- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cerpen #SaatnyaMoveOn: (Bukan) Untukku
TS
j.16
Cerpen #SaatnyaMoveOn: (Bukan) Untukku
(Bukan) Untukku
Gadis berkacamata yang ada di panggilan vidio call itu bernama Via, dia adalah seorang yang mudah membuat kaum adam jatuh cinta, begitu juga dengan Andi. Mereka dekat selama beberapa bulan ini, layaknya orang pacaran. Tapi kini ada jarak yang menghalangi mereka berdua, Andi yang memang bekerja di Jakarta harus berjauhan dengan Via yang lebih memilih merantau di kota Surabaya. Tadinya Via sudah berniat mencari pekerjaan di Jakarta bersama Andi, tapi saudaranya yang ada di Surabaya menawarkan pekerjaan disana.
"Gimana di Surabaya betah?" tanya Andi.
"Iya betah - betah aja sih, namanya juga merantau. Kangen ya?"
"Udah dapet kerjaan?" Via menggeleng lemah. "Tuh kan, aku bilang juga apa, mending kamu disini aja sama aku."
"Ya, aku kan pengin mandiri Ndi, cari pengalaman juga."
"Ya udah, tidur gih, semoga cepat dapet kerjaan. Jangan lupa kabarin ya kalo ada apa - apa..."
Via tertawa, "Emangnya kamu siapa minta dikabarin, kayak pacar aku aja. Hehe, bye..." Cewek itu kemudian mematikan panggilan.
Andi berdecak, dia tahu jika Via telah menyindirnya. Kedekatan mereka selama ini memang sudah seperti sepasang kekasih, tapi Andi memang tidak pernah menembak Via atau meminta cewek itu jadi pacarnya. Dia hanya pernah mengungkapkan jika dia nyaman dengan Via dan berjanji jika waktunya sudah tepat Andi akan langsung membawa Via ke jenjang yang lebih serius.
Menurut Andi status pacaran tidak terlalu penting, yang jelas Via sudah tau perasaan Andi padanya lewat perhatian yang selama ini cowok itu berikan. Juga rencana Andi yang akan langsung membawa Via ke hubungan yang lebih jauh jelas dan serius.
***
Tak terasa dua bulan telah berlalu, setiap hari Andi dan Via selalu menyempatkan waktu bertukar kabar dan vidio callmenceritakan hal apa saja demi mengobati rasa rindu karena lama tak bertemu.
Via bercerita jika dia mempunyai banyak teman dan semua baik padanya. Andi percaya karena Via memang cewek yang mudah bergaul dan baik.
Andi cemas, beberapa hari ini ponsel Via tidak bisa dihubungi dan pesannya tidak dibalas.
Dan malam ini teleponnya berbunyi dari nomor asing.
"Hai Ndi..."
"Loh, ini Via? Nomermu ganti?"
"Maaf Ndi, hapeku rusak dan ini pake hape Tata. Jadi paling kita kontekan lewat hape ini aja ya.." Tata adalah sepupu Via yang juga ikut merantau, Andi juga mengenal cewek bernama Tata karena kakaknya teman SD nya dulu.
Via bercerita tentang hapenya yang tiba - tiba rusak dan ia sudah diterima kerja. Andi bersyukur dan menawarkan memberi uang untuk memperbaiki hape Via. Sebulan berlalu, hubungan mereka masih baik - baik saja meski komunikasi mereka tidak seintens dulu karena Via memang tidak mempunyai hape.
***
Lagi, akhir - akhir ini Via kembali susah dihubungi dengan alasan sibuk kerja. Andi sempat berpikir jika Via mungkin saja bertemu orang - orang baru disana.
"Hai, lagi apa?" sapa Andi ketika panggilannya pada nomor Tata diangkat.
"Lagi makan nih, baru pulang kerja?"
"Iya, siapa tuh?" tanya Andi ketika melihat cewek disebelah Via di layar hapenya.
"Tata lah, siapa lagi..." Via terlihat berbicara pada cewek itu.
"Hai mas, makan nih..." sapa cewek itu.
"Iya makan aja..."
"Eh Mas tau nggak, Via banyak yang naksir loh disini."
Andi hanya tersenyum, "Oh ya?"
"Ih enggak, apaan sih Ta.." Via terlihat mengambil hape dan menjauhi Tata.
"Mas, ngerti nggak yang setia, bakal kalah sama yang selalu ada.. apalagi kalo statusnya nggak jelas kayak hubungan kalian." suara Tata masih terdengar meski Via menjauhkan hapenya.
"Enggak, enggak jangan dengerin, ngaco si Tata mah.." Kata Via sedikit ragu.
"Hem, yaudah baik - baik ya disana..."
Sebenarnya bohong jika Andi tidak mengerti maksud ucapan Tata. Seperti yang dia bilang, Via cantik dan tidak jarang sifat cewek itu yang supel membuat banyak cowok suka padanya. Tapi Andi yakin Via masih menganggapnya sebagai orang terdekatnya layaknya pacar.
***
Minggu demi Minggu berlalu, Andi dan Via sama - sama sibuk dengan dunianya sendiri. Hubungan mereka mulai merenggang meski kadang Andi menyempatkan diri untuk sekedar mengirim chat pada Via, tapi seringkali hanya dibaca tanpa mendapatkan balasan. Ada saja yang menjadi alasan, capek kerja, main sama teman, ataupun hapenya dipakai Tata.
Entahlah, Andi merasa ada yang Via sembunyikan darinya karena sikap cewek itu sudah berbeda. Dan hari ini, Andi yang tidak sengaja sedang membuka facebook menemukan postingan dari seorang cowok yang menandai akun facebook Via. Karena merasa penasaran, Andi yang mengetahui password facebook Via langsung mencari tahu dan membuka ruang pesan antara cowok itu dan Via.
Dari isi pesan - pesan itu, Andi tau jika dia bukan lagi cowok yang 'dekat' dengan Via.
Andi menelpon Via berkali - kali lewat nomernya yang sudah kembali aktif, Tata bilang Via sudah tidak nebeng hapenya lagi.
"Halo Vi..."
"Emm, Ndi chat aja ya..."
"Aku cuma mau kamu jujur Vi, Alif Aviansyah itu siapa?"
"Kok, tau?" suara Via terdengar gugup.
"Jujur aja Vi,.."
Akhirnya Via mau menjelaskan bagaimana hubungannya dengan cowok itu. Andi jelas kecewa karena Via ternyata tidak bisa bertahan menunggunya dan pindah ke lain hati. "Maaf Ndi, hubungan kita nggak jelas. Dan sekarang dia yang selalu ada buat aku. Maaf aku..."
Andi menghela nafas menenangkan diri, "Kalo gitu selamat ya Vi, semoga dia memang yang terbaik buat kamu. Aku minta maaf kalau punya salah sama kamu."
"Sekali lagi maaf Ndi, kamu cowok baik dan semoga kamu dapet jodoh yang lebih baik."
Setelah hubungannya dengan Via selesai tak bisa dipungkiri jika Andi merasa galau, tapi dia tidak ingin galau berlarut - larut. Mungkin sekarang waktunya Andi menikmati pekerjaan, dan waktu bersama teman - teman yang selalu ada untuknya. Dia yakin suatu saat akan bertemu dengan seseorang yang bisa mengisi ruang hatinya lagi. Mungkin Via memang bukan untuknya, jadi mengapa dia harus berlarut dalam kesedihan dan penyesalan?
End
Sumber : pengalaman pribadi seseorang.
simplepaper memberi reputasi
4
538
3
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan