#generasiantikorupsi


Sadar tidak sadar, saya sering melakukan korupsi, yang paling banyak saya lakukan adalah korupsi waktu.

Profesi saya sebagai tenaga pendidik, terkadang saya bermain gadget pada jam pelajaran.

Ketika saya merutuk para koruptor negara, tetapi saya sendiri melakukannya. Sekolah memfasilitasi wifi, dengan alasan aji mumpung, saya mendownload hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan sekolah.

Saya senang mendapatkan gratifikasi (hadiah) dari walimurid, sudah tentu gratifikasi negatif, alasannya sungguh klise, biar anaknya mendapat perhatian lebih, nilainya ditingkatkan, dan sebagainya. Puji syukur saya cepat menyadari dan semua sudah berlalu, bagaimana dengan gansis?

***

Menurut saya, korupsi adalah hal yang tidak mungkin musnah sampai akhir zaman. Pesimis? Begitulah kenyataannya gansis.

Selama ada rasa iri hati dan keserakahan pada diri manusia, selama itu pula korupsi akan ada, karena ke dua faktor tersebut, merupakan faktor utama.

Tuntutan hidup, rasa takut akan kehilangan jabatan, perintah atasan, yang mau tidak mau kita terlibat dalam ruang lingkup korupsi. Kita tahu salah, tetapi tetap melakukan.

Bahkan korupsi bisa dilakukan dari berbagai kalangan dan profesi. Ibu Rumah tangga juga bisa loh gansis, pernah tidak sista menemukan uang di kantong suami tidak dibalikin? Ayo ngaku! Pis ah.

Sebagai orangtua, kita pun suka mengajarkan anak untuk melakukan korupsi, contoh kecilnya, menyuruh anak untuk berbohong kepada ayahnya meminta uang untuk beli buku, tetapi uangnya dibelanjakan untuk kosmetik.

Gansis tahu tidak sih apa itu korupsi?

Wikipedia menjelaskan, korupsi atau rasuah (bahasa latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok)

Menurut KBBI, korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Dari pengertian di atas, saya menyadari betapa banyak penyelewengan yang saya lakukan. Meski hati sering menolak, bahwa saya tidak pernah melakukan korupsi dengan alasan fasilitas, aji mumpung, atau apa pun itu, satu yang pasti 'saya melakukannya untuk kepentingan pribadi’.

Saya tidak bisa mengubah negara, apalagi sebesar Indonesia, yang saya bisa lakukan dengan mengubah diri untuk meminimalis untuk menjadi seorang koruptor.

Indonesia bebas korupsi, mulailah dari diri kita, dari hal-hal kecil, mendisiplinkan waktu, dan yang paling utama adalah menguatkan pondasi keimanan.

Harapan saya di pemilu 2019 ini, semoga kita bisa bergandengan tangan menuju Indonesia yang lebih baik, tanpa korupsi yang menyelimuti. Semangat.

Mau berantas korupsi ...? Yuk mulai dari diri kita dan dari sekarang.




#Keepsmile&istiqamah
#BBB
Jakarta, 24 Maret 2019