Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

EriantoajiAvatar border
TS
Eriantoaji
Ketika Pribumi Menjadi Tamu Di Rumahnya Sendiri
Quote:




Ketika Pribumai Menjadi Tamu di Rumahnya Sendiri


Pola pikir masyarakat pribumi yang cenderung masih sangat kolot dan tidak terbuka membuat kita semakin tertinggal dengan para imigran (terutama china dan arab) yang semakin mengerus negeri ini. Bagaimana cara kita berfikir dan menyikapi sautu keadaan jaman yang berubah - ubah sebagai rakyat asli di tanah sendiri sangatlah menyedihkan, mudahnya terpengaruh suatu informasi maupun berita - berita sesat yang tidak jelas asal usulnya tanpa pernah mau mengobservasinya terlebih dahulu, dan sangat mudah menyalahkan suatu keadaan tanpa memandang sebab akibatnya tentu sangat berbahaya, akhirnya kita terjun bebas di palung kebodohan dan kesusahan yang sudah kita gali terlebih dahulu. Kita jadi semakin mencari - cari kesalahaan siapa dan bukanya apa yang menjadi dasar dari kesalahan tersebut karena kalau hanya mencari kesalahan siapa, yang menang bukanlah suatu hakekat kebenarnya, tapi siapa yang memiliki kuasa diantara siapa tersebut. Dan sadar atau tidak ini adalah sebuah efek domino dari sebuah hal yang kecil dan kebiasaan kita selalu mengesampingkan hal kecil, hal yang dimaksud disini adalah kebiasaan membaca, terutama buku, sedari dini oleh masyarakat kita.


Mau sekedar meluangkan waktunya untuk membaca sebuah buku, tak peduli itu buku novel atau pelajaran, komik atau filsafat, komedi atau enskilopedi. Membaca tidak pernah merugikan kita karena akan membuat pola fikir dalam setiap individu menjadi lebih rasional dan logis dalam memahami berbagai macam gejolak realita kehidupan ini. Karena sadar atau tidak di hiruk pikuknya kota - kota besar yang ada Indonesia, kita seperti babu dinegeri sendiri. Menjadi pelayan demi sebuah tujuan bernama uang di rumah - rumah (baca pabrik) tuan para pendatang alias imigran yang mayoritasnya adalah taipan (baca cina), dan ironisnya kita hanya bisa mengutuk - ngutuk mereka dengan kata - kata kasar dan tidak mau berintopeksi diri, kita seperti didikte untuk membenci mereka padahal hidupnya bergantung pada adanya mereka, serta berfikir merekalah yang merebut aset - aset negeri ini. Karena sebenarnya memang dari cara kita berfikir maupun bertindak serta mindset yang kita miliki dengan para pendatang tersebut sangatlah jauh berbeda gapnya. Dan hal ini sangat terbukti dengan terlihatnya jurang perbedaan dari para pendatang ini dengan pribumi di kota besar di Indonesia, para imigran yang menjelma menjadi para konglomerat maupun taipan - taipan yang memang menguasai bidang ekonomi biasanya memiliki wilayah elite mereka sendiri dengan segala kemewahan dan fasilitas yang mereka punya, karena sederhananya mereka datang ke Indonesia itu untuk jadi pengusaha dan akhirnya bisa menguasai perekonomian. Sedangkan kita yang sudah beratus tahun mungkin mendiami tanah kita sendiri malah terpinggirkan di daerah - daerah kumuh dan kotor denga kultur kehidupan keras dan sisanya yang masih memiliki desa terus bertahan dengan cara - cara lama dan kuno tanpa pernah berfikir secrara sadar bahwa sebenarnya kita ini sedang dipepet terus menuju


metropolitanisasi yang diinisiasi para kaum kaya. Akhirnya yang tidak beruntung hanya bisa melakukan apa saja demi uang agar dapat terus survive, di kerasnya kehidupan sekarang ini. Sebenarnya semua itu bisa sedikit untuk ditekan dan dicarikan solusi agar kehidupan para pribumi lebih rasional dan adil serta balance sebagai orang asli. oleh karena itu menumbuhkan minat baca bagi semua orang sedari dini adalah salah satu langkah paling awal tapi memiliki impact yang besar, karena kita tahu bersama bagaimana rendahnya minat baca orang Indonesia. Ini terbukti dengan sangat sedikitnya fasilitas baca yang tersedia di berbagai tempat umum baik itu perpustakaan daerah ataupun taman - taman baca yang seharusnya mulai diperhatikan keberadannya untuk terus diupayakan keberadannya dan menciptakan sebuah ekosistim yang masyarakatnya suka membaca dan mencari informasi melalui buku atau karya tulis ilmiah yang mampu digunakan untuk berfikir kritis serta inovatif. Ini sangat jauh berbeda dengan negara - negara maju atau berkembang ke arah maju seperti di Tiongkok atau Singapura yang terus berupaya dalam menyedikan fasilitas untuk membaca bukan hanya sebanyak mungkin, tapi sebaik mungkin. Jadi jangan sepelekan kebiasaan membaca karena ternyata memiliki dampak sebegitu masif dan besarnya. Karena dengan membaca, ibarat kita membuka jendela dunia kita jadi punya wawasan yang sangat luas dan mampu mengambil keputusan terbaik.

Erianto Aji
Diubah oleh Eriantoaji 26-03-2019 03:16
1
1.1K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan