Meraih Simpati dua kandidat calon Presiden saat ini memang penuh dengan hiburan, pencitraan dan cara mendekati rakyat dengan gaya yang santai terlihat di pemilihan kali ini.



Semua itu tidak ada yang salah, maklum saja di zaman era keterbukaan saat ini menjadi sosok pemimpin tak usahlah bergaya jaga gengsi. Sikap kedua calon Presiden saat ini sangat saya hormati. Tidak ada lagi yang tindakannya dibuat-buat semuanya berjalan dengan natural.

Yang jadi masalah adalah para pendukung yang disampingnya sering kali blunder dan menyebarkan cerita hoax. Ini yang membuat elektoral sang capres pun tergusur, di balik senyum dari Prabowo dan Jokowi terdapat sebuah misi kepemimpinan yang pantas untuk dihormati.



Semua punya style, Jokowi dengan gaya blusukkannya membuat terobosan baru dengan menaiki KRL di jam sibuk dan berdesakan dengan penumpang lainnya hingga tawa beliau terlihat renyah bertemu dengan rakyatnya. Begitu juga dengan Prabowo dengan style yang tegas namun sebenarnya beliau ini orangnya penuh guyon dan melucu, tak jarang aksi jogetnya sering kali terlihat di panggung. Sifat tegasnya terlihat ketika marah-marah dengan pengawalnya sendiri akibat mendorong orang yang ingin bersalaman dengannya. Bahkan ia pun spontanitas buka baju, saking semangatnya menyapa masyarakat.



Ini semuanya terlihat natural tanpa ada rekayasa, marah-marah, joget, bahkan buka baju seperti artis bintang korea atau blusukkan di jam padat orang bekerja dan menempuh perjalanan ke daerah terpencil yang tidak di ketahui banyak orang untuk tahu apa sebenarnya problematika rakyat yang dibawah. Semua ini style yang menurut saya cukup menghibur di tengah suasana politik yang memanas dan di tengah cengkraman orde baru dengan pembatasan bicara bagi rakyat.

Bahkan penggiringan opini tentang agama untuk kedua capres pun nampaknya tak akan berpengaruh banyak terhadap elektoral keduanya. Bisa jadi di kubu Prabowo lebih disukai oleh non muslim dan etnis tionghoa, karena memang Prabowo berasal dari keluarga non muslim dan juga etnis tionghoa. Bahkan sebaliknya Jokowi lebih disukai umat muslim yang merasa di periodenya memimpin tidak ada cacat dan blunder yang signifikan seperti candi hambalang.



Sentimen agama berhembus kencang ketika Presiden membubarkan HTI, membalas aksi FPI yang arogan ketika Ahok dihadapkan pada ujaran penistaan dengan menunda kasus Ahok hingga masa pencoblosan dan juga memaksa sang ketua FPI hijrah ke timur tengah dan takut untuk kembali, bahkan pemerintah blunder memasukkan 200 nama ulama seperti sertifikasi ulama, seakan pemerintah saat ini anti dengan Islam, tentu saja banyak kelompok yang ingin dunia baru dengan pemimpin khilafah ini pun marah dengan kebijakan tersebut hingga memecah belah kedamaian umat Islam yang sudah tercipta, berhubung calonnya cuma dua maka suara kelompok yang ingin berpolitik dengan menunggangi agama ini pun berhembus kepada sang rival. Maka dapat dipastikan panasnya politik di Indonesia ini sangat panas seperti memegang bara api, semoga saja tak ada keributan dan kerusuhan kalah dan menang semua pendukung dapat legowo. Semua keputusan pantas untuk dihormarti, bahkan style pemimpin saat inipun ane rasa kerenn... Hmmmm...



Kalau masalah partai dan para elite jangan ditanya semuanya jago dengan yang namanya korupsi, baik dari kubu oposisi maupun petahanapun sudah banyak yang masuk bui. Harapan saya kedepannya semoga saja tidak ada lagi sistem parlementer yang menghabiskan banyak biaya. Cukuplah mekanisme Presidentil yang berkuasa penuh menentukan arah negara, bila presidennya bermasalah mau tak mau rakyat turun ke jalan alias people power.



Namun rasanya semua itu tak mungkin para ketua umum partai akan hilang dan tak punya kursi, yang terpenting saat ini semoga negara ini bisa lebih berdamai dan lihatlah kedua style dari capres untuk meraih simpati sangat menghibur bukan..



Silahkan yang mau berkomentar dan share serta follow akun ane, semuanya itu gratis, ingat ya gratis guys.

:nyantai:nyantai:nyantai

c4punk@2019

Referensi Disini, Disini