama mengusir gilang Hiks ... hiks ... hikss.” Gilang pura-pura menagis. Asli lucu anak gunung menangis.

“Nggak usah lebay hai Gilang Gemilang cowok gantengnya Mama, Yukabid itu tinggal disini cuma enam bulan, habis itu kamu boleh kembali kekamar ini.”

“Enam bulan itu kan lama, mau ngapain aja dia disini?” tanya Gilang penuh selidik.

“Telinga kamu itu bolong nggak sih, Mau ngajarin Mama sama Rara belajar mengaji, kalau kamu mau silakan kamu belajar juga,tapi tebakan Mama pasti betul, kamu nggak bakalan mau.”

“ Idih emang ogah.”

“Betul dugaan Mama.”

“Kalau aku mau belajar ngaji, aku maunya sama Ustadz yang sudah kondang sekalian yang pinter nggak seperti ....”Gilang tidak melanjutkan kata-katanya.

“ Assalamualaikum.” tiba-tiba terdengar salam dari seorang perempuan yang memakai jilbab lebar, dan mengenakan gamis yang menjuntai ke lantai, wajahnya tertutup oleh masker yang diikat kebelakang. Gilang reflek melihat ke pintu, tidak melanjutkan kata-katanya.Matanya tak berhenti mengawasi mahkluk yang dianggapnya aneh di depannya.

Dialah Yukabid Ghaida Az Zahra anak dari sahabat Papanya sewaktu SMP, yang baru lulus dari pondok pesantren, sebenarnya Yukabid telah di terima di Madrasah Ibtidaiyah untuk membantu mengajar disana, tapi mama dan papanya Gilang memohon untuk dapat mengajari Rara adik Gilang mengaji, mulanya Yukabid menolak karena Rara bisa belajar mengaji di TPQ, tapi ketika mama Gilang juga berniat untuk belajar mengaji Yukabid tak kuasa menolaknya,apa salahnya?

Bukankan ada hadits yang mengatakan sampaikan walau satu ayat, akhirnya terjadilah kesepakatan dengan orang tuanya, waktu enam bulan yang di tawarkan oleh  Yukabid diterima baik oleh Mama dan Papa Gilang.

“Waalaikummussalam, dapat yang dicari?” tanya Mama sambil tersenyum.

“Alhamdulillah dapat tante, malah roti tawarnya macem-macem mereknya.”

“ Beli aja yang paling bagus, pokoknya selama Yuka di sini semua keperluan Yuka, Tante yang tanggung.”

“Maaf Tante dia siapa kok bisa-bisanya ada di sini? tanya Yukabid sambil meletakkan belanjaanya.

Tentu saja gadis itu kaget, karena setahu dia nggak ada laki-laki di rumah ini selain papanya Rara. Sorot kebencian jelas terpancar dari laki-laki itu, membuat gadis itu bergidik.

“Dia, Gilang anak Tante.”
“Oooh.”

“Kamu beli berapa? Nanti Tanti bisa minta kebetulan punya Tante habis.”

“Ia nih Tante, nggak tahu kalau hari pertama, bawaannya banjir melulu.”

Puyeng! Itu yang dirasakan Gilang, baru saja ngomongin roti tawar, yang macem-macem mereknya, sekarang sudah ngomongin banjir, apa sebentar lagi ngomongin gempa dan stunami ya? Perempuah-perempuan aneh. Gilang tidak tahu yang di maksud Yukabid roti tawar adalah pembalut.

“Gilang, ngapain kamu bengong disitu, mau minta roti tawar juga?” tanya Mamanya tertawa terkekeh-kekeh.

“Apaan sih Mama,”  rutuk Gilang kesal.

“Tante kok gitu sih, aku kan jadi malu,Emang Mas Gilang ada perlu apa?”

“Nggak!” Kata Gilang berlalu dari kamarnya yang sekarang sudah dikuasai Yukabid, mahluk aneh dari langit ketujuh dengan wajah cemberut.

Sampai kapanpun Gilang nggak akan terima dengan semua ini, enak saja mahluk aneh itu, main tinggal saja di kamarnya, “awas saja tunggu pembalasanku,” ancam hati Gilang selanjutnya.

“Kok Mas Gilang gitu sih Tante, aku jadi nggak enak nih.”

“Udah nggak usah di pikirin dia itu emang gitu, di luar aja ngakunya anak gunung padahal kalau di rumah anak Mami hihihi.”

“Masak sih, Tante.”

“Emang iya kok, kalau adiknya lagi di suapin dia juga kadang minta di suapin juga.”

“Segede gitu masih di suapin?”

“Dulu waktu masih SMP sama SMA paling susah di bangunin, ya terpaksalah dari pada nggak sarapan ketika dia pakai sepatu ataupun nyisir rambutnya mama ngikutin sambil nyuapin, mungkin ini salah Tante juga terlalu memanjakannya, tapi Gilang itu sangat sayang sekali sama Tante.”

“Segitunya, Tante?”

Beda sekali dengan Yukabid yang sudah terbiasa mandiri, lulus SD langsung mondok, tidak ada yang nyuapin, semuanya sendiri,mulanya Yukabid protes tapi lama kelamaan dia tahu, kalau semua yang orang tuanya lakukan adalah wujud cinta untuknya, Terima kasih Abah,Umi,engaku telah memberikan cinta yang bertumpuk-tumpuk lewat doa-doa di setiap sholatmu. Batin Yukabid.

**** *** ***

Seharian ini Gilang benar-benar di buat jengkel dengan apa yang di lakukan Yukabid, menurutnya semua yang di lakukan Yukabid, hanyalah sekedar untuk cari muka didepan kedua orang tuanya.Apa saja kemaunnya seakan Mama mendukungnya seratus persen bahkan lebih. Habis Maghrib ngaji, habis subuh ngaji, pagi-pagi ngaji... siang habis dhuhur ngaji lagi.Benar-benar cari perhatian Mama, tapi kenyataannya Mama suka.

“Hentikan main gitarnya, Mas Gilang,” kata Yukabid hendak bersiap-siap ke Massjid.

“Nggak dengar suara azan,” lanjut Yukabid karena tak ada reaksi dari Gilang.

“ Ya dengarlah, masa enggak. Apa hakmu ngelarang-ngelarang aku, pacar bukan,istri bukan, saudara juga bukan,aku bebas disini ini rumahku, lha kamu?”

“ Gilang, tidak pantas kamu bicara begitu, seperti anak kecil saja, benar apa yang di katakan Yukabid, letakkan gitarmu, ambil wudhu dan langsung kemasjid.”

“ Gilang sholat di rumah saja, Pah.”
Silkan semua orang rumah terkagum-kagum sama mahkluk aneh dari langit ke tujuh, tidak Mama, tidak Papa, apa lagi Rara semuanya mengidolakan Yukabid, apa hebatnya dia? Gilang membatin kesal.

“Mulai sekarang kita sholat di masjid.”
“Papa jadi aneh deh, selama ini aku sholat di rumah papa nggak pernah komplain, tapi semenjak ada mahkl ...”

“ Yukabid maksudmu?”

“ Iya, kenapa semua orang di rumah ini harus mengikuti semua ucapan Yukabid, sholat harus di masjid, habis maghrib dan sesudah subuh harus mengaji, semua kata-katanya harus dituruti, Papa kenapa aku harus terjajah di istana sendiri,” protes Gilang.

“Nggak perlu protes, selama ini Papa sudah salah mendidikmu, Papa membiarkan kamu, anak laki-laki kesayangan papa, sholat di rumah padahal seharusnya anak laki-laki itu sholatnya ya di Masjid.”

“Yaa Papa ku tercinta, aku sholat di Masjid.”

“ Nha gitu dong itu baru anak Papa yang sholeh.”

“ Sholeh boleh, tapi jangan coba-coba Papa jodohin aku sama mahkluk dari langit ke tujuh itu.”

“Yang mau jodohin juga siapa? Papa musti mikir seribu kali buat jodohin kamu sama Yukabid yang sudah hafal Alquran, la wong jus 30 aja kamu nggak hafal,apa Papa nggak malu sama orang tuanya mau jodohin kamu sama Yukabid, mustinya orang tua Yukabid juga mengharapkan jodoh untuk anaknya yang lebih dari dia,”

Jawaban Papa benar-benar panjang sepanjang rel kereta api, tapi ngomong-ngomong kenapa jawabannya hampir sama dengan jawaban Mama ya? Apa memang orang tuanya tidak ingin menjodohkan keduanya? Gilang hanya bisa garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal.

Gilang langsung berangkat menuju ke masjid, sepulang sholat Maghrib, Gilang tidak langsung kerumah, ia mampir ketempat sahabatnya Ridho, males untuk buru-buru pulang karena di rumah ada mahkluk ke tujuh.

“Tumben main ada apa?”

“Lagi males aja di rumah.”

“Males kenapa?”

“Nggak tahu tuh, gara-gara ada mahkluk aneh dari langit ketujuh, Mama jadi ngebedain aku.”

“Maksudnya gadis berjilbab lebar yang bareng mamamu itu?”

“Kok Kamu tahu Dho.”

“Ya tahu lah, dia kan mau bantuin ngajar di TPQ yang deket Masjid itu.”

“Kok kamu tahu juga?”

“Ya tahulah, secara Ayahku kan takmir masjid.”

“Menurutmu dia gimana?” berondong Gilang tak berhenti dengan pertanyaannya.

“Gimana apanya?”

“ Nyebelein nggak?”

“Ya nggak lah, hari gini masih ada anak gadis yang mau mengabdikan ilmunya di TPQ itu kan hebat.”

“ Hebat?Jadi kamu suka?“

“ Tenang Bro,satu-satu nayanya, aku musti mikir seribu kali untuk mendapatkannya.”

Tiba-tiba Gilang merasa tertohok hatinya, Ridho musti berpikir seribu kali untuk mendapatkan gadis seperti Yukabid? Sedangkan dirinya sudah terang-terangan menolak kalau mau di jodohkan dengan Yukabid.

“Baru pertama kali ketemu dengan Yukabid kata Bunda sih dia suka.”

“Bundamu suka juga dengan Yukabid?”

“Emang suka, dia kan tipe menantu ideal,kata Bunda.”

Gilang tak percaya, bisa-bisanya Ridho ngomong begitu.

To be continued
Diubah oleh trifatoyah 29-03-2019 22:18
swiitdebbyAvatar border
jiyanqAvatar border
jiyanq dan swiitdebby memberi reputasi
2
442
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan