Era baru Tim Nasional Indonesia akan dimulai pada Senin (25/3) sore. Simon McMenemy akan menjalani debutnya sebagai pelatih Tim Garuda di FIFA International Matchday kontra Myanmar. Mampukah McMenemy memulai langkahnya dengan mulus?
 
Sejarah mencatat empat pelatih asing terakhir yang menangani Tim Garuda tak pernah melewati debut mereka dengan manis. Bahkan tiga diantaranya harus menelan kekalahan. Hanya Wim Rijsbergen yang mampu terhindar dari kekalahan saat debut menjadi pelatih Timnas Indonesia.
 
Rijsbergen menahan imbang Turkmenistan dengan skor 1-1 di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia di tahun 2011 silam. Ketika itu gol Muhammad Ilham pada menit ke-30 menyelamatkan debut Rijsbergen dari kekalahan.
 
Sebelum Rijsbergen, pelatih asing yang menangani Indonesia adalah Peter Withe di tahun 2004. Withe harus menelan kekalahan 0-2 dari Singapura pada September 2004. Setelah itu Alfred Riedl juga mengalami hal yang sama. Bahkan lebih memalukan, ketika harus dibantai oleh Uruguay dengan skor 1-7, meski sempat unggul 1-0 terlebih dulu lewat gol Boaz Salossa.



 
Teranyar, Luis Milla juga tak bisa memberikan kemenangan di debutnya bersama Indonesia. Menjamu Myanmar, Tim Garuda saat itu harus kalah 1-3 pada Maret 2017 lalu. Saat itu, Milla yang mempersiapkan Timnas Indonesia untuk SEA Games 2017 dan Asian Games 2018, membentuk tim dengan para pemain yang mayoritas usianya di bawah 23 tahun.
 
Setelah sempat ditangani pelatih lokal, Bima Sakti, Tim Garuda kembali dinahkodai pelatih asing. McMenemy ditunjuk pada Januari lalu sebenarnya tak asing lagi bagi para pencinta sepak bola Indonesia. Di tahun 2010, dia mampu memberi kejutan dengan membawa Filipina menembus semifinal Piala AFF.
 
Kemudian di tahun 2017 lalu, McMenemy berhasil membawa Bhayangkara FC menjadi juara Liga 1. Di musim tersebut pula, pria kelahiran Skotlandia tersebut dinobatkan sebagai Pelatih Terbaik Liga 1. Jadi bukanlah latar belakang yang buruk untuk McMenemy memulai petualangan barunya bersama Timnas Indonesia.
 
Apakah McMenemy akan mendobrak catatan buruk para pendahulunya? Atau justru bisa memberikan harapan baru untuk sepak bola Indonesia?