riandyogaAvatar border
TS
riandyoga
Pilihlah Pemimpin yang Baik Dengan Cara Baik-baik, Karena Kita Semua Orang Baik
Pilihlah Pemimpin yang Baik Dengan Cara Baik-baik, Karena Kita Semua Orang Baik

Hallo GanSis semua!! Akhir-akhir ini, terlebih menjelang semakin dekatnya Pemilu 2019 tepatnya 17 April nanti. Tentu suasana politik nasional rada menghangat menjurus panas ya GanSis. Apa-apa aja bahasan diruang publik, seringnya dibawah ke politik. Politik lagi, politik maning.

Tapi gak apa. Saya juga minat sama politik. So, politik itu gak salah, gak bikin gaduh, gak ada yang salah, kecuali saya Hahah.

Saya termasuk orang yang masih percaya. Bahwa sebenarnya ribut-ribut soal beda "junjungan" di Pilpres 2019 gak seperti hal-hal mengerikan yang selama ini dipikirkan banyak orang.

Bagi saya ini semacam "ilusi". Setiap hari sebagian dari kita buka medsos yang dilihat berita-berita gak benar dan komentar yang ribut-ribut diikuti. Lihat di televisi juga politik, lihat para jurkam debat dan "gorengan" politik lainnya. Tanpa sadar orang-orang yang ada dibenaknya politik, politik, dan politik. Sehingga ya jadi gitu. Apa-apa disangkut pautkan ke politik. Padahal masih banyak hal yang perlu dipikirkan dalam hidup ini ketimbang hanya politik.

Saat ini barangkali para buzzer politik tengah ketawa gembira, burung sudah mendapat cacingnya. Ketika banyak orang menjadi terlalu sensitif politiknya, maka tugas mereka sesungguhnya sudah selesai.

Inilah yang saya ingin katakan, bahwa kegaduhan politik yang saat ini sebenarnya sesuatu hal yang dibesar-besarkan saja. Dan Buzzer ialah salah satu pihak yang memiliki andil membesar-besarkan sesuatu yang sebenarnya gak besar-besar amat.

Quote:


Kita semua ini orang-orang baik ya GanSis. Meskipun beda pilihan, saya yakin kita tetap bersaudara. Siapa kita? Indonesia. Saya yakin tingkat toleransi orang-orang Indonesia itu tinggi. Buktinya kita masih bertahan 73 tahun berdiri sebagai negeri dengan penduduk yang sangat beragam.

Masa iya hanya soal beda pilihan politik kita jadi musuhan. Karena kita ini orang-orang baik, maka lakukan yang baik. Biarin buzzer politik itu ribut-ribut sendiri.

Dalam kontestasi politik memang sudah biasa ada tim-tim dibalik layar untuk memenangkan calonnya masing-masing. Terlepas ada sejumlah kampanye politik yang bikin resah. Ya ini juga yang repot ya.

Secara kita ini sekarang ada di era keterbukaan. Orang-orang bebas menyatakan pendapat dan sikapnya. Termasuk untuk menentukan pilihannya dan mengajak orang lain untuk ikut pilihannya. Hanya saja caranya yang terkadang salah dan bikin resah.

Anggap saja ini sebagai proses pendewasaan demokrasi. Kalau dulu orang mungkin gak begitu peduli sama politik, diajak ikut kampanye, jalan-jalan, dikasih kaos dan sudah. Itu cukup untuk manarik simpati. Sekarang orang-orang uda pintar, bisa baca berita dan melihat dunia lebih luas. Gak semua orang sekarang gampang dipengaruhi dengan cara lawas. Nah ini yang terkadang timbul cara yang menghalalkan segala cara. Tentunya ini gak benar ya. Tapi Karena kita orang baik, semoga kita mampu menyaring yang baik dan buruk.

Pemilu di era internet

Internet sebenarnya sudah sejak lama ada, jauh sebelum 2019 ini. Sejak pemilu sebelum-sebelumnya juga ada. Hanya saja sekarang orang yang akses internet lebih banyak. Sekarang orang uda banyak yang pakai smarphone.

Pilihlah Pemimpin yang Baik Dengan Cara Baik-baik, Karena Kita Semua Orang Baik

Semua informasi bebas menerpa siapapun setiap hari. Hal ini yang mungkin membedakan dengan pemilu sebelumnya. Pemilu 2014 juga sudah mulai begini. Kampanye politik kini banyak difokuskan lewat media sosial. Terlebih pemilih sekarang dari mayoritas milennial.

Dari semua kegaduhan menjelang pemilu 2019, cenderung sebagian besar terjadi di dunia maya. Setiap hari di media sosial bersliweran kampanye politik. Mulai dari kampanye positif, negatif hingga kampanye hitam. Belum lagi hoax, ujaran kebencian dan fitnah.

Namun bukan berarti di dunia nyata tidak terjadi kegaduhan terkait pemilu. Bohong kalau saya katakan gak ada. Faktanya ada, namun secara kuantitas masih lebih kecil dibanding dunia maya.

Ironisnya yang kejadian di dunia nyata sebenarnya hal biasa. Namun dibesar-besarkan di dunia maya. Begitulah dunia maya, bila dikatakan jahat, ya emang betul.

Namun ini gak salah kok. Tetap sebuah hak orang mau ngomong apa di media sosial. Disatu sisi sudah ada UU ITE. Tapi yang terpenting kitanya yang harus semakin bijaksana.

Katakanlah sekarang warganet di Indonesia masih beradaptasi. Menghadapi pemilu ditengah meningkatnya jumlah pengakses internet yang bertambah banyak.

Yang mana tampaknya sebagian masyarakat Indonesia belum siap menghadapi perbedaan yang nyata didepan mata. Melihat orang lain berbeda pandangan, eh malah emosi. Harus diakui kita belum siap dengan kondisi ini.

Media sosial itu memang memungkinkan orang-orang dengan beda pemikiran berkumpul. Sayangnya gak semua orang bisa menerimanya perbedaan ini. Nah maka sekarang tinggal kitanya sendiri yang meski siap menerima perbedaan itu. Dan memperbesar rasa toleransi kita semua.

Seharusnya ini suatu hal sederhana. Semisal saya bikin thread di Kaskus. Apa yang saya tuliskan tentunya mewakili apa yang saya pikirkan. Bila ada yang tidak setuju, silahkan komentar. Itu gak apa. Sebuah kewajaran karena gak mungkin semua orang memiliki satu pemikiran yang sama.

Sekarang harus bagaimana?

Mengingat aktivitas politik menjelang pemilu maupun Pilpres 2019 yang banyak di media sosial. Maka cara sederhananya ialah mengurangi aktivitas di medsos.

Namun saya gak menyarankan untuk menonaktifkan total media sosial. Karena bagaimanapun keberadaan medsos kini penting, baik itu buat bersosialisasi, informasi dan cari duit.

Kurangi aja aktivitas gak perlu di medsos. Begitupun di dunia nyata. Alangkah baiknya hindari diskusi ataupun obrolan yang berpotensi menyinggung sensitifitas politik orang lain. Karena kita gak tahu nih preferensi atau pandangan politik orang lain gimana, kita gak tahu mood orang lain lagi gimana. Takutnya nanti menyinggung perasaan orang lain bahkan orang terdekat kita.

Tapi bukan berarti kita gak boleh bicara soal politik. Saya dan juga GanSis semua tentu punya pilihannya sendiri, pilih Pak Jokowi atau pilih Pak Prabowo. Silahkan kampanyekan calon pilihan GanSis sendiri dengan cara yang baik-baik.

Pak Jokowi maupun Pak Prabowo sama-sama orang baik. Kita juga sama-sama orang baik, setidaknya ada keinginan menjadi orang baik. Maka ucapkan saja yang baik-baik. Sampaikan saja keunggulan dari calon pemimpin kita masing-masing. Bukan saling menjelekkan satu sama lain.

Kitanya uda baik, tapi orang lain, buzzer, jurkam dan elite politiknya kok masih gaduh?

Politik untuk kepentingan pemilu memang begitu. Kalau gak dibikin gaduh maka nanti orang lain gak ada yang memperhatikan. Selalu ada perang opini disana-sini. Gak apa, seperti inilah memang pesta demokrasi. Selama tidak melampaui batas.

Quote:


Kalau pepatah lama mengatakan; "lebih banyak bicara, lebih banyak salah". Ya kita cukup menilai saja ya. Tokh para politisi itu juga kalau sehabis debat setelahnya salaman, ketawa-ketawi, joget-joget dan ngopi bareng. Jadi kenapa kita masih ribut. Jangan ikut-ikutan ribut. Karena kalau ribut bisa ditenggelamkan sama Bu Susi.

Quote:


Lantas apakah setiap pemilu harus gaduh?

Salah satu inti dari demokrasi ialah menjamin menyampaikan pendapat. Setiap orang atau kelompok yang ingin menyampaikan pendapat tentu ingin pendapatnya sebanyak mungkin didengar orang lain. Maka itu dibuatlah berbagai mekanisme untuk menarik perhatian semisal, turun ke jalan, viral, dan lain sebagainya.

Begitupun para kontestan pemilu termasuk capres dan cawapres yang memang butuh publikasi sebesar dan seluasnya. Terlepas itu menimbulkan kontroversial dan sensasi. Tokh, keputusan untuk menilai tetap ada ditangan kita semua sebagai pemilih.

Seberapun militannya elite politik, jurkam dan buzzer "menggoreng" berbagai materi politik. Kalau kita bersikap biasa dan gak emosional. Maka keadaannya jadi biasa aja.

Sekarang tinggal kitanya sendiri bagaimana menyikapi segala hiruk pikuk Pilpres. Bahwa sesungguhnya ini sebuah proses biasa. 5 tahun lagi kita juga menghadapi periode yang sama. Ya kita belajar aja untuk membiasakan diri.

Mari berkaca pada Pilpres Amerika Serikat 2016. Disana itu sempat ada demo besar-besaran terkait hasil pemilu. Amerika Serikat yang dianggap sudah matang sistem demokrasi, nyatanya mereka juga masih suka ribut.

Tapi hal ini bukan suatu hal yang buruk. Suatu hal yang biasa, ketika ada sesuatu yang ingin disampaikan. Maka hak setiap orang atau kelompok tertentu untuk menyampaikannya didepan umum. Tentunya ini lebih baik ketimbang suasana adem ayem, tapi hak bicara kita dibungkam.

Begitupun dengan di Indonesia. Kita harus membiasakan diri menghadapi suasana politik menjelang pemilu seperti sekarang. Gak perlu berlebihan menyikapi ini. Tokh yang ribut juga awalnya elite-elite politiknya saja. Sebagai masyarakat biasa yang kita bersikap tenang dan biasa saja.

Tapi tentunya tetap boleh berpartisipasi aktif pada Pemilu 2019 terutama dengan menggunakan hak suara, tidak golput. Boleh ikut mengkampanyekan paslon capres & cawapres pilihan, namun jangan saling menjelekkan paslon lain.

Namanya juga memilih calon pemimpin yang dianggap baik, maka pilihlah dengan cara yang baik. Karena kita orang baik dan ingin semuanya lebih baik.

Oleh Rianda Prayoga. Binjai 12 Maret 2019

Spoiler for Sumber referensi:
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
3
784
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan