- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Keluarga Uno dan Strategi Jokowi Gerus Suara Sandiaga


TS
bukan.salman
Keluarga Uno dan Strategi Jokowi Gerus Suara Sandiaga
Jakarta, CNN Indonesia -- "Ya, logikanya kan harusnya keluarga Sandiaga Uno itu dukungnya ke Pak Sandi. Ya kalau ke saya, ya sangat terima kasih."
Demikian kalimat yang meluncur dari mulut capres petahana Joko Widodo (Jokowi) menanggapi dukungan keluarga Uno kepadanya di Gorontalo pada pekan lalu.
Uno adalah nama salah satu marga yang berasal dari Gorontalo. Nama marga itu juga merupakan nama belakang cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno.
Drama dukungan Keluarga Uno kepada Jokowi itu pun menjadi 'episode lanjutan' di mana capres nomor urut 01 itu merongrong basis yang lebih banyak dikenal sebagai 'rumahnya Sandiaga'.
Sebelumnya, pada 8 Februari lalu, Jokowi menerima dukungan dari sejumlah alumni SMA Pangudi Luhur (PL). SMA PL diketahui sebagai mantan almamater Sandiaga. Selain itu sekolah menengah yang berada di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu pun dikenal dengan kesolidannya.
Sandiaga pun menanggapi dua persoalan tersebut. Pada persoalan Pangudi Luhur, pada 13 Februari 2019, Sandiaga menghadiri dukungan sejumlah alumni sekolah itu untuk dirinya.
Lalu, perihal dukungan Keluarga Uno di Gorontalo, Sandiaga mengaku tak kenal dengan pria bernama Rudi Hartono Uno yang membacakan dukungan untuk Jokowi-Ma'ruf.
Sandi juga tidak heran ketika Rudi Hartono Uno mendukung Jokowi. Menurut dia, hal itu lumrah, karena Rudi adalah caleg dari partai Hanura yang merupakan partai pengusung Jokowi-Ma'ruf.
Menanggapi dua fenomena tersebut, Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menganggap ada upaya dari kubu Jokowi-Ma'ruf membangun persepsi politik di tengah masyarakat jelang pemungutan suara Pilpres 2019.
Kata dia, masyarakat bisa saja menjadi berasumsi bahwa keluarga Uno tidak solid lantaran tidak sepenuhnya mendukung Sandiaga. Persepsi demikian, kata Adi, juga membuat masyarakat menjadi berpikir ulang untuk memilih Sandiaga yang tidak didukung penuh keluarganya.
"Persepsi politik yang dibangun adalah keluarga Uno berarti tidak solid. Dan, kalau keluarga besarnya saja tidak mendukung, masa masyarakat lain mendukung," tutur Adi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (4/3).
Atas dasar tersebut, ia pun menilai Sandi dirugikan atas dukungan yang diklaim diberikan keluarga Uno untuk Jokowi-Ma'ruf. Meskipun Rudi Hartono Uno kemudian dikenal sebagai kader Hanura, persepsi politik keluarga Uno tidak solid tetap bisa mengudara di ruang publik.
"Ini yang sepertinya dikapitalisasi," kata Adi.
Adi menilai langkah kubu Jokowi-Ma'ruf menggaet dukungan dari keluarga Uno juga bentuk kekhawatiran atas geliat Sandi sejauh ini. Menurut dia, Sandi begitu rajin dan aktif keliling daerah untuk meraih dukungan dari masyarakat.
Kenaikan elektabilitas paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, kata Adi, dinilai positif karena sepak terjang mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Alasannya, di samping jadwal kampanye Prabowo yang cenderung lebih pasif, para pemilih Prabowo juga sudah sulit untuk dipengaruhi. Menurut Adi, para pendukung Prabowo terbilang sudah sangat fanatik dan militan.
"Sandi cukup masif memang menambah elektabilitas, meski masih di bawah Jokowi," ucap Adi.
Akibat Sistem Multipartai
Adi mengatakan dukungan dari keluarga Uno kepada Jokowi-Ma'ruf juga bukan hal yang mengherankan. Dia menilai itu sama saja ketika ada kader Demokrat yang mendukung Jokowi-Ma'ruf, atau Golkar yang mendukung Prabowo-Sandi.
Adi menilai fenomena demikian termasuk buntut dari sistem multipartai yang dianut perpolitikan Indonesia. Hal tersebut, kata dia, membuat tidak ada landasan ideologis di setiap partai.
Akhirnya, masyarakat cenderung cair dalam menentukan pilihan politiknya. Meski ada anggota keluarga yang terafiliasi dengan salah satu parpol, bisa saja anggota keluarga yang lain memiliki pandangan berbeda.
Berbeda dengan di Amerika Serikat yang mana hanya ada dua partai. Konstituen atau simpatisan Partai Republik akan total mendukung. Begitu pula konsitutuen dan simpatisan Partai Demokrat.
"Sempalan dalam politik kan biasa dalam politik kita. Sering tidur bersama tapi mimpinya beda," ujar pria yang juga mengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, tersebut.
Adi mengatakan upaya kubu Jokowi-Ma'ruf yang berhasil melakukan persuasi kepada alumni PL ataupun keluarga Uno adalah hal yang sah-sah saja dalam politik. Tidak ada pula istilah kasar lantaran telah merenggut aspirasi almamater atau keluarga Uno dari Sandi.
Sebaliknya, Adi justru melihat ada hal baik di balik itu. Salah satunya sikap Sandi yang ia nilai telah menularkan demokrasi sehat dalam melihat perbedaan politik di 'kalangan internal'.
"Itu sehat secara politik menurut saya. Justru bisa menjadi contoh di ormas dan partai. Ketika ada perbedaan pilihan politik di keluarga tapi tidak ada konfrontasi," kata Adi.
"Enggak seperti belum lama ini yang konsumen ojek online diturunkan karena beda pilihan dengan sopirnya," kata dia perihal fenomena konflik sosial yang muncul akibat Pilpres 2019.
sumber
Strategi yg jitu... Bukan Begitu??
2
1.9K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan