- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Calon Politikus itu Menghancurkan Kebahagiaan ku (Cerpen cinta)! #2


TS
good200
Calon Politikus itu Menghancurkan Kebahagiaan ku (Cerpen cinta)! #2
Hai, agan dan sista pecinta cerita cinta. Karena mempertimbangkan beberapa alasan tentang perkembangan cerita cinta yang epic, ane akan melanjutkan cerita ane tentang cerpen satu ini.
Selamat membaca.
************
Jika bintang itu hilang, maka biarkan bulan bersinar sendiri. Tak bisakah? Bulan hanya memantulkan cahaya, ia sejatinya gersang di tampar gelap yang kian menyayat.
Setelah aku mengetahui bahwa wanita yang aku cintai adalah adikku sendiri, kini lukaku tak bisa ku pendam. Aku masih terbaring lemah di kamar tanpa cahaya selama dua hari ini.
"Ma, bisakah kau menjemputmu?" Kataku pelan.
"Apakah disana tempatnya indah Ma?" Tanyaku lagi.
"Aku rindu Mama" aku mulai meneteskan air mata.
Entah mengapa laki-laki yang katanya sudah dewasa ini tiba-tiba menitikan air mata. Ia seakan kembali kepada masa kecilnya. Ia menangis sendiri di kegelapan, ia kehilangan satu-satunya harapan hidupnya. Semangat hidupnya telah redup sempurna.
"Dok, dook dook" suara pintu di ketuk dengan keras.
"Satu, dua, tiga" mereka berhitung, hingga suara keras sedikit mengagetkan diriku. Mereka membobol pintu depan rumahku.
"Dok dok dok" mereka mengetuk pintu kamarku, berulang kali. Hingga mereka sedikit berbisik. Aku berusaha bangun untuk membuka pintu kamar, tapi entah mengapa aku kehilangan tenaga ku.
Mereka pun mendobrak pintu kamarku. Mereka teman-teman kuliahku, dan ada Natasya yang matanya sembab.
"Apa kamu tidak apa-apa Dit?" Tanya mereka, entah mengapa kini aku tak bisa bersuara.
Bahkan aku kehilangan kesadaran ku, mereka saling berbisik dan akhirnya aku merasa di dunia tanpa ada siapapun. Hitam gelap tak ada suara.
***********
Aku membuka mataku, bau ruangan ini tak asing lagi bagiku, aku menunggu Mama bersama Natasya gadis hasil persilangan antara ayah dan Pelakor itu.
Aku kaget ketika melihat Natasya memegang erat tanganku dan tidur sambil duduk. Aku mencoba melepaskan pegangannya, Namun ia akhirnya terbangun.
"Udah siuman?" Tanyanya sambil tersenyum.
Aku diam saja menutup kembali kedua mataku.
"Dit, ihhhhhh" katanya...
"Apa sih?"
"Aku khawatir tahu sama kamu!"
"Aku gak papa" kataku
"Kamu gak sadarin diri dua hari tahu!"
Katanya mulai menitikan air mata.
Aku menghapus air matanya, melihatnya. Tak ada kebohongan dari matanya, ia memang tulus membantuku. Maafin aku, yah Nat, karena ayah dan ibumu aku juga membencimu.
"Maaf Nat!" Kataku.
"Eh, Dit aku mau ngomong sama kamu!"
"Masalah apa? Eh, kamu mandi deh sana, biar cantikan dikit" kataku meledek.
"Kamu tuh yang gak mandi seminggu lebih"
"Ih, Natasya, aku cuma gak ngapa-ngapain 5 hari" kataku
"Lah, makanya penyakit Mag kambuh, Dehidrasi parah. Ih, kamu mau bunuh diri?"
"Iya, emang" jawabku
"Gak boleh gitu Dit, apa karena aku?" Tanyanya mencoba tersenyum.
"Aku sudah kehilangan orang yang ku percaya" kataku lirih.
"Siapa? Ayah kita?" Tanyanya
"Jangan sebut keparat itu" kataku membentaknya.
"Iya, maaf Dit" katanya menggenggam tanganku.
"Apa aku salah mencintaimu?" Suaraku benar-benar pelan.
"Kenapa Dia?" Tanyanya
"Enggak kok!" Jawabku
Dia berdiri mengambil bubur yang sudah di sediakan rumah sakit. Membawanya padaku.
" Makan yah Dit" katanya
"Iya, tapi bareng kamu" kataku
"Iya udah"
Ia pun makan serta menyuapiku. Ternyata bintang itu mencoba bersinar di tengah badai, lebih bersinar dari bintang lainnya. Ia bersinar di pahitnya hidupku.
"Dit, ngomong-ngomong aku bukan anak kandung papa dan mama aku!"
"Benarkah?" Tanyaku
"Iya, masak aku bohong" katanya
"Benarkah?"
"Iya, kan kita seumuran, coba deh fikir" katanya sambil merapikan tempat bubur.
"Jadi aku boleh jatuh cinta padamu?" Tanyaku.
"Apa Dit?" Tanyanya "Kamu cinta sama aku?" Lanjutnya.
"Iya!" Kataku agak kaku.
"Aku juga cinta sama kamu!" Katanya berlari memelukku.
Ah, cinta memang tidak bisa di duga, aku sangat bersyukur bisa mencintai dan di cintai oleh orang sepertimu. Mama ternyata dia juga mencintai ku. Bintang itu kini bersinar tepat di dekat sang bulan.
"Apa kita pacaran?" Tanyanya
"Gak mau!" Kataku sambil tersenyum
"Terus?" Tanyanya manja
"Gimana kalau kamu jadi calon istriku?" tanyaku.
"Siap deh!" Katanya sambil tersenyum.
Aku lupa, bahwa ada tembok yang harus ku lewati untuk memperjuangkan hubungan ini. Kebahagiaan saat ini sangat indah.
Setiap kebahagiaan yang sangat besar pasti ada kesedihan yang siap menghadang. Bersama jutaan halang dan rintang, tak ada kemudahan dalam kehidupan. Tak ada bahagia yang abadi, tak ada kesedihan yang tak usai.
#3 dari cerita ini segera rilis.
Jangan lupa membaca #1 biar faham ceritanya. Terimakasih.
Selamat membaca.
************
Jika bintang itu hilang, maka biarkan bulan bersinar sendiri. Tak bisakah? Bulan hanya memantulkan cahaya, ia sejatinya gersang di tampar gelap yang kian menyayat.
Setelah aku mengetahui bahwa wanita yang aku cintai adalah adikku sendiri, kini lukaku tak bisa ku pendam. Aku masih terbaring lemah di kamar tanpa cahaya selama dua hari ini.
"Ma, bisakah kau menjemputmu?" Kataku pelan.
"Apakah disana tempatnya indah Ma?" Tanyaku lagi.
"Aku rindu Mama" aku mulai meneteskan air mata.
Entah mengapa laki-laki yang katanya sudah dewasa ini tiba-tiba menitikan air mata. Ia seakan kembali kepada masa kecilnya. Ia menangis sendiri di kegelapan, ia kehilangan satu-satunya harapan hidupnya. Semangat hidupnya telah redup sempurna.
"Dok, dook dook" suara pintu di ketuk dengan keras.
"Satu, dua, tiga" mereka berhitung, hingga suara keras sedikit mengagetkan diriku. Mereka membobol pintu depan rumahku.
"Dok dok dok" mereka mengetuk pintu kamarku, berulang kali. Hingga mereka sedikit berbisik. Aku berusaha bangun untuk membuka pintu kamar, tapi entah mengapa aku kehilangan tenaga ku.
Mereka pun mendobrak pintu kamarku. Mereka teman-teman kuliahku, dan ada Natasya yang matanya sembab.
"Apa kamu tidak apa-apa Dit?" Tanya mereka, entah mengapa kini aku tak bisa bersuara.
Bahkan aku kehilangan kesadaran ku, mereka saling berbisik dan akhirnya aku merasa di dunia tanpa ada siapapun. Hitam gelap tak ada suara.
***********
Aku membuka mataku, bau ruangan ini tak asing lagi bagiku, aku menunggu Mama bersama Natasya gadis hasil persilangan antara ayah dan Pelakor itu.
Aku kaget ketika melihat Natasya memegang erat tanganku dan tidur sambil duduk. Aku mencoba melepaskan pegangannya, Namun ia akhirnya terbangun.
"Udah siuman?" Tanyanya sambil tersenyum.
Aku diam saja menutup kembali kedua mataku.
"Dit, ihhhhhh" katanya...
"Apa sih?"
"Aku khawatir tahu sama kamu!"
"Aku gak papa" kataku
"Kamu gak sadarin diri dua hari tahu!"
Katanya mulai menitikan air mata.
Aku menghapus air matanya, melihatnya. Tak ada kebohongan dari matanya, ia memang tulus membantuku. Maafin aku, yah Nat, karena ayah dan ibumu aku juga membencimu.
"Maaf Nat!" Kataku.
"Eh, Dit aku mau ngomong sama kamu!"
"Masalah apa? Eh, kamu mandi deh sana, biar cantikan dikit" kataku meledek.
"Kamu tuh yang gak mandi seminggu lebih"
"Ih, Natasya, aku cuma gak ngapa-ngapain 5 hari" kataku
"Lah, makanya penyakit Mag kambuh, Dehidrasi parah. Ih, kamu mau bunuh diri?"
"Iya, emang" jawabku
"Gak boleh gitu Dit, apa karena aku?" Tanyanya mencoba tersenyum.
"Aku sudah kehilangan orang yang ku percaya" kataku lirih.
"Siapa? Ayah kita?" Tanyanya
"Jangan sebut keparat itu" kataku membentaknya.
"Iya, maaf Dit" katanya menggenggam tanganku.
"Apa aku salah mencintaimu?" Suaraku benar-benar pelan.
"Kenapa Dia?" Tanyanya
"Enggak kok!" Jawabku
Dia berdiri mengambil bubur yang sudah di sediakan rumah sakit. Membawanya padaku.
" Makan yah Dit" katanya
"Iya, tapi bareng kamu" kataku
"Iya udah"
Ia pun makan serta menyuapiku. Ternyata bintang itu mencoba bersinar di tengah badai, lebih bersinar dari bintang lainnya. Ia bersinar di pahitnya hidupku.
"Dit, ngomong-ngomong aku bukan anak kandung papa dan mama aku!"
"Benarkah?" Tanyaku
"Iya, masak aku bohong" katanya
"Benarkah?"
"Iya, kan kita seumuran, coba deh fikir" katanya sambil merapikan tempat bubur.
"Jadi aku boleh jatuh cinta padamu?" Tanyaku.
"Apa Dit?" Tanyanya "Kamu cinta sama aku?" Lanjutnya.
"Iya!" Kataku agak kaku.
"Aku juga cinta sama kamu!" Katanya berlari memelukku.
Ah, cinta memang tidak bisa di duga, aku sangat bersyukur bisa mencintai dan di cintai oleh orang sepertimu. Mama ternyata dia juga mencintai ku. Bintang itu kini bersinar tepat di dekat sang bulan.
"Apa kita pacaran?" Tanyanya
"Gak mau!" Kataku sambil tersenyum
"Terus?" Tanyanya manja
"Gimana kalau kamu jadi calon istriku?" tanyaku.
"Siap deh!" Katanya sambil tersenyum.
Aku lupa, bahwa ada tembok yang harus ku lewati untuk memperjuangkan hubungan ini. Kebahagiaan saat ini sangat indah.
Setiap kebahagiaan yang sangat besar pasti ada kesedihan yang siap menghadang. Bersama jutaan halang dan rintang, tak ada kemudahan dalam kehidupan. Tak ada bahagia yang abadi, tak ada kesedihan yang tak usai.
#3 dari cerita ini segera rilis.
Jangan lupa membaca #1 biar faham ceritanya. Terimakasih.
0
467
3
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan