- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
#SaatnyaMoveOn : { Cerpen } Ditinggal Nikah Kekasih.


TS
hannabi98
#SaatnyaMoveOn : { Cerpen } Ditinggal Nikah Kekasih.
Quote:

Quote:
" #SaatnyaMoveOn : { Cerpen } Ditinggal Nikah Kekasih. "
Quote:

Quote:
Pernikahan Lisadengan pria pilihan kedua orang - tuanya, seharusnya tidak boleh terjadi. Pernikahan yang dilangsungkan di kala Lisa masih menyandang status sebagai kekasihku saat itu.
Seharusnya ia datang menghampiriku dahulu, sebelum menyetujui begitu saja keputusan orang - tuanya. Aneh memang, padahal lama kita berdua memadu kasih, tiada pernah sekalipun berselisih. Harapan menata serta menatap masa depan - pun telah jauh kami diskusikan.
Padahal di hari - hari kami memadu kasih, semuanya tampak begitu indah. Ditambah situasi yang memperbolehkan kami untuk tetap berdekatan. Ya, kami satu fakultas kala itu. Saya mengambil jurusan " Sistem Informasi ", sedangkan ia mengambil jurusan " Biologi ". Setiap selesai jam kelas, kami selalu berdua, entah hanya untuk menghabiskan waktu dengan menyantap makan siang di kantin favorit, atau sekedar iseng membaca koleksi literatur biologi yang menurut saya cukup menarik untuk di kaji.
Namun, entah kenapa, di suatu hari, saya tidak lagi mampu mendengar suara manja - nya, tidak lagi mampu melihat wajah manis - nya. Lisa hilang begitu saja tanpa kabar. SMS serta telepon tidak pernah terangkat. Saya jadi bingung serta cemas kala itu, jangan - jangan ada hal tidak baik menimpa dirinya. Saya - pun mencoba menghubungi teman satu kelasnya yang saya tahu akrab dengan Lisa, tapi tetap tidak ada jawaban memuaskan. Kesal dengan jawaban yang kurang informatif, saya mencoba mencari di rumah pamannya, tempat ia bernaung sementara untuk menyelesaikan studi perkuliahannya. Tapi tetap hasilnya nihil.
Apalah mau dikata, di kala hati sedang bergemuruh, riuh pikuk oleh rasa cemas, tetap saya harus menyelesaikan studi. Sudah kepalang tanggung juga, karena jadwal sidang sudah di tentukan jauh hari. Persiapan sidang ini sudah seharusnya saya prioritaskan. Karena dalam hati dan pikiran saya kala itu, saya harus secepatnya menyelesaikan studi ini, bekerja mencari penghasilan sendiri, lalu bergegas meminang Lisa, si pujaan hati.
Tapi untung tak dapat diraih, malang tak dapat di hindari. Tabir kebenaran sudah mulai menampakkan cahayanya. Segala risalah tentang kenapa Lisa bisa hilang begitu saja tanpa jejak, akhirnya terungkap. Sebuah undangan dengan bentuk yang unik berwarna putih, bergaris kuning emas datang menghampiri. Undangan ini diberikan kepada saya, oleh teman akrab Lisa.
Pada awalnya, saya menduga, undangan ini hanyalah undangan pernikahan salah satu teman saya. Tapi ternyata saya salah. Undangan unik berwarna putih dan bergaris kuning emas itu adalah undangan pernikahan Lisa. Ya, undangan pernikahan Lisa. Dan tertulis nama pria lain yang tidak saya kenal, sebagai pendamping hidupnya.
Air mata saya - pun tak sengaja menetes perlahan. Saya menatap jauh, jauuhh ke dalam kekosongan diri. Tidak kuasa dan tidak percaya atas apa yang telah saya alami. Nafas saya terasa penuh sesak, entah kenapa sakit sekali rasanya. Saya pertegas lagi membaca undangan itu. Tapi tetap saja hasilnya sama. Nama Lisa tetap bersanding dengan pria pilihan kedua orang - tuanya. Kala itu saya tidak mampu lagi untuk berkata - kata, dan saya harus mampu menerima getir pahit kenyataan ini. Kenyataan pahit bahwa Lisa, gadis yang selalu ada di hati, sudah saatnya harus pergi meninggalkan hati ini. Karena hidup harus terus berjalan. : )
Seharusnya ia datang menghampiriku dahulu, sebelum menyetujui begitu saja keputusan orang - tuanya. Aneh memang, padahal lama kita berdua memadu kasih, tiada pernah sekalipun berselisih. Harapan menata serta menatap masa depan - pun telah jauh kami diskusikan.
Padahal di hari - hari kami memadu kasih, semuanya tampak begitu indah. Ditambah situasi yang memperbolehkan kami untuk tetap berdekatan. Ya, kami satu fakultas kala itu. Saya mengambil jurusan " Sistem Informasi ", sedangkan ia mengambil jurusan " Biologi ". Setiap selesai jam kelas, kami selalu berdua, entah hanya untuk menghabiskan waktu dengan menyantap makan siang di kantin favorit, atau sekedar iseng membaca koleksi literatur biologi yang menurut saya cukup menarik untuk di kaji.
Namun, entah kenapa, di suatu hari, saya tidak lagi mampu mendengar suara manja - nya, tidak lagi mampu melihat wajah manis - nya. Lisa hilang begitu saja tanpa kabar. SMS serta telepon tidak pernah terangkat. Saya jadi bingung serta cemas kala itu, jangan - jangan ada hal tidak baik menimpa dirinya. Saya - pun mencoba menghubungi teman satu kelasnya yang saya tahu akrab dengan Lisa, tapi tetap tidak ada jawaban memuaskan. Kesal dengan jawaban yang kurang informatif, saya mencoba mencari di rumah pamannya, tempat ia bernaung sementara untuk menyelesaikan studi perkuliahannya. Tapi tetap hasilnya nihil.
Apalah mau dikata, di kala hati sedang bergemuruh, riuh pikuk oleh rasa cemas, tetap saya harus menyelesaikan studi. Sudah kepalang tanggung juga, karena jadwal sidang sudah di tentukan jauh hari. Persiapan sidang ini sudah seharusnya saya prioritaskan. Karena dalam hati dan pikiran saya kala itu, saya harus secepatnya menyelesaikan studi ini, bekerja mencari penghasilan sendiri, lalu bergegas meminang Lisa, si pujaan hati.
Tapi untung tak dapat diraih, malang tak dapat di hindari. Tabir kebenaran sudah mulai menampakkan cahayanya. Segala risalah tentang kenapa Lisa bisa hilang begitu saja tanpa jejak, akhirnya terungkap. Sebuah undangan dengan bentuk yang unik berwarna putih, bergaris kuning emas datang menghampiri. Undangan ini diberikan kepada saya, oleh teman akrab Lisa.
Pada awalnya, saya menduga, undangan ini hanyalah undangan pernikahan salah satu teman saya. Tapi ternyata saya salah. Undangan unik berwarna putih dan bergaris kuning emas itu adalah undangan pernikahan Lisa. Ya, undangan pernikahan Lisa. Dan tertulis nama pria lain yang tidak saya kenal, sebagai pendamping hidupnya.
Air mata saya - pun tak sengaja menetes perlahan. Saya menatap jauh, jauuhh ke dalam kekosongan diri. Tidak kuasa dan tidak percaya atas apa yang telah saya alami. Nafas saya terasa penuh sesak, entah kenapa sakit sekali rasanya. Saya pertegas lagi membaca undangan itu. Tapi tetap saja hasilnya sama. Nama Lisa tetap bersanding dengan pria pilihan kedua orang - tuanya. Kala itu saya tidak mampu lagi untuk berkata - kata, dan saya harus mampu menerima getir pahit kenyataan ini. Kenyataan pahit bahwa Lisa, gadis yang selalu ada di hati, sudah saatnya harus pergi meninggalkan hati ini. Karena hidup harus terus berjalan. : )
Quote:

Quote:

Quote:
End. -
0
2.3K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan