Pesta demokrasi terakbar tahun ini akan segera dimulai. Masing-masing kubu saling berkoar, mengkampanyekan program dan tujuan mereka jika terpilih. Segala janji manis saling menyembur, tumpah ruah ke segala penjuru. Sebentar lagi kita akan tahu siapa di antara mereka yang mendapat lebih banyak simpati, atau siapa yang lebih lihai memainkan peran dan menjadi pujaan bagi para pendukungnya. Sebentar lagi ….

Gansis, sudahkah kalian mempersiapkan diri dalam ingar bingar ini? Sudahkah kalian menentukan pilihan?

Setiap lima tahun sekali negara kita mengadakan pemilihan umum sebagai bentuk evaluasi menyeluruh atas kinerja para pemimpin selama satu periode. Ini semacam pertanyaan yang ditujukan pada hati nurani kita sendiri. Apakah pemimpin tersebut sudah memenuhi standar kepemimpinan yang baik dan cukup layak untuk dipertahankan. Ataukah selama satu periode itu mereka telah gagal menjalankan amanat sesuai janji-janji di awal kampanye?

Inilah saat yang tepat untuk menentukan jawaban. Jangan sia-siakan suara kita untuk sebuah kesalahan. Pastikan pilihan kita adalah yang terbaik.

Gansis, siapapun pilihan kita, tak jadi masalah. Masing-masing orang pasti memiliki keyakinan dan cara pandang yang berbeda. Namun, berbalik pada bagaimana cara kita menyikapinya saja. Kita boleh saja menyanjung pilihan kita, tapi tak perlu lah didasari saling mencibir, menjelek-jelekan kubu lain.

Perbedaan itu wajar. Kita tak bisa memaksakan pilihan pada orang lain. Ingat! Indonesia adalah negara yang majemuk. Jangankan pilihan pemimpin, agama kita saja sudah beragam. Begitu pula dengan suku-suku daerah dan masing-masing dialeknya. Namun, seperti semboyan kita : Bhineka Tunggal Ika, begitu banyaknya keberagaman tak membuat kita terpecah belah, tapi justeru menjadi tonggak pemersatu.

Berbeda pilihan, bukan berarti berbeda tujuan. Percayalah, semua orang memiliki tujuan yang sama yaitu mensejahterakan Indonesia. Mungkin masing-masing kubu memiliki cara yang berbeda dalam menyampaikan amanat, tetapi kita harus yakin bahwa kelak yang terpilih tidak sedang dalam misi menghancurkan negara. Mereka yang terpilih telah dimandat untuk menjalankan kepemimpinan, seyogianya lah mereka bersikap jujur, adil dan tidak memihak.

Jadi, Gansis, mari menciptakan toleransi antar sesama yang memiliki pilihan berbeda. Mendukunglah sewajarnya. Fanatik cukup hati kita yang tahu, tak perlu berkoar, apalagi di hadapan kubu lawan. Bukannya mendoakan, tapi jika kelak pilihan kita tidak terpilih, siapa yang malu?