Kaskus

Story

good200Avatar border
TS
good200
Calon Politikus itu Menghancurkan Kebahagiaan ku (Cerpen cinta)!
Selamat datang di Tread ane Good200/ nama Pena MasSae. Oke deh karena lagi musim Pemilihan Capres saya pun mendapatkan Edi eh, ide maksud saya. Jadi ada unsur politikus didalamnya selamat membaca.

***********

Gara-gara Capres
By: MasSae

Bintang masih saja bersinar seperti biasa, indahnya semakin kentara ketika berada di kegelapan malam. Bulan bernyanyi mengumandangkan dzikir cinta pada sang bintang. Awan dengan senang melewati mereka sebagai pengantar pesan.

"Hei, Natasya. Selamat malam!" Sapaku dari gawai

"Malam, Radit. Ada apa?" Jawabnya

"Lagi, rindu Nat" jawabku

"Eh, kata Dylan biar dia aja yang rindu, soalnya berat" di iringi tawanya yang khas.

"Eh, seberat apapun itu rindu itu milik semua orang" kataku membela

"Haha, rindu sama aku?" Tanyanya

"Nggaklah!" Jawabku

"Terus?" 

"Rindu sama dia, dia yang pernah ke rumahku malam-malam dan hujan, demi nganterin nasi goreng buatannya" kataku

"Eh, masih ingat yah?" Tanyanya

"Yah pastilah, kata almarhum mama. Dia calon istri yang baik, kalau mau sama kamu" kataku .

Dia membisu di seberang gawai, hanya ada suara bising serangga.

"Aku rindu sama Tante" katanya, suaranya memberat, aku tahu ia sedang sedih karena ia sangat dekat dengan Mama.

"Eh, udah jangan sedih dong, Mama juga udah bahagia disana" kataku mendengar suara tangisnya.

"Iya, udah dulu yah, Dit. Bye" katanya mengakhiri teleponnya.

"Bye"

Aku memandang langit, dan memastikan bahwa bulan masih memilih bintang sebagai pilihan. Sebab, hanya ia yang bersinar saat malam datang, dan hanya ia yang sinarnya tak hilang meski di gelap malam.

Malam itu aku tertidur dengan pulas di dalam mimpi indah ku. Dan di gersangnya hidupku.

**********

Pagi datang menjemput hembusan nafas pertamaku di hari ini, burung-burung bercanda di pohon mangga seberang kamarku. 

"Tokk! tokk!" 

"Iya, sebentar" siapa pagi-pagi gini kesini? Pikirku.

Aku segera berhambur ke kamar mandi mencuci muka, dan membuka pintu rumah.

"Pagi, bagaimana kabarmu?" Aku kaget setengah mati.

"Baik" tumben pembunuh ini kemari.

"Apa kamu gak senang ayahmu pulang?" Tanyanya.

Aku hanya diam, kemana saja selama ini, bahkan ia membiarkan ibu bekerja saat ia sedang sakit, ia lebih memilih memperjuangkan politik yang sedang ia gauli, dengan istri barunya.

"Ada apa?" Kataku 

"Ayah, hanya ingin menjenguk anak ayah yang paling ganteng ini" katanya.

"Owh, istri barumu tak memberimu keturunan?" 
"Kenapa kau begitu marah sama ayahmu?"
"Kalau bukan karena wasiat Mama, ayah pasti sudah ku pukul!"
"Owh, Mamamu memang sangat mencintai ayah"
"Sudahlah, aku tahu kalau ayah kesini pasti ada tujuannya"
"Apa itu? Sudah kubilang ayah kesini ingin mengunjungi anaknya" 
"Kemana aja selama ini,? Disaat aku susah, disaat mama sakit hingga mama meninggal?"
"Maaf nak, ayahmu sibuk untuk bekerja"

Aku sudah tidak tahan, dengan wajah tidak bersalahnya. 
"Pulanglah!"
"Tapi,..."
Seorang wanita tiba-tiba datang dan Masuk di halaman rumah kami.
"Papa ngapain disini?" Katanya
"Hai, Dit kalian udah saling kenal" tanyanya polos.
 Apa? Natasha berarti adikku? Dari papa dan wanita yang paling ku benci.
"Ayuk makan, aku udah buatin masakan istimewa buat Radit"
"Aku udah makan, Nat sebaiknya kita gak usah ketemu lagi?"
"Kenapa emang Dit? Apa aku punya salah?" Katanya mulai menitikan air mata.
"Dit, ?" Ayah ikut berkata.
"Udahlah yah, setelah semua kesulitan yang aku alami. Kini aku tahu bintang itu hanya sebuah harapan palsu dari Tuhan"
"Ayah, maksudnya?" 
"Tanya sendiri sama Papamu ini!"
Aku menutup pintu dan menguncinya kembali ke kamar dengan luka di dalam hati yang menganga. Bintang yang harusnya bersinar terang di langit Malamku kini perlahan memudar karena sejarah kehidupan yang merenggut Mamaku.

***********




0
771
4
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan