- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Quit Drugs, Alcohol & Smoking
BAHAYA BERHENTI MEROKOK YANG BELUM ANDA KETAHUI


TS
Surobledhek746
BAHAYA BERHENTI MEROKOK YANG BELUM ANDA KETAHUI
Quote:
Ingin berhenti merokok
Ingin lanjut merokok
Pilihan ada pada diri Anda
Ingin lanjut merokok
Pilihan ada pada diri Anda

Sumber Reynald Manuel's
Spoiler for OPINI YANG BERKEMBANG:
BAHAYA BERHENTI MEROKOK YANG BELUM ANDA KETAHUI
Ketika SMP kelas 2 saya sudah mengenal rokok. Mulanya diberi teman. Sebatang. Kemudian, saat acara ngumpul-ngumpul masak-masakan. Beberapa teman membawa sebungkus rokok. Mulailah merokok. Rasanya tidak enak kalau tidak merokok.
Sejak itu merokok menjadi kebiasaan. Tidak banyak. Karena merokoknya belum membeli sendiri. Hanya minta atau dikasih teman. Sehari paling banyak lima batang. Sekolah sudah menyimpan rokok dalam lipatan buku.
Saat SMA, tidak jarang dipanggil ke kantor karena ketahuan merokok saat perjalanan berangkat ke sekolah. Atau ketika pulang sekolah jalan kaki. Diberikan sanksi mulai dari mencuci WC hingga berdiri menghormat bendera atau lari keliling lapangan. Tetap tidak menghentikan kebiasaan merokok.
Ketika kuliah juga tetap merokok. Lebih sering, karena sudah mulai bekerja sambilan. Tak terjadi apa-apa. Tetap sehat bugar. Belum ada keluhan sesak napas atau lainnya. Hanya sebatas merokok. Tidak sampai pada penggunaan ganja atau obat-an terlarang.
Uniknya hingga saat itu aktifitas belajar tidak terganggu. Masuk sekolah juga tetap seperti biasa. Seperti mereka yang tidak merokok. Dalam kelas malah lebih pandai dari teman lainnya. Buktinta hingga kelas 3 SMA selalu meraih prestasi. Setiap bagi rapor selalu ranking satu atau dua. Dan lulus dengan predikat terbaik.
Bandingkan dengan anak sekarang. Sejak kecil dilarang merokok. Dan sebagian besar taat aturan tidak merokok. Perlakuan orang tua sangat kejam terhadap anak yang merokok. Sekolah juga sangat melarang siswanya merokok. Akhirnya rokok bukan budaya lagi bagi siswa.
Tapi sebagian orang tua lupa ternyata bahaya mengancam yang lebih berbahaya dari rokok adalah gawai. Secara fisik tidak terlihat nyata pengaruhnya. Penelitian juga belum banyak yang mengekspos riset tentang dampak gawai terhadap fisik anak. (Bisa jadi sudah banyak, namun penulis saja yang kurang banyak membaca).
Hingga saat ini penulis amati yang terjadi ketika anak/siswa terlalu lama berinteraksi dengan gawai menyebabkan capek pada mata, akhirnya ketika pagi hari datang ke sekolah sudah dalam kondisi lelah mata jenuh pikiran.
Alhasil, prestasi sebagian siswa menurun. Metivasi berpikir kurang. Siswa cepat lelah. Bosan. Sering sakit kepala. Mata merah. Dan selalu mengeluh ketika menerima materi pelajaran.
Kita tinggalkan perbandingan akibat rokok dan akibat gawai pada anak sekolah.
Kembali pada konteks awal. Apa bahayanya berhenti merokok.
Testimoni yang sering disampaikan lewat sebagian besar media elektronik, cetak, termasuk sosial media. Merokok sangat berbahaya. Akibat yang ditimbulkan bermacam-macam. Mulai dari penyakit berat.
Diantar yang disebutkan tersebut antara lain bahaya merokok adalah:
1. Merokok merusak kesehatan. Tertulis pada bungkus rokoknya beberapa tahun lalu. Konsumsi rokok tidak menurun. Konstan dan cenderung meningkat.
2. Merokok membunuhmu. Juga tertulis pada bungkus rokoknya hingga sekarang. Kemudian, label bermacam kandungan pada rokok gencar ditempelkan pada setiap fasilktas kesehatan. Mulai dari bahan bakar roket sampai racun pembunuh serangga. Tetap. Tidak berpengaruh
3. Merokok membunuh orang-orang disekitarnya. Larangan merokok di tempat umum mulai diberlakukan. Di bandara, rumah sakit, sekolah, kantor, hotel dan tempat lainnya. Perokok tetap merokok mencari tempat untuk komunitas perokok.
4. Dan banyak lagi larangan yang diberlakukan untuk perokok. Hingga fatwa haram merokok dari MUI. Tak berpengaruh banyak. Perokok tetap merokok. Meski cap haram melekat.
Ada seloroh mengatakan. Perokok haram. Terus korupsi haram tidak? Kalau haram mengapa oknum pejabat yang mengharamkan rokok malah korupsi. Jadi dosanya banyak merokok apa korupsi?
Dasar para perokok. Selalu mencari pembenaran atas segala tindakan yang dilakukan.
Ketika SMP kelas 2 saya sudah mengenal rokok. Mulanya diberi teman. Sebatang. Kemudian, saat acara ngumpul-ngumpul masak-masakan. Beberapa teman membawa sebungkus rokok. Mulailah merokok. Rasanya tidak enak kalau tidak merokok.
Sejak itu merokok menjadi kebiasaan. Tidak banyak. Karena merokoknya belum membeli sendiri. Hanya minta atau dikasih teman. Sehari paling banyak lima batang. Sekolah sudah menyimpan rokok dalam lipatan buku.
Saat SMA, tidak jarang dipanggil ke kantor karena ketahuan merokok saat perjalanan berangkat ke sekolah. Atau ketika pulang sekolah jalan kaki. Diberikan sanksi mulai dari mencuci WC hingga berdiri menghormat bendera atau lari keliling lapangan. Tetap tidak menghentikan kebiasaan merokok.
Ketika kuliah juga tetap merokok. Lebih sering, karena sudah mulai bekerja sambilan. Tak terjadi apa-apa. Tetap sehat bugar. Belum ada keluhan sesak napas atau lainnya. Hanya sebatas merokok. Tidak sampai pada penggunaan ganja atau obat-an terlarang.
Uniknya hingga saat itu aktifitas belajar tidak terganggu. Masuk sekolah juga tetap seperti biasa. Seperti mereka yang tidak merokok. Dalam kelas malah lebih pandai dari teman lainnya. Buktinta hingga kelas 3 SMA selalu meraih prestasi. Setiap bagi rapor selalu ranking satu atau dua. Dan lulus dengan predikat terbaik.
Bandingkan dengan anak sekarang. Sejak kecil dilarang merokok. Dan sebagian besar taat aturan tidak merokok. Perlakuan orang tua sangat kejam terhadap anak yang merokok. Sekolah juga sangat melarang siswanya merokok. Akhirnya rokok bukan budaya lagi bagi siswa.
Tapi sebagian orang tua lupa ternyata bahaya mengancam yang lebih berbahaya dari rokok adalah gawai. Secara fisik tidak terlihat nyata pengaruhnya. Penelitian juga belum banyak yang mengekspos riset tentang dampak gawai terhadap fisik anak. (Bisa jadi sudah banyak, namun penulis saja yang kurang banyak membaca).
Hingga saat ini penulis amati yang terjadi ketika anak/siswa terlalu lama berinteraksi dengan gawai menyebabkan capek pada mata, akhirnya ketika pagi hari datang ke sekolah sudah dalam kondisi lelah mata jenuh pikiran.
Alhasil, prestasi sebagian siswa menurun. Metivasi berpikir kurang. Siswa cepat lelah. Bosan. Sering sakit kepala. Mata merah. Dan selalu mengeluh ketika menerima materi pelajaran.
Kita tinggalkan perbandingan akibat rokok dan akibat gawai pada anak sekolah.
Kembali pada konteks awal. Apa bahayanya berhenti merokok.
Testimoni yang sering disampaikan lewat sebagian besar media elektronik, cetak, termasuk sosial media. Merokok sangat berbahaya. Akibat yang ditimbulkan bermacam-macam. Mulai dari penyakit berat.
Diantar yang disebutkan tersebut antara lain bahaya merokok adalah:
1. Merokok merusak kesehatan. Tertulis pada bungkus rokoknya beberapa tahun lalu. Konsumsi rokok tidak menurun. Konstan dan cenderung meningkat.
2. Merokok membunuhmu. Juga tertulis pada bungkus rokoknya hingga sekarang. Kemudian, label bermacam kandungan pada rokok gencar ditempelkan pada setiap fasilktas kesehatan. Mulai dari bahan bakar roket sampai racun pembunuh serangga. Tetap. Tidak berpengaruh
3. Merokok membunuh orang-orang disekitarnya. Larangan merokok di tempat umum mulai diberlakukan. Di bandara, rumah sakit, sekolah, kantor, hotel dan tempat lainnya. Perokok tetap merokok mencari tempat untuk komunitas perokok.
4. Dan banyak lagi larangan yang diberlakukan untuk perokok. Hingga fatwa haram merokok dari MUI. Tak berpengaruh banyak. Perokok tetap merokok. Meski cap haram melekat.
Ada seloroh mengatakan. Perokok haram. Terus korupsi haram tidak? Kalau haram mengapa oknum pejabat yang mengharamkan rokok malah korupsi. Jadi dosanya banyak merokok apa korupsi?
Dasar para perokok. Selalu mencari pembenaran atas segala tindakan yang dilakukan.

Sumber Perintes
Spoiler for TESTIMONI BEBERAPA ORANG:
Si A dulunya perokok. Karena menikah. Dipaksa isterinya berhenti. Akhirnya berhenti merokok. Bagus. Isterinya makin menyayanginya. Dengan sepenuh hati. Mengapa? Setiap minggu harus cek up jantung. Jantungan.
Si B perokok sejak SD. Hingga kini usia 56 tahun. Tetap beraktifitas seperti biasa. Kadang batuk-batuk ringan terdengar. Tak pernah ke rumah sakit untuk dirawat karena sakit.
Si C perokok sejak SD juga. Hingga sekarang masih merokok. Tetap sehat juga. Begitu juga si C, D, E, F, dan seterusnya. Testimoni orang-orang yang sehat meskipun tetap merokok hingga usia tuanya.
Lalu, pasti ada yang protes. Yang diceritakan yang sehat-sehatnya. Ada berjuta orang sakit dan meninggal akibat merokok. Apakah benar?
Bisa jadi hanya propaganda. Bisa juga benar. Hanya Tuhan yang tahu.
Kondisi lain adalah testimoni orang-orang yang berada di sekitar perokok bercerita.
Si A isteri yang suaminya perokok. Berhenti diusia 40 tahun. Dipaksa berhenti. Dan berhasil berhenti. Beberapa bulan setelah berhenti ternyata sakit. Masuk rumah sakit. Diagnosa ternyata menderita jantung. Dirawat. Akhirnya meninggal.
Si B isteri yang suaminya perokok. Berhenti diusia 50 tahun. Berhasil berhenti. Tiga bulan setelah berhenti ternyata sakit. Dirawat di rumah sakit. Diagnosa diabetes akut. Akhirnya juga meninggal.
Jadi kesimpulan acak, merokok tidak menyebabkan kematian. Penyebab kematian banyak faktornya. Sehingga tidak beralasan mengatakan merokok membunuhmu. Yang membunuh para perokok adalah penyakit parah.
Si B perokok sejak SD. Hingga kini usia 56 tahun. Tetap beraktifitas seperti biasa. Kadang batuk-batuk ringan terdengar. Tak pernah ke rumah sakit untuk dirawat karena sakit.
Si C perokok sejak SD juga. Hingga sekarang masih merokok. Tetap sehat juga. Begitu juga si C, D, E, F, dan seterusnya. Testimoni orang-orang yang sehat meskipun tetap merokok hingga usia tuanya.
Lalu, pasti ada yang protes. Yang diceritakan yang sehat-sehatnya. Ada berjuta orang sakit dan meninggal akibat merokok. Apakah benar?
Bisa jadi hanya propaganda. Bisa juga benar. Hanya Tuhan yang tahu.
Kondisi lain adalah testimoni orang-orang yang berada di sekitar perokok bercerita.
Si A isteri yang suaminya perokok. Berhenti diusia 40 tahun. Dipaksa berhenti. Dan berhasil berhenti. Beberapa bulan setelah berhenti ternyata sakit. Masuk rumah sakit. Diagnosa ternyata menderita jantung. Dirawat. Akhirnya meninggal.
Si B isteri yang suaminya perokok. Berhenti diusia 50 tahun. Berhasil berhenti. Tiga bulan setelah berhenti ternyata sakit. Dirawat di rumah sakit. Diagnosa diabetes akut. Akhirnya juga meninggal.
Jadi kesimpulan acak, merokok tidak menyebabkan kematian. Penyebab kematian banyak faktornya. Sehingga tidak beralasan mengatakan merokok membunuhmu. Yang membunuh para perokok adalah penyakit parah.
Quote:
Jika tidak puas dengan tulisan ini. Silakan ajukan protes lewat komentar. Boleh mendukung. Boleh menolak.
Baca juga:
say hello
Polling
0 suara
Apakah anda berhenti merokok
Diubah oleh Surobledhek746 07-04-2019 14:05


imnotvegetarian memberi reputasi
13
8K
Kutip
151
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan