Kaskus

Story

xavierftrnAvatar border
TS
xavierftrn
HENING
Bismillahirrahmaanirrahiim.
---
Aku terdiam melamun, suasana hening dan dingin menyelimuti ruangan kelasku. Kulihat sekitarku yang kosong, jam istirahat baru saja bebunyi lima menit yang lalu. Akupun keluar dari kelas, dan duduk di balkon kelas hanya untuk menikmati pemandangan membosankan.

Hijabku yang panjang melambai-lamai terhembus angin di pagi hari. Ku sembunyikan wajahku, memeluk lutut dan menahan tangisan yang selalu saja ingin pecah. Aku benar-benar cengeng, batinku. Namun seseorang menghampiriku, membuyarkan lamunanku dan menghentikan perasaan sedih. 

"Kenapa selalu sendirian?" tanyanya.

"Apa urusanmu?" balasku dingin sambil menatap kosong.

Ia pun duduk di sampingku, "Aku Zico, salam kenal."

Aku mengangguk dan kembali memandang ke depan. Dia menggunakan seragam dengan rapih, wajahnya terlihat lebih bersinar dibandingkan raut wajahku yang buram. Waktu istirahat hanya tinggal sepuluh menit lagi dan dia tidak juga beranjak dari tempat duduknya itu.

"Hey, Kamu kelas 2-H ya?" tanya Zico menatapku.

Kubalas anggukan, tetap memandang kedepan.

"Siapa namamu?" tanyanya  lagi sambil menghadap ke arahku.

"Panggil saja Sayra," jawabku singkat.

Dia tetap memandang ke arahku, dengan raut wajahnya yang ceria itu. Dia terlihat tampan, rambutnya yang rapih juga senyumnya yang manis membuatku hampir membandingkan diriku dengannya. Dia memang terlihat seperti murid laki-laki lain, namun yang membuatku tertarik adalah kenapa dia mau menghampiriku.

"Aku tidak mengerti, apa urusanmu?" tanyaku sinis.

Dia menjawab dengan tenang, "Aku disini hanya ingin berbincang denganmu. Kenapa?"

Aku mulai menatapnya sinis. Mungkinkah dia ingin menyakitiku? Aku tidak percaya, batinku. Aku tetap bersikap waspada, sambil menunggu jam istirahat berakhir. Beberapa menit lagi bel berbunyi dan teman-teman sekelasku sudah ada yang masuk ke ruangan. Ada beberapa diantara mereka memandangku aneh, karena baru pertama kalinya aku didekati oleh seorang murid laki-laki.

"Kalau kau hanya ingin populer karena berani dekat denganku, lebih baik tidak usah," ucapku tanpa berpikir.

"Aku tidak inginkan itu," balas Zico dengan tenang.

Zico mengeluarkan sesuatu didalam saku bajunya. Dia berkata, " Dalam hening, kamu datang ra. Kamu orang yang pernah mengatakan kepadaku, tetaplah berjuang bagaimanapun kondisimu saat ini. Tetaplah bertahan dan angan gentar, kamu pasti bisa selama kamu yakin dengan kemampuan dirimu yang Allaah berikan kepadamu. Di dalam hening juga, kamu ra yang buat aku sadar."

Air mataku turun tanpa izin, aku bertanya pada Zico, "Aku tidak mengerti, apa yang mau kamu bicarakan sebenarnya?"

Bel masuk berbunyi, pembicaraanku dengan Zico berhenti sampai disitu. Dia menyuruhku untuk pergi ke perpustakaan ketika bel istirahat kedua. Aku mengangguk dan tetap memandang sinis. Aku masuk ke dalam kelas dan berusaha menghapus air mataku.

--

Zico masuk ke kelasnya, dia bertemu dengan temannya, Arif. Arif berbisik kepada Zico, Sepertinya dia tidak akan ingat. Zico mengangguk dan segera duduk di bangku kelasnya. Zico mengumpulkan tenaga dan keberanian untuk bertemu lagi dengan Sayra. Ia pun pokus kembali ke dalam pelajaran yang dibawakan oleh guru Bahasa Inggrisnya. 

--

Aku memikirkan apa yang sebenarnya Zico katakan, aku kebingungan hingga tidak pokus pada pelajaran Sejarah yang gurunya adalah Bu Winda. Aku tahu bu Winda pasti akan menegurku lagi karena tidak memerhatikannya. Tapi aku benar-benar tidak tahan. Napasku sesak, aku berdiri dan meminta izin untuk pergi ke UKS ditemani sahabatku, Ira.

Ira bersedia mengantarku dan menemaniku disana. Aku benar-benar terbantu. Kulihat Ira sedang berjaga dan memerhatikanku. Dia sepertinya tahu apa yang kupikirkan saat ini. Dengan nada cetusnya dia berkata, " Masa diem aja? Cerita lah!"

Aku mulai menceritakannya dari awal. Tanggapannya benar-benar buruk. Dia tidak mengizinkanku menemuinya, aku berpikir bahwa ira takut aku dikerai atau dipermalukan di perpustakaan. Aku mengangguk namun aku sudah tidak tahan ingin mengetahuinya.

"Aku akan berpura-pura menjadi pengunjung, kamu hanya perlu bertemu dengannya, kan?" ucapnya.

Aku mengangguk.

--

Bel istirahat pun kembai berbunyi, aku langsung pergi ke perpustakaan sambi membawa buku yang aku pinjam disana. Aku segera mengembalikkan bukunya, diikuti dengan Ira dibelakangku, perlahan dia mengikutiku.

Kulihat Zico disana, aku menghampirinya.

"Ada apa sebenarnya? jelaskan padaku," ucapku to the point dengan tatapan penasaran.

Wajahnya mulai terlihat sedih, aku sedikit kaget dengan perubahannya. Aku disuruh masuk ke daam perpustakaan dan mengembalikkan buku terlebih dahulu. Aku pun duduk di bangku perpustakaan, di sampingku Zico. Aku heran kenapa dia tidak mengambil bangku di dpeanku agar obroan kami semakin lancar.

Zico akhirnya membuka mulutnya.

"Ra, kamu nggak inget sama sekali ya? Aku Zico Putra ra. Aku yang meninggalkanmu ketika kamu sedang terpuruk. Aku yang sengaja pergi hanya karena bosan denganmu. Padaha dari dulu, sudah setahun yang lalu kamulah yang selalu memberiku kobaran api semangat. Kamu yang menghidupkan jiwaku, kamu yang selalu memberikanku senyuman, menebarkan kebahagiaan. Kamu yang selalu mengalah hanya demi aku. Sejak saat itu, aku mulai berpikir kenapa aku harus meninggalkanmu ketika aku mulai bosan tanpa tahu keadaanmu."

Aku sudah tidak tahan. Air mata pecah saat itu juga. Kenapa aku sampai lupa sahabatku ini? batinku. Dia saja masih ingat denganku. Lalu Zico melanjutkan.

"Ra, kamu nggak usah pura-pura sok tegar lagi, sok kuat lagi dihadapanku. kamu sudah menangis dihadapanku. Biarkan aku membalas budi baikmu. Kamu orang yang sangat baik dan perhatian. Kamu tetap tersenyum meskipun kamu sebenarnya terluka parah. Biarkan sahabatmu ini membantumu, setidaknya aku siap mendengarkanmu, mendengarkan kepediha yang selalu kau alami selama ini. Keheningan dan kehampaaan hatimu yang kamu sembunyikan. Kamu memang pandai mengklamufase luka di depan banyak orang. Raut wajahmu tak bisa menipuku lagi!"

Aku berbisik padanya,

Aku sudah larut dalam kesendirian,

Aku sekarang terkurung alam penjara rasa sakit,

Bahkan aku tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan semua rasa sakit ini.

Kumohon, biarkan aku mengurusnya sendirian..

Biarkan aku menyembuhkan diriku sendiri..

Aku pasti bisa,

Meski harus mengorbankan  air mata..

Meski harus bertarung dengan emosi..

Meski harus jatuh berkali-kali..

Aku menangis tersedu-sedu. Zico memelukku. Dia mengusap diriku, menenangkanku. Membiarkanku mengeluh hingga hatiku kembali tenang. Zico memang seseorang yang baik bagiku, dia mampu mencairkan rasa sakitku, menenagkan diriku.

Ia menggumam,

Inilah gunanya sahabat. Meskipun ribuan hantaman menghancurkan, kita tetap harus kuat. Baik pihak satu engan yang ain. Kita harus mengingat kebaikan sahabatnya untuk tetap kokoh. Kita harus tetap saling mengingatkan an saing mengoreksi diri. Kita harus tetap saling membantu, berbagi memikul suka duka bersama. Kita harus saling mengerti. Maafkan aku yahh, telah meninggalkanmu. Aku tidak akan melakukannya lagi. Tersenyum yah!

Air mataku semakin mengalir deras, aku memeluknya balik. Aku memuaskan tangisanku, Ira yang mengawasiku pun muncul dan memelukku erat. Benar, kebaikan harus tetap diingat, kita harus tetap ingat. Hubungan kita akan tetap terjalin, tidak akan retak seama kita mampu saling mengerti. Dan keheningan di perpustakaan ketika jam istirahat, terasa sangat hangat dan membekas.

-Tamat.

----
Bagaimana :" Silahkan kritik saran dan juga komentar yah!!
Alhamdulillahirabbil'alamiin 



"

s
Polling
0 suara
Dapatkah kalian menangkap amanatnya?
0
496
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan