- Beranda
- Komunitas
- Pilih Capres & Caleg
Dear Presiden Terpilih, Tolong Perhatikan Isu Kekerasan Seksual Pada Perempuan


TS
pog94
Dear Presiden Terpilih, Tolong Perhatikan Isu Kekerasan Seksual Pada Perempuan

Membicarakan tentang perempuan di Indonesia memang rumit, ujung-ujungnya terhadang oleh budaya dan agama. Padahal fenomena kekerasa terhadap perempuan nyata adanya, baik kekerasan fisik atau seksual.
Mengutip dari cnnindonesia.comjumlah kekerasan seksual pada perempuan dan anak perempuan dari tahun 2014 sampai 2017 mencapai 19.738 kasus. Tahun 2014 ada 4.475 kasus, 2015 6.499 kasus, 2016 5.785 kasus, dan 2017 2.979 kasus. (sumber: cnnindonesia) Parahnya, komnas perempuan mencatat di tahun 2018, jumlah kasus kekerasan seksual naik 14%. (sumber: tempo)
Artinya, masalah mengenai kekerasan seksual terhadap perempuan sudah bukan lagi jadi tanggung jawab negara saja. Kita sebagai warga negara juga harus ikut berperan aktif mengurangi jumlah kekerasan seksual ini.
Kita bisa mulai dari keluarga. Buat pembaca yang sudah punya keluarga bisa mulai memberikan pendidikan seks sejak dini pada anak atau saudaranya. Mengenal tubuhnya sendiri sejak dini dapat membantu anak menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga diri. Lalu bisa ditambah dengan pendidikan resiko seks di luar nikah, agar mereka paham bahaya apa yang mengintai dari seks di luar nikah. Melarang boleh, tapi sertai dengan alasan yang logis. Di samping menanamkan nilai-nilai agama tentu saja.
Saat ini, masyarakat kita seyogianya bisa mengeluarkan seks dari kotak ketabuan. Karena perkembangan jaman, menabukan seks tidak lagi dapat mencegah orang-orang menghindarinya. Semakin ditabukan, malah semakin membahayakan. Mungkin sudah saatnya kata "penis" dan "vagina" dikenalkan pada anak sejak dini tanpa perasaan canggung.
Dan, jangan lupa, kita juga berperan dalam kasus aborsi yang terjadi. Hukuman sosial untuk perempuan yang hamil di luar nikah terlalu berat, akhirnya korban hanya memikirkan dua jalan keluar: bunuh diri atau aborsi, dengan kata lain membunuh. Sampai kapan kita akan mencetak seorang pembunuh?

Pemerintah pun harus ikut ambil bagian dalam memberantas kekerasan seksual terhadap perempuan Indonesia. Saya pribadi, melihat pemerintah masih jauh dari berhasil untuk menekan angka kekerasan. Padahal, menjelang Pemilu 2019, di waktu-waktu kampanye seperti sekarang perempuan ikut mendukung dan lumayan sering dibicarakan. Masing-masing tim kampanye bahkan punya istilah untuk kaum perempuan di kubunya. Emak-emak untuk prempuan di kubu Prabowo dan Ibu bangsa untuk perempuan di kubu Jokowi.
Melihat dari visi-misi masing-masing pasangan, kubu Jokowi sedikit membicarakan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan wanita, baik itu kesetaraan gender, kesehatan reproduksi ataupun perlindungan perempuan. Sementara kubu Prabowo, tidak secara eksplisit membicarakan mengenai hal ini.
Tapi, mengutip dari tirto.id masing-masing relawan perempuan di kedua kubu punya aksi nyata di masyarakat. Emak-emak Prabowo punya aksi kepung (keliling kampung) untuk mensosialisasikan program ekonomi Prabowi-Sandi ke rumah-rumah. Sementara Ibu Bangsa Jokowi mensosialisasikan bermacam hal seperti penghapusan paradigma bahwa perempuan harus berada di rumah terus dan mengajak perempuan mencari penghasilan.
Semoga nanti, siapapun pemenang pemilu 2019 dan berhasil menduduki kursi RI 1 bisa mengatasi masalah ini.
Sayangnya, belum ada yang membahas tentang masalah kekerasan seksual. Padahal hal ini juga tidak kalah penting dari yang lainnya. Harusnya sihini bisa lebih diangkat lagi oleh kedua pihak.
Usaha DPR untuk mengeluarkan UU tentang penghapusan Kekerasan Seksual pun menemui hambatan, entah kenapa ada pihak yang menolak. Silahkan cari sendiri alasannya, dan pikirkan apakah alasan yang dipakai untuk menolak UU Penghapusan Kekerasan Seksual ini masuk akal atau malah terkesan mengada-ngada.
Akhirnya semuanya kembali ke diri kita sendiri, mari bergerak sekarang juga. Mulai dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan. Untuk Indonesia yang lebih baik, untuk anak cucu kita nanti
Sekian, see you~
Mengutip dari cnnindonesia.comjumlah kekerasan seksual pada perempuan dan anak perempuan dari tahun 2014 sampai 2017 mencapai 19.738 kasus. Tahun 2014 ada 4.475 kasus, 2015 6.499 kasus, 2016 5.785 kasus, dan 2017 2.979 kasus. (sumber: cnnindonesia) Parahnya, komnas perempuan mencatat di tahun 2018, jumlah kasus kekerasan seksual naik 14%. (sumber: tempo)
Artinya, masalah mengenai kekerasan seksual terhadap perempuan sudah bukan lagi jadi tanggung jawab negara saja. Kita sebagai warga negara juga harus ikut berperan aktif mengurangi jumlah kekerasan seksual ini.
Kita bisa mulai dari keluarga. Buat pembaca yang sudah punya keluarga bisa mulai memberikan pendidikan seks sejak dini pada anak atau saudaranya. Mengenal tubuhnya sendiri sejak dini dapat membantu anak menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga diri. Lalu bisa ditambah dengan pendidikan resiko seks di luar nikah, agar mereka paham bahaya apa yang mengintai dari seks di luar nikah. Melarang boleh, tapi sertai dengan alasan yang logis. Di samping menanamkan nilai-nilai agama tentu saja.
Saat ini, masyarakat kita seyogianya bisa mengeluarkan seks dari kotak ketabuan. Karena perkembangan jaman, menabukan seks tidak lagi dapat mencegah orang-orang menghindarinya. Semakin ditabukan, malah semakin membahayakan. Mungkin sudah saatnya kata "penis" dan "vagina" dikenalkan pada anak sejak dini tanpa perasaan canggung.
Dan, jangan lupa, kita juga berperan dalam kasus aborsi yang terjadi. Hukuman sosial untuk perempuan yang hamil di luar nikah terlalu berat, akhirnya korban hanya memikirkan dua jalan keluar: bunuh diri atau aborsi, dengan kata lain membunuh. Sampai kapan kita akan mencetak seorang pembunuh?

Pemerintah pun harus ikut ambil bagian dalam memberantas kekerasan seksual terhadap perempuan Indonesia. Saya pribadi, melihat pemerintah masih jauh dari berhasil untuk menekan angka kekerasan. Padahal, menjelang Pemilu 2019, di waktu-waktu kampanye seperti sekarang perempuan ikut mendukung dan lumayan sering dibicarakan. Masing-masing tim kampanye bahkan punya istilah untuk kaum perempuan di kubunya. Emak-emak untuk prempuan di kubu Prabowo dan Ibu bangsa untuk perempuan di kubu Jokowi.
Melihat dari visi-misi masing-masing pasangan, kubu Jokowi sedikit membicarakan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan wanita, baik itu kesetaraan gender, kesehatan reproduksi ataupun perlindungan perempuan. Sementara kubu Prabowo, tidak secara eksplisit membicarakan mengenai hal ini.
Tapi, mengutip dari tirto.id masing-masing relawan perempuan di kedua kubu punya aksi nyata di masyarakat. Emak-emak Prabowo punya aksi kepung (keliling kampung) untuk mensosialisasikan program ekonomi Prabowi-Sandi ke rumah-rumah. Sementara Ibu Bangsa Jokowi mensosialisasikan bermacam hal seperti penghapusan paradigma bahwa perempuan harus berada di rumah terus dan mengajak perempuan mencari penghasilan.
Semoga nanti, siapapun pemenang pemilu 2019 dan berhasil menduduki kursi RI 1 bisa mengatasi masalah ini.
Spoiler for :
Sayangnya, belum ada yang membahas tentang masalah kekerasan seksual. Padahal hal ini juga tidak kalah penting dari yang lainnya. Harusnya sihini bisa lebih diangkat lagi oleh kedua pihak.
Usaha DPR untuk mengeluarkan UU tentang penghapusan Kekerasan Seksual pun menemui hambatan, entah kenapa ada pihak yang menolak. Silahkan cari sendiri alasannya, dan pikirkan apakah alasan yang dipakai untuk menolak UU Penghapusan Kekerasan Seksual ini masuk akal atau malah terkesan mengada-ngada.
Akhirnya semuanya kembali ke diri kita sendiri, mari bergerak sekarang juga. Mulai dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan. Untuk Indonesia yang lebih baik, untuk anak cucu kita nanti

Sekian, see you~


anasabila memberi reputasi
1
194
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan