- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Surat Untukmu, Teman yang Tersayang


TS
lembuganteng
Surat Untukmu, Teman yang Tersayang
Teman, aku sudah tidak tahu harus cerita kepada siapa lagi? Aku bingung, aku galau, aku hancur, aku lebur, aku binasa, bahkan aku lebih binasa dari api yang terbakar api. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku berjalan tetapi diam, aku diam tetapi aku ternyata aku berlari. Hari ini aku tidak stabil.
Ingatkan dahulu?
Teman, aku adalah diriku yang mengenalkanmu kepada teman baikku. Ingatkah Hari itu? Hari dimana kamu datang kepadaku, memintaku untuk memperkenalkan dirimu padanya. Dan dengan setianya aku mengiyakan keinginanmu. Saat itu juga aku bergegas ke tempat teman baikku denganmu. Aku bergegas ke tempat favorit teman baikku. Dan sejak hari itu kamu resmi berkenalan dengannya. Kita bertiga menjadi tim terbaik.
Teman, aku sangat senang sekarang kamu ada di dalam pertemanan kami. Ibarat sebuah garis lingkaran yang dibentuk oleh kami berdua, kamu adalah poros yang tepat di tengah-tengahnya. Kamulah yang lebih mengerti kita berdua harus bagaimana, bahkan lebih dari diri kita sendiri. Dan Aku sangat senang akan hal itu.
Namun teman, hari demi hari datang agak aneh. Lama aku memperhatikan dirimu, aku melihat ada keganjilan pada dirimu. Tetapi jangan salah, itu adalah hal yang baik. Kamu semakin cantik teman. Kamu semakin indah. Mulai dari tatapan matamu, suaramu saat memanggil kita berdua, senyummu, cara memperhatikan kita, semuanya. Semuanya berubah menjadi indah. Semakin datangnya hari semakin pula aku ingin berjumpa denganmu teman. Bahkan aku tidak jarang bergegas ke sekolah hanya untuk berjumpa denganmu. Rasa suka berlebih yang berkepompong menjadi rasa cinta. Tetapi tenang saja teman, aku sangat ahli menjaga rahasia.
Hari demi hari kita bertiga semakin dekat. Tidak ada lagi kata "kamu", "aku" atau "dia", di antara kita yang ada hanyalah kata "kita". Memang aku dan teman baikku kadang bertrabrakan dalam persepsi, namun tetap, sebagai poros kamu ada di tengah dan kembali merukunkan kami. Singkat kata, semakin hari sikapmu membuat diriku untuk semakin jatuh cinta, ya aku jatuh cinta dengan sahabatku sendiri dan itu kamu, teman.
Mulai saat ini, izinkan aku memanggilmu "sayang" karena memang, aku sangat sayang kamu. Walaupun aku tahu, kamu mungkin engga. Tetapi tenang aku sangat pandai menjaga rahasia.
Aku ingat pada saat itu, kamu mengajak aku pergi ke perpustakaan. Kalau tidak salah itu terkait dengan sebuah tugas dimana kamu tidak bisa mengerjakannya. Dan lagi-lagi, dengan setianya aku menemanimu.
Kalau boleh bilang, sangat jarang untuk kita bisa berdua. Kebanyakan dari kita selalu bertiga bersama teman baikku.
Apakah Tuhan sedang menantangku sekarang? Apakah ini benar-benar kesempatan aku? Ah terima kasih Tuhan, aku terima tantanganmu ini.
Sebelumnya aku takut. Takut ada apa-apa dengan pertemanan kita. Takut kalau kamu tidak akan mau lagi menganggap aku teman. Takut kalau ini, itu, semuanya.
Sempat aku mengurungkan niatku. Dan cuma tersenyum melihatmu mengerjakan tugas kampus. Indah sekali. Namun, tiba-tiba...
Kamu menembak aku.
Ya ..., kamu menembak aku sayang. Aku engga bisa berpikir bagaimana hal itu bisa terjadi. Aku tidak tahu. Yang aku rasakan, Aku hanya bahagia sekali. Aku senang aku lebih senang dari pada orang yang diterima beasiswa di Jepang. Rasanya, arwahku ingin meloncat ke surga saking senanngnya. Ah maaf, aku bingung mengungkapkannya bagaimana. Bagaimana tidak aku yang harusnya menembak kamu, tetapi malah kamu yang menembak aku. Kadang, Tuhan itu senang sekali bercanda dengan Mahkluknya.
Aku harus menerimanya. Aku harus ...
Aku tersenyum.
Aku gugup. Aku ingin mengatakannya. "Aku juga sayang kamu juga" sesederhana itu.
Sulit.
Sulit sekali.
Aku hanya diam. Aku takut. Rasa yang senang berlebih kini menjadikan aku takut, gugup dan hanya berdiri mematung. Ya Tuhan ada apa ini? Dia menunggu jawabanku.
"Aku juga sayang kamu juga"
Tidak bisa.
Tidak bisa terucap di mulutku. Ada apa ini? Cepatlah ...
Terlambat...
Dia pergi.
Dia sangat kecewa. Aku sempat melihatnya matanya yang memerah dan meneteskan sedikit air mata. Aku ingin, tetapi aku terlalu takut. Aku pecundang.
Kini dia pergi.
Dia tidak hanya pergi, dia menghindariku.
Kadang aku sempat melihatnya dengan teman baikku.
Kabar baiknya, teman baikku tetap menjadi teman baikku. Namun kini, Teman baikku kini menjadi orang yang bersamanya.
Sungguh Tuhan, jika aku boleh mengulang waktu, aku ingin sekali bilang kepadanya jika aku juga mencintainya.
Dan sekarang, teman baikku kini benar-benar menjadi kekasihnya.
Sama dengan aku bicara, aku tidak terlalu pintar menulis. Namun jika kamu membaca ini. Aku ingin mengucapkan terima kasih dan aku juga ingin bilang kalau aku masih mencintaimu. Sangat mencintaimu. Walaupun kamu sudah dengan teman baikku. Tetapi tenang saja, aku pandai menjaga rahasia.
Tertanda
Mantan Sahabat Yang Dulu Mencintaimu Selalu.
Ingatkan dahulu?
Teman, aku adalah diriku yang mengenalkanmu kepada teman baikku. Ingatkah Hari itu? Hari dimana kamu datang kepadaku, memintaku untuk memperkenalkan dirimu padanya. Dan dengan setianya aku mengiyakan keinginanmu. Saat itu juga aku bergegas ke tempat teman baikku denganmu. Aku bergegas ke tempat favorit teman baikku. Dan sejak hari itu kamu resmi berkenalan dengannya. Kita bertiga menjadi tim terbaik.
Teman, aku sangat senang sekarang kamu ada di dalam pertemanan kami. Ibarat sebuah garis lingkaran yang dibentuk oleh kami berdua, kamu adalah poros yang tepat di tengah-tengahnya. Kamulah yang lebih mengerti kita berdua harus bagaimana, bahkan lebih dari diri kita sendiri. Dan Aku sangat senang akan hal itu.
Namun teman, hari demi hari datang agak aneh. Lama aku memperhatikan dirimu, aku melihat ada keganjilan pada dirimu. Tetapi jangan salah, itu adalah hal yang baik. Kamu semakin cantik teman. Kamu semakin indah. Mulai dari tatapan matamu, suaramu saat memanggil kita berdua, senyummu, cara memperhatikan kita, semuanya. Semuanya berubah menjadi indah. Semakin datangnya hari semakin pula aku ingin berjumpa denganmu teman. Bahkan aku tidak jarang bergegas ke sekolah hanya untuk berjumpa denganmu. Rasa suka berlebih yang berkepompong menjadi rasa cinta. Tetapi tenang saja teman, aku sangat ahli menjaga rahasia.
Hari demi hari kita bertiga semakin dekat. Tidak ada lagi kata "kamu", "aku" atau "dia", di antara kita yang ada hanyalah kata "kita". Memang aku dan teman baikku kadang bertrabrakan dalam persepsi, namun tetap, sebagai poros kamu ada di tengah dan kembali merukunkan kami. Singkat kata, semakin hari sikapmu membuat diriku untuk semakin jatuh cinta, ya aku jatuh cinta dengan sahabatku sendiri dan itu kamu, teman.
Mulai saat ini, izinkan aku memanggilmu "sayang" karena memang, aku sangat sayang kamu. Walaupun aku tahu, kamu mungkin engga. Tetapi tenang aku sangat pandai menjaga rahasia.
Aku ingat pada saat itu, kamu mengajak aku pergi ke perpustakaan. Kalau tidak salah itu terkait dengan sebuah tugas dimana kamu tidak bisa mengerjakannya. Dan lagi-lagi, dengan setianya aku menemanimu.
Kalau boleh bilang, sangat jarang untuk kita bisa berdua. Kebanyakan dari kita selalu bertiga bersama teman baikku.
Apakah Tuhan sedang menantangku sekarang? Apakah ini benar-benar kesempatan aku? Ah terima kasih Tuhan, aku terima tantanganmu ini.
Sebelumnya aku takut. Takut ada apa-apa dengan pertemanan kita. Takut kalau kamu tidak akan mau lagi menganggap aku teman. Takut kalau ini, itu, semuanya.
Sempat aku mengurungkan niatku. Dan cuma tersenyum melihatmu mengerjakan tugas kampus. Indah sekali. Namun, tiba-tiba...
Kamu menembak aku.
Ya ..., kamu menembak aku sayang. Aku engga bisa berpikir bagaimana hal itu bisa terjadi. Aku tidak tahu. Yang aku rasakan, Aku hanya bahagia sekali. Aku senang aku lebih senang dari pada orang yang diterima beasiswa di Jepang. Rasanya, arwahku ingin meloncat ke surga saking senanngnya. Ah maaf, aku bingung mengungkapkannya bagaimana. Bagaimana tidak aku yang harusnya menembak kamu, tetapi malah kamu yang menembak aku. Kadang, Tuhan itu senang sekali bercanda dengan Mahkluknya.
Aku harus menerimanya. Aku harus ...
Aku tersenyum.
Aku gugup. Aku ingin mengatakannya. "Aku juga sayang kamu juga" sesederhana itu.
Sulit.
Sulit sekali.
Aku hanya diam. Aku takut. Rasa yang senang berlebih kini menjadikan aku takut, gugup dan hanya berdiri mematung. Ya Tuhan ada apa ini? Dia menunggu jawabanku.
"Aku juga sayang kamu juga"
Tidak bisa.
Tidak bisa terucap di mulutku. Ada apa ini? Cepatlah ...
Terlambat...
Dia pergi.
Dia sangat kecewa. Aku sempat melihatnya matanya yang memerah dan meneteskan sedikit air mata. Aku ingin, tetapi aku terlalu takut. Aku pecundang.
Kini dia pergi.
Dia tidak hanya pergi, dia menghindariku.
Kadang aku sempat melihatnya dengan teman baikku.
Kabar baiknya, teman baikku tetap menjadi teman baikku. Namun kini, Teman baikku kini menjadi orang yang bersamanya.
Sungguh Tuhan, jika aku boleh mengulang waktu, aku ingin sekali bilang kepadanya jika aku juga mencintainya.
Dan sekarang, teman baikku kini benar-benar menjadi kekasihnya.
Sama dengan aku bicara, aku tidak terlalu pintar menulis. Namun jika kamu membaca ini. Aku ingin mengucapkan terima kasih dan aku juga ingin bilang kalau aku masih mencintaimu. Sangat mencintaimu. Walaupun kamu sudah dengan teman baikku. Tetapi tenang saja, aku pandai menjaga rahasia.
Tertanda
Mantan Sahabat Yang Dulu Mencintaimu Selalu.
Diubah oleh lembuganteng 21-03-2019 09:31
0
482
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan