- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sebaris Dongeng Pemilhan Raja Hutan


TS
telah.ditipu
Sebaris Dongeng Pemilhan Raja Hutan

Sebaris Dongeng Pemilhan Raja Hutan
Suatu pagi yang indah, di dalam hutan hijau yang asri dan tenang, terdengar dua kawan yang tengah asyik berbincang.
“Besok lusa akan diadakan pemilihan raja hutan. Apa kau sudah memutuskan memilih siapa?”
“Entahlah, keduanya sama - sama terlihat hebat. Aku tidak tahu harus pilih siapa. Tapi setidaknya, aku tidak akan memilih belalang.”
“Memangnya kenapa?”
“Dia tidak bisa memerintah dengan tegas. Dia tidak mampu mengelola hutan dengan baik. Bahkan dia tidak mampu melindungi dirinya sendiri karena tubuhnya ringkih.”
“Maksudmu?”
“Jangan pilih dia. Atau kita semua akan mati.”
“Tapi gajah juga bukan pemimpin yang baik. Dia kadang merusak banyak tanaman ketika dia marah, dan celakanya tidak ada yang berani menegurnya karena badannya besar dan kuat.”
“Memang ada benarnya, tapi aku sudah memutuskan untuk tidak memilih belalang. Bantulah aku, jangan pilih dia, agar kita bisa bertahan hidup di hutan ini.”
“Kalau aku menolak?”, tanya kecoa.
“Kalau kau menolak maka kau tidak akan berteman denganku lagi.”, tutup ular.
Lalu ular meninggalkan kecoa.
Esoknya, keduanya tidak saling menyapa. Ular mengabaikan kecoa karena kecoa bersikukuh memilih belalang, sedangkan kecoa juga tidak menegur ular karena merasa pilihannya dibatasi oleh ular.
Gagak yang melihat semua itu dari atas langit, lalu turun ke bawah bumi dan mengajak ular berbincang.
“Aku lihat kemarin kamu masih akrab dengan kecoa, tapi sekarang tidak. Ada apa?”
“Tidak usah ikut campur. Urus urusanmu sendiri.”
“Karena berbeda pilihan, bukan?”, selidik gagak.
Ular hanya mendengus kesal.
“Kalian bersahabat sejak dulu, dan kalian sekarang bermusuhan hanya karena beda pilihan. Sekarang, masalahnya bukan pada kamu memilih siapa, atau siapa yang bakal jadi raja hutan, tapi masalahnya adalah bagaimana dirimu bersikap terhadap pilihan yang berbeda denganmu. Jika kamu memilih gajah, tidak masalah bagiku. Jika kamu memilih belalang, juga tak apa. Bahkan kalau kamu tidak memilih salah satu di antara keduanya pun, aku hargai itu. Tapi setidaknya janganlah kamu menghalangi jalan orang lain yang tidak searah dengan jalan yang kau tempuh. Karena kamu, aku, dan kita semua, tidak pernah tahu, jalan mana atau jalan siapa yang akan menuntun kita kemana selanjutnya.”
Lalu gagak terbang kembali ke atas langit.
Ular sadar bahwa dia tidak bisa mengontrol sesuatu di luar dirinya, seperti ketika dia mengajak kecoa untuk tidak memilih belalang. Ular sadar itu tindakan sia – sia, karena satu – satunya yang bisa dikendalikan adalah bukan pilihan orang lain, tapi respon kita terhadap pilihan orang lain, terlepas dari sama atau tidaknya pilihan mereka dengan pilihan kita.
Sementara itu, kecoa juga mulai meninjau kembali pilihannya. Aku memilih belalang memang karena aku ingin, atau jangan – jangan hanya karena tidak suka dikompori oleh ular? Dia pun sadar, memilih belalang juga belum tentu membawa kebaikan sesuai pikirannya.
Pada akhirnya, baik ular maupun kecoa bersahabat kembali seperti biasa. Mereka tidak mempermasalahkan siapa yang menang dan siapa yang kalah, tetapi lebih mengendalikan hati mereka masing – masing dari prasangka. Karena sekarang mereka berdua tahu, apa yang dianggap baik belum tentu baik dan apa yang disangka buruk belum tentu buruk.
Diubah oleh telah.ditipu 11-03-2019 13:32
0
523
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan