- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Tiar, Mas Titipkan kau Pada Tuhan


TS
asmulfaisi
Tiar, Mas Titipkan kau Pada Tuhan

Sore itu cuaca sangat cerah, Dany menggandeng tanganku dengan erat sembari menuntunku berjalan disebelahnya. Sore itu pun terasa bertambah indah bagi kami, seminggu yang lalu kami jadian. Aku mengenalnya lewat temanku, ia pria yang tampan, ceria dan tidak kaku. Tidak seperti… ah sudahlah,
Dany mengajakku duduk di bawah pohon yang rindang dekat kolam ikan. Dari situ aku bisa melihat pemandangan di sekitar taman. Namun pandanganku terpaku pada sosok laki-laki yang tak asing bagiku. Ia tengah bermain bersama segerombolan anak-anak di taman itu. Segera saja aku kelimpungan dan mengajak dany pergi dari sana.
“dan, kita pergi yuk. Ada mas Virman tuh.”
“mana? Biar ajalah Tiar.. biar dia tau, jadi kamu bisa segera putus dengannya dan menjadi pacarku satu-satunya”
“aduh dan, aku gak bisa. Aku gak bisa ngelepasin dia, gimanapun aku tetap mencintainya. Kalau kamu ingin aku meninggalkannya demi kamu, maaf, aku tidak bisa.”
“Tiar?” panggil mas Virman yang kini telah ada di hadapanku.
“mas Virman?” jawabku kaget.
“iya. Sedang apa kamu disini? Dan siapa dia Tiar?” tanyanya lembut sambil menunjuk Dany
“emm. Dia temanku mas, mas Virman sedang apa?” jawabku kaku.
“kenalin, Aku Dany, aku calon suami Tiar.” Ucap Dany tiba-tiba membuatku dan mas Virman kaget
“benarkah itu Tiar..? ada apa sebenarnya? Katakan saja, tidak usah takut. Mas tidak akan marah”
“maafkan Tiar mas, Dany memang pacarku. Aku telah selingkuh. Tapi sungguh Tiar sama sekali tidak pernah berpikir untuk menjadikannya calon suami Tiar.”
“lantas untuk apa kamu berpacaran dengannya Tiar?”
“maafkan Tiar mas, Tiar mengaku salah. Tolong berikan Tiar kesempatan lagi”
“lalu kenapa Tiar selingkuh sayang? maafkan mas Tiar, mas belum sempat memberimu bahagia. Mas Virman mencintai Tiar.. tapi mas belum bisa menerima yang telah Tiar lakukan, mungkin ini saatnya kita berpisah untuk sama-sama mencari kebahagian lain yang bisa meneduhkan hati kita. Jagalah dirimu baik-baik dik, mas titipkan kau pada yang maha kuasa.”
Aku tertegun mendengar ucapannya, baru aku sadari aku begitu sangat mencintainya, aku takut kehilangannya. Tapi kenapa aku menyadarinya justru pada saat hubungan ini sudah tidak bisa kuperbaiki lagi. Bagaimana aku bisa mengaku ku Cinta, sementara aku telah menyakiti lembut hati seorang lelaki. Bahkan disaat terakhir ia masih sempat berucap. “maafkan mas Tiar, mas belum sempat memberimu bahagia” selapis senyum tersungging dibibirnya saat senja memaksanya beranjak pergi. Dalam hati aku meronta, setan apa yang telah merasukiku hingga setega ini menduakan cinta dan kasihnya.
“Maafkan aku mas, aku yang salah, aku yang bodoh tak sanggup mencintai anugrah kelembutan fajar seperti dirimu. Ampuni aku mas, ampuni setiaku yang tak sekuat kamu. Jangan hukum aku mas, berilah aku kesempatan jika kelak ada celah untukku kembali. Kini izinkan aku yang belajar tentang perihnya penantian”
“serahkan saja pada Tuhan Tiar.. jangan menunggu, jangan membuat dirimu tersiksa. Jangan uji lagi kesetiaanmu. ia pasti lelah telah bertahan selama ini. Mas tidak akan menghukummu, mas tidak berhak Tiar.. biar saja sepi mendewasakan kita hingga nanti waktu memberi jalan bagi kita untuk bertemu. Jangan mencari karena pasti akan melelahkanmu. Pasrahkan saja.”
“sungguh. Aku minta maaf mas, beri tau aku kemana kau akan pergi.” Ia hanya menoleh sebentar, tersenyum. Lalu bergegas pergi. Aku hanya tergugu melihat punggungnya yang kian lama kian menjauh. Oh Tuhaan… ia pria yang baik, jagalah ia kemana pun senja membawanya. Dan kembalikan ia padaku suatu saat nanti…
Ya tuhan.. inikah jalan yang kau pilihkan untukku? Ya Allah.. kupasrahkan hatiku padamu. Biar kau pilihkan aku gadis yang suci hatinya, apabila ia adalah Tiar.. maka, sabarkanlah dia untuk menguji kesetiaannya ya Allah. Namun apabila bukan ia gadisnya, maka bukalah jalan ku untuk bertemu dengan gadis pilihanmu itu ya Allah.
Dany mengajakku duduk di bawah pohon yang rindang dekat kolam ikan. Dari situ aku bisa melihat pemandangan di sekitar taman. Namun pandanganku terpaku pada sosok laki-laki yang tak asing bagiku. Ia tengah bermain bersama segerombolan anak-anak di taman itu. Segera saja aku kelimpungan dan mengajak dany pergi dari sana.
“dan, kita pergi yuk. Ada mas Virman tuh.”
“mana? Biar ajalah Tiar.. biar dia tau, jadi kamu bisa segera putus dengannya dan menjadi pacarku satu-satunya”
“aduh dan, aku gak bisa. Aku gak bisa ngelepasin dia, gimanapun aku tetap mencintainya. Kalau kamu ingin aku meninggalkannya demi kamu, maaf, aku tidak bisa.”
“Tiar?” panggil mas Virman yang kini telah ada di hadapanku.
“mas Virman?” jawabku kaget.
“iya. Sedang apa kamu disini? Dan siapa dia Tiar?” tanyanya lembut sambil menunjuk Dany
“emm. Dia temanku mas, mas Virman sedang apa?” jawabku kaku.
“kenalin, Aku Dany, aku calon suami Tiar.” Ucap Dany tiba-tiba membuatku dan mas Virman kaget
“benarkah itu Tiar..? ada apa sebenarnya? Katakan saja, tidak usah takut. Mas tidak akan marah”
“maafkan Tiar mas, Dany memang pacarku. Aku telah selingkuh. Tapi sungguh Tiar sama sekali tidak pernah berpikir untuk menjadikannya calon suami Tiar.”
“lantas untuk apa kamu berpacaran dengannya Tiar?”
“maafkan Tiar mas, Tiar mengaku salah. Tolong berikan Tiar kesempatan lagi”
“lalu kenapa Tiar selingkuh sayang? maafkan mas Tiar, mas belum sempat memberimu bahagia. Mas Virman mencintai Tiar.. tapi mas belum bisa menerima yang telah Tiar lakukan, mungkin ini saatnya kita berpisah untuk sama-sama mencari kebahagian lain yang bisa meneduhkan hati kita. Jagalah dirimu baik-baik dik, mas titipkan kau pada yang maha kuasa.”
Aku tertegun mendengar ucapannya, baru aku sadari aku begitu sangat mencintainya, aku takut kehilangannya. Tapi kenapa aku menyadarinya justru pada saat hubungan ini sudah tidak bisa kuperbaiki lagi. Bagaimana aku bisa mengaku ku Cinta, sementara aku telah menyakiti lembut hati seorang lelaki. Bahkan disaat terakhir ia masih sempat berucap. “maafkan mas Tiar, mas belum sempat memberimu bahagia” selapis senyum tersungging dibibirnya saat senja memaksanya beranjak pergi. Dalam hati aku meronta, setan apa yang telah merasukiku hingga setega ini menduakan cinta dan kasihnya.
“Maafkan aku mas, aku yang salah, aku yang bodoh tak sanggup mencintai anugrah kelembutan fajar seperti dirimu. Ampuni aku mas, ampuni setiaku yang tak sekuat kamu. Jangan hukum aku mas, berilah aku kesempatan jika kelak ada celah untukku kembali. Kini izinkan aku yang belajar tentang perihnya penantian”
“serahkan saja pada Tuhan Tiar.. jangan menunggu, jangan membuat dirimu tersiksa. Jangan uji lagi kesetiaanmu. ia pasti lelah telah bertahan selama ini. Mas tidak akan menghukummu, mas tidak berhak Tiar.. biar saja sepi mendewasakan kita hingga nanti waktu memberi jalan bagi kita untuk bertemu. Jangan mencari karena pasti akan melelahkanmu. Pasrahkan saja.”
“sungguh. Aku minta maaf mas, beri tau aku kemana kau akan pergi.” Ia hanya menoleh sebentar, tersenyum. Lalu bergegas pergi. Aku hanya tergugu melihat punggungnya yang kian lama kian menjauh. Oh Tuhaan… ia pria yang baik, jagalah ia kemana pun senja membawanya. Dan kembalikan ia padaku suatu saat nanti…
Ya tuhan.. inikah jalan yang kau pilihkan untukku? Ya Allah.. kupasrahkan hatiku padamu. Biar kau pilihkan aku gadis yang suci hatinya, apabila ia adalah Tiar.. maka, sabarkanlah dia untuk menguji kesetiaannya ya Allah. Namun apabila bukan ia gadisnya, maka bukalah jalan ku untuk bertemu dengan gadis pilihanmu itu ya Allah.
0
980
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan