Sebelumnya tema dari judul thread ini juga berkaitan dengan Event Kaskus
‘‘Beda Pilihan Tetap Toleran’’
Pilpres selalu berjalan untuk memilih seorang pemimpin, dan pemimpin seperti apa yang dibutuhkan rakyat Indonesia? Bagaimana pula mencari teladan menyikapi sebuah perbedaan? Bagaimana bersifat toleran untuk menyikapi sikap fanatisme?
Kunci dari sifat kita untuk toleran, buanglah sikap fanatisme dan yang terlebih berbahaya ketika propaganda media pemenangan menggiring opini bertujuan membenturkan perbedaan itu untuk kepentingan bisnis sesaat. Berdasarkan perkataan Noam Chomsky seorang pakar linguistik Amerika dan juga mantan aktivis Freemeson yang sudah tobat melihat media sebagai propaganda. Filtering pemberitaan memiliki tujuan tertentu sesuai pemesanan, hingga apapun dilakukan media untuk propaganda dan menjadi humas/alat kampanye. Sehingga rakyat Indonesia wajib hati-hati pemberitaan tentang pilpres alih alih mencari pemimpin, bisa terjadi konflik sosial membenturkan tatanan masyarakat dan harmonisme.
Toleransi adalah diksi bahasa digunakan sebagai cara untuk mengademkan konflik perbedaan pilihan. Bahkan dalam kitab suci Al-Quran Surah Ali Imran (3) ayat 159
Quote:
Kutipan dari Al-Quran: Aal-i-Imraan (3:159)
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضوا مِنْ حَوْلِكَ ۖفَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكلْ عَلَى اللهِ ۚ إِن اللهَ يُحِب الْمُتَوَكلِينَ
Fabima rahmatin mina Allahi linta lahum walaw kunta faththan ghaleetha alqalbi lainfaddoo min hawlika faoAAfu AAanhum waistaghfir lahum washawirhum fee alamri faitha AAazamta fatawakkal AAala Allahi inna Allaha yuhibbu almutawakkileena.
(Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.)
Maksud dari ayat ini baik urusan peperangan dan hal hal duniawi, seperti urusan politik, ekonomi, dan kemasyarakatan, sebagaimana pernah terjadi ketika umat muslim menderita kekalahan pada peperangan Uhud, Nabi Muhammad tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap sikap sebagian ummat muslim yang melanggar perintah rosul. Bahkan rosul memaafkannya dan memohonkan ampunan mereka dari Allah SWT.
Sikap toleransi dapat belajar dari sifat Nabi Muhammad ini, sikap saling memaafkan walopun perbedaan politik dengan keluarga, teman-teman, sahabat.
Kunci Kesabaran dalam Sikap Toleransi
Quote:
Dalam toleransi sikap sabar dan tabah adalah kunci untuk mengademkan situasi politik. Cara seseorang mengilhami sikap-sikap ini memang dibutuhkan edukasi dan membimbing seseorang untuk bersikap lebih toleran butuh katalis, semisal pemuka agama atau seorang tokoh politik.
Sikap sabar adalah kunci keberhasilan menciptakan seorang pemimpin.
Quote:
Kutipan dari Al-Quran: Al-Asr (103:3)
إِلا الذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَق وَتَوَاصَوْا بِالصبْرِ
Illa allatheena amanoo waAAamiloo alssalihati watawasaw bialhaqqi watawasaw bialssabri.
(kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.)
Quote:
Kutipan dari Al-Quran: Al-Baqara (2:45)
وَاسْتَعِينُوا بِالصبْرِ وَالصلَاةِ ۚ وَإِنهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ
WaistaAAeenoo bialssabri waalssalati wainnaha lakabeeratun illa AAala alkhashiAAeena.
(Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,)
Menjadikan kesabaran itu sebagai penolong, berarti mengikuti perintah perintah Allah dan menjauhkan diri dari laranganNya, dengan cara mengekang syhawat dan hawa nafsu dari semua perbuatan yang dilarang. Juga sebagai muslim menegakkan Sholat untuk menjaga perbuatan-perbuatan jelek.
Perbedaan Pilihan Bisakah Akur?
Quote:
Seseorang ketika memiliki pilihan politik sepertinya telah masuk set dibawah sadarnya, “using all forms of perusation” yang masif ketika menjelang pilpres dengan iming iming janji manis (kontrak politik). Untuk menjaga kontrak ini, ketika kampanye emosi yang dibawa menjadikan seseorang fanatik dan kaidah kemanusiaan (etika dan moralitas) dilanggar. Sehingga fanatisme menjadi pembatas seseorang bersosial. Jadi perlu mengurangi sedikit pemberitaan pilpres dan tak terlalu fokus ke topik pilpres ketika berkumpul bersama keluarga. Terutama topik yang mudah memancing emosi seperti (agama, ras) karena terlau sensitif.
Quote:
Kutipan dari Al-Quran: Al-Israa (17:36)
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِن السمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُل أُولئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Wala taqfu ma laysa laka bihi AAilmun inna alssamAAa waalbasara waalfuada kullu olaika kana AAanhu masoolan.
(Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.)
Ayat ini melarang kaum muslimin mengikuti perkataan ataupun perbuatan yang mereka tidak ketahui kebenarannya. Beberapa pendapat mufassirin terhadap ayat ini:
Ibnu Abas“ Jangan memberi kesaksian, kecuali apa yang engkau dengar dengan kedua mata kepalamu, dan apa yang kau dengar dengan telingamu, dan apa yang diketahui oleh hati dengan penuh kesadaran”
Qatadah “ Jangan kamu berkata (saya telah mendengar) padahal kamu belum mendengar, dan jangan berkata (saya telah melihat) padahal kamu belum melihat, dan jangan berkata (saya telah mengetahui) padahal kamu belum mengetahui”
Pendapat lain mengatakan “yang diamaksud dengan larangan sesuatu yang tidak dikeathui, ialah dengan pengetahuan yang benar, hanya dengan prasangka dan dugaaan seperti tersebut dalam firman Allah :
Quote:
Kutipan dari Al-Quran: Al-Hujuraat (49:11)
يَا أَيهَا الذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُن خَيْرًا مِنْهُن ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولئِكَ هُمُ الظالِمُونَ
Ya ayyuha allatheena amanoo la yaskhar qawmun min qawmin AAasa an yakoonoo khayran minhum wala nisaon min nisain AAasa an yakunna khayran minhunna wala talmizoo anfusakum wala tanabazoo bialalqabi bisa alismu alfusooqu baAAda aleemani waman lam yatub faolaika humu alththalimoona.
(Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.)
Ayat ini menjelaskan untuk bisa menjaga setiap perbuatan umat muslim, realisasinya dengan diam itu lebih menjaga harmoni persaudaraan, ketika karakter teman terlalu fanatik terhadap sesuatu hal dan bersebrangan dengan cara berpikirnya, sudah tak ada jalan lain kecuali diam. Bagi saya pribadi jika diposisi seperti ini cendrung menjadi pendengar dan tak menanggapi serius. Tak ada hal mudah ketika memiliki relasi pertemanan kerja seperti ini. Dan saatnya anda pula mentolerir sifat teman anda.
Bahaya Strategi Politik ‘‘Our Brand Is Crisis’’
Quote:
Pilpres hingga hari ini dan menuju bilik suara semakin memanas baik untuk manuver politik mengkritik satu sama lain. Untuk itu butuh sebuah strategi politik, dan sasarannya pemilih yang belum memberikan pilihan. Nah, ada sebuah Film ‘‘Our Brand Is Crisis’’mengisahkan tentang pemilihan presiden di Bolivia pada tahun 2002.
Seorang Jane Bodine adalah konsultan politik yang bekerja untuk Pedro Castillo karakter fiksinya mantan Presiden Bolivia tahun 1993, Gonzalo Sanchez De Lozada. Sedangkan rivalnya yang selalu menang menurut survey jejak pendapatan media massa yaitu Rivera dengan konsultan politiknya Pat Candy.
Jane Bodine memiliki strategi untuk memenangkan Castello salah satu pendekatannya melakukan propaganda untuk menjatuhkan lawan politiknya, dan pesan ini disebar luaskan untuk tim kampanyenya. Salah satu contoh merekam seorang pria dalam kesedihan yang tidak dibuat-buat (alami) sebagai strategi politik yang tidak direncanakan hingga meneteskan air mata dan digunkan untuk kepentingan kampanye politik Castello.
Apa yang dilakukan tim pemenangan Castello membangun public relation kepada pembaca untuk membuat issue krisis (memiliki konotasi positif dan negative) dan dalam artian bahasa Indonesia ‘keadaan bahaya’ memiliki konotasi negative. Jane Bodine melakukan kegiatan kampanye politik dengan membuat brand issue Crisis sebagai momentum bagi tim kampanyenya menyerang Rivera. Atau ketika beredar foto-foto Rivera, dan memainkan opini masyarakat Bolivia sebagai propaganda untuk menjatuhkan lawannya. Sampai-sampai hanya untuk memenangkan ‘perang’ ini dikutiplah pernyataan mentri propaganda Nazi, Joseph Goebbels ‘‘Jauh lebih baik memenangkan hati seluruh negara”.
Apa yang dilakukan Jane pun sebenarnya mendapat ketidak setujuan dari tim kampanyenya. Sifat yang egois dan rela melakukan apapun untuk memenangkan ‘perang’ dengan Pat Candy sebagai sesama rekan seprofesi hingga mengabaikan etika dan moralnya sebagai praktisi public relation. Sebagai public relation, etika dan moral merupakan hal penting yang tidak boleh diabaikan.
Opini Pribadi
Quote:
Suatu kisah seorang pemuda yang hidupnya selalu menderita bertanya kepada orang yang bijak mengapa hidupnya sengsara, dan kapan kiranya ada pemimpin di negeri tercinta ini Indonesia yang mau menderita sepertinya, seperti cerita dongeng dengan penuh kebahagiaan, dengan wajah menawan dengan kekayaan yang melimpah.
Orang bijak pun menjawab
“Nak itu bisa terjadi, ingatlah roda kehidupan, kadang diatas dan juga dibawah. Tak mungkin selama hidup di dunia akan selalu bahagia, demikian sengsara pun pasti akan ada bahagia, sebalik bahagia ada derita. Seorang raja adalah kepala disetiap tubuh, otak dikepala , jantung dibadan, karena itu raja yang baik kiranya adalah Tuhan, karena tak ada yang lebih baik darinya”.
Mendengar cerita tadi, pemuda itu pusing. Tapi sejenak pemuda itu belajar untuk lebih bisa menerima nasib.