- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Supranatural
Pocong Di Atap Rumah


TS
srirahayu540
Pocong Di Atap Rumah
"petz." Mendadak satu kampung mati lampu secara serentak.
"Yes akhirnya mati lampu." Kak Ari berteriak kegirangan melihat kondisi kampung yang gelap gulita.
Ya, mati lampu lah momen-momen yang paling kami tunggu-tunggu.
"Ayo yuk main petak umpet." Kini giliran kakakku Angga yang bersuara.
"Ayu kamu jangan ikut." Kak Angga menatapku sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang.
"Aku mau ikut." Aku menatap sinis kak Angga.
"Kita mau main petak umpet. Mau sembunyi ditempat yang serem lagi. Anak kecil ngga usah ikut." Kak sita melarangku.
"Aku ngga boleh ikut, tapi Siti sama Roky dibolehin. Mereka kan juga anak kecil. Ngga adil banget sih!!" Aku cemberut kesal.
"Itu karena mereka berani ngumpet sampe kuburan. Emang kamu berani ?? Udah ngga usah ikut!!" Kak Angga memarahiku.
"Kak Angga, biarin aja kalo si ayu mau ikut. Itung-itung benteng Kita ada yang jagain kan." Kak sita menatap kak Angga.
"Ya udahlah."
Kita semua pergi menuju tanah yang lapang dekat rumah kakak tertuaku, kak lani namanya.
Ketika sampai disana, kak Angga menarikku berdiri disebelah tembok pagar yang di jadikan benteng untuk petak umpet.
"Diem disini. Jagain ini pager tembok. Paham ??" Kak Angga menatapku.
Aku hanya mengangguk saja, lalu Siti yang menghitung sambil menutup matanya.
Sedangkan yang lain kecuali aku, sembunyi ketempat yang jauh dari rumah kak lani.
"10..... Udah ??" Siti berteriak.
"Udah." Aku berbisik pada Siti.
Siti membuka kedua matanya dan menatap ke sekeliling.
"Pada lari kemana yu ??"
"Berpencar kemana-mana." Kataku.
"Ya kemana ??" Siti menatapku.
"Kak Angga kesana." Aku menunjuk jalan yang ke arah Utara.
"Kak sita kesana." Aku menunjuk ke arah timur.
"Kak ari kesana sama yang lain." Aku menunjuk arah selatan.
"Roky, kak Deni, kak bagus, kak Dedi kesana." Aku menunjuk ke arah barat.
"Ok makasih." Siti pergi meninggalkanku sendirian didekat tembok pagar itu dalam keadaan gelap gulita.
"Krik.......Krik......Krik." bunyi jangkrik mulai menganggu telingaku.
Disusul bunyi-bunyian hewan lain yang membuat bulu kuduk merinding.
"Ayu ngapain disitu sendirian ??" Kak lani keluar rumah dan melihatku sendirian di tembok pagarnya.
"Disuruh kak Angga disini aja kak." Kataku.
"Pulang sana. Nanti ada gundul pringis lho." Kak lani menatapku.
"Ngga mau. Disuruh kak Angga disini aja." Aku tak ingin pulang.
"Ya udahlah kalo ngga mau nurut. Nanti kalo ada gundul pringis baru tau rasa." Kak lani masuk lagi ke dalam rumahnya.
Suasana kembali sunyi menemaniku.
"Bug." Tak lama terdengar suara benda jatuh tepat di sebelah rumah kak lani.
Aku diam membatu sambil melirik sebelah rumah kak lani yang hanya lahan kosong dan satu pohon kelapa saja.
"Deg....deg....deg." jantungku berdetak lebih cepat tak seperti biasanya.
Perasaan takut sudah menyelimutiku.
Disaat seperti itu aku hanya ingat tanda-tanda gundul pringis jatuh yang sama persis suaranya seperti buah kelapa yang jatuh dari pohonnya.
Aku jongkok sambil menutupi wajahku dengan menggunakan kedua tanganku.
"Yu."
"Astaghfirullah hal adzim." Aku menjerit kaget karena mendengar suara di sebelahku.
"Heh ini bocah ngapa ya ??" Ternyata Siti sudah kembali.
"Ngeliat yang lain ngga ??" Siti menatapku.
Aku hanya menggeleng saja.
"Bantuin aku nyari yuk." Siti menarik tanganku dan kami pergi mencari orang-orang yang ikut main petak umpet bersama kami.
Berkali-kali kami mencari mereka tapi mereka tak kunjung ketemu juga, entah kemana mereka bersembunyi yang pasti kami berdua susah mencari mereka.
Hingga akhirnya langkah kami terhenti di area rumah milik tanteku.
"Yu liat keatas genteng rumah tantemu." Terdengar suara Siti yang bergetar.
"Emang ada apa ??" Aku menatap Siti.
"Liat aja." Siti memalingkan wajahnya sambil memejamkan mata.
Aku menurutinya dan disitulah aku melihat hantu lemper berdiri di atap rumah tanteku.
Jika di film-film hantu ini bermuka pucat, ada lingkaran hitam diarea mata, kain kafannya bersih, jalan loncat-loncat karena tidak bisa terbang. Maka yang aslinya adalah, kainnya lusuh, mukanya gosong, badannya lembek, bermata merah, jalannya terbang, bukan loncat-loncat.
Jalannya terbang ??
Ya itu yang aku lihat ketika hantu itu pindah dari atap rumah tanteku menuju pohon mangga yang ada di sebelah rumah tanteku itu.
Kami berdua diam mematung di situ, kami tak bisa kemana-mana.
Seolah-olah ada yang mengikat kaki kami supaya tidak pergi.
Sementara hantu lemper itu trus menatap kami dari atas pohon mangga.
Tak lama semua orang-orang yang ikut petak umpet, keluar dari tempat persembunyiannya mereka masing-masing.
Mereka mencari kami dan akhirnya berjumpa dirumah Tante kami.
"Heh kalian ngapain disini ??" Kak sita menghampiri kami.
Aku dan Siti hanya diam saja tapi badan kami bergetar ketakutan.
"Eh nih anak di tanya malah diem." Kak Angga menatap kami.
Siti mengangkat jarinya kearah pohon mangga, memberikan kode pada mereka untuk melihat kearah pohon itu.
Kak Angga dan yang lain menurutinya.
"Apaan sih ??" Kak sita tak melihat apapun.
"Astaghfirullah hal adzim." Kak Ari yang masih ada ikatan saudara dengan siti terlonjak kaget begitu melihat pocong itu masih ada.
Perlu di ketahui, keluarga besar Siti memang mempunyai keahlian yang tak semua orang punya, berupa Indra keenam.
"Apaan sih ri ??" Kak Deni menatap aneh ke arah kak Ari.
Kak Ari mengambil batu yang ada disekitarnya.
"Alloh huakbar." Dia lempar batu itu kearah pocong itu.
"Kak ari kenapa sih ??" Roky heran melihat kak Ari melempar batu ke arah pohon mangga.
"Alloh huakbar." Kak Ari melempar lagi batu itu keatas pohon mangga milik Tante.
Kak Angga yang memang bisa melihat dan merasakan kehadiran yang tak kasat mata pun ikut melempar batu ke arah pohon itu.
"Alloh huakbar." Kini mereka sibuk takbir sambil melempar batu kearah pohon.
"Alloh huakbar." Takbir mereka lebih keras lagi sambil melempar batu itu trus.
"Wah kalo dua orang ini udah kaya gini, ada yang ngga beres nih." Kak sita menatap kak Angga dan kak Ari secara bergantian.
"Baca ayat kursi yuk." Kak sita mengajak yang lain.
"Alloh Huakbar!!" Kak Angga dan kak Ari makin gencar melempar batu ke pocong itu yang hanya diam tapi matanya menatap tajam ke arahku dan siti.
Sementara kak sita dan yang lain sibuk membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an yang biasa digunakan untuk mengusir hantu.
Mereka trus melakukan itu tanpa henti dan tanpa lelah.
Hingga akhirnya.....
"Bro udah pergi." Suara kak Ari membuat kami berhenti mengaji dan menatap kearah pohon mangga itu.
Dan memang benar bahwa pocong itu sudah tak ada lagi di pohon mangga milik tanteku.
"Pulang yuk." Kak sita menarikku dan kak Angga.
"Tuh kamu liat sendiri kan kalo anak kecil ikut main petak umpet. Itu baru pocong lho, belum Wewe gombel." Tukas kak Angga.
"Berarti besok kak Angga dan kak sita ngga main juga dong ??" Aku menatap kedua kakakku.
"Kata siapa. Teteplah. Hantu-hantu itu kan nyariin kamu bukan kita." Kata kak sita.
"Anak kecil buat hantu itu rasanya manis, anak gede kaya kak Angga dan kak sita itu ngga menarik." Kak Angga sengaja menakut-nakutiku meskipun apa yang dikatakan kak Angga memang benar adanya.
"Masih mau ikut main ??" Kak sita menatapku.
Aku hanya menggeleng saja dan diantar pulang kerumah.
Sementara mereka, pergi main lagi dengan teman-temannya.
Yuk ah komennya jangan cuma di lihat doang.
"Yes akhirnya mati lampu." Kak Ari berteriak kegirangan melihat kondisi kampung yang gelap gulita.
Ya, mati lampu lah momen-momen yang paling kami tunggu-tunggu.
"Ayo yuk main petak umpet." Kini giliran kakakku Angga yang bersuara.
"Ayu kamu jangan ikut." Kak Angga menatapku sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang.
"Aku mau ikut." Aku menatap sinis kak Angga.
"Kita mau main petak umpet. Mau sembunyi ditempat yang serem lagi. Anak kecil ngga usah ikut." Kak sita melarangku.
"Aku ngga boleh ikut, tapi Siti sama Roky dibolehin. Mereka kan juga anak kecil. Ngga adil banget sih!!" Aku cemberut kesal.
"Itu karena mereka berani ngumpet sampe kuburan. Emang kamu berani ?? Udah ngga usah ikut!!" Kak Angga memarahiku.
"Kak Angga, biarin aja kalo si ayu mau ikut. Itung-itung benteng Kita ada yang jagain kan." Kak sita menatap kak Angga.
"Ya udahlah."
Kita semua pergi menuju tanah yang lapang dekat rumah kakak tertuaku, kak lani namanya.
Ketika sampai disana, kak Angga menarikku berdiri disebelah tembok pagar yang di jadikan benteng untuk petak umpet.
"Diem disini. Jagain ini pager tembok. Paham ??" Kak Angga menatapku.
Aku hanya mengangguk saja, lalu Siti yang menghitung sambil menutup matanya.
Sedangkan yang lain kecuali aku, sembunyi ketempat yang jauh dari rumah kak lani.
"10..... Udah ??" Siti berteriak.
"Udah." Aku berbisik pada Siti.
Siti membuka kedua matanya dan menatap ke sekeliling.
"Pada lari kemana yu ??"
"Berpencar kemana-mana." Kataku.
"Ya kemana ??" Siti menatapku.
"Kak Angga kesana." Aku menunjuk jalan yang ke arah Utara.
"Kak sita kesana." Aku menunjuk ke arah timur.
"Kak ari kesana sama yang lain." Aku menunjuk arah selatan.
"Roky, kak Deni, kak bagus, kak Dedi kesana." Aku menunjuk ke arah barat.
"Ok makasih." Siti pergi meninggalkanku sendirian didekat tembok pagar itu dalam keadaan gelap gulita.
"Krik.......Krik......Krik." bunyi jangkrik mulai menganggu telingaku.
Disusul bunyi-bunyian hewan lain yang membuat bulu kuduk merinding.
"Ayu ngapain disitu sendirian ??" Kak lani keluar rumah dan melihatku sendirian di tembok pagarnya.
"Disuruh kak Angga disini aja kak." Kataku.
"Pulang sana. Nanti ada gundul pringis lho." Kak lani menatapku.
"Ngga mau. Disuruh kak Angga disini aja." Aku tak ingin pulang.
"Ya udahlah kalo ngga mau nurut. Nanti kalo ada gundul pringis baru tau rasa." Kak lani masuk lagi ke dalam rumahnya.
Suasana kembali sunyi menemaniku.
"Bug." Tak lama terdengar suara benda jatuh tepat di sebelah rumah kak lani.
Aku diam membatu sambil melirik sebelah rumah kak lani yang hanya lahan kosong dan satu pohon kelapa saja.
"Deg....deg....deg." jantungku berdetak lebih cepat tak seperti biasanya.
Perasaan takut sudah menyelimutiku.
Disaat seperti itu aku hanya ingat tanda-tanda gundul pringis jatuh yang sama persis suaranya seperti buah kelapa yang jatuh dari pohonnya.
Aku jongkok sambil menutupi wajahku dengan menggunakan kedua tanganku.
"Yu."
"Astaghfirullah hal adzim." Aku menjerit kaget karena mendengar suara di sebelahku.
"Heh ini bocah ngapa ya ??" Ternyata Siti sudah kembali.
"Ngeliat yang lain ngga ??" Siti menatapku.
Aku hanya menggeleng saja.
"Bantuin aku nyari yuk." Siti menarik tanganku dan kami pergi mencari orang-orang yang ikut main petak umpet bersama kami.
Berkali-kali kami mencari mereka tapi mereka tak kunjung ketemu juga, entah kemana mereka bersembunyi yang pasti kami berdua susah mencari mereka.
Hingga akhirnya langkah kami terhenti di area rumah milik tanteku.
"Yu liat keatas genteng rumah tantemu." Terdengar suara Siti yang bergetar.
"Emang ada apa ??" Aku menatap Siti.
"Liat aja." Siti memalingkan wajahnya sambil memejamkan mata.
Aku menurutinya dan disitulah aku melihat hantu lemper berdiri di atap rumah tanteku.
Jika di film-film hantu ini bermuka pucat, ada lingkaran hitam diarea mata, kain kafannya bersih, jalan loncat-loncat karena tidak bisa terbang. Maka yang aslinya adalah, kainnya lusuh, mukanya gosong, badannya lembek, bermata merah, jalannya terbang, bukan loncat-loncat.
Jalannya terbang ??
Ya itu yang aku lihat ketika hantu itu pindah dari atap rumah tanteku menuju pohon mangga yang ada di sebelah rumah tanteku itu.
Kami berdua diam mematung di situ, kami tak bisa kemana-mana.
Seolah-olah ada yang mengikat kaki kami supaya tidak pergi.
Sementara hantu lemper itu trus menatap kami dari atas pohon mangga.
Tak lama semua orang-orang yang ikut petak umpet, keluar dari tempat persembunyiannya mereka masing-masing.
Mereka mencari kami dan akhirnya berjumpa dirumah Tante kami.
"Heh kalian ngapain disini ??" Kak sita menghampiri kami.
Aku dan Siti hanya diam saja tapi badan kami bergetar ketakutan.
"Eh nih anak di tanya malah diem." Kak Angga menatap kami.
Siti mengangkat jarinya kearah pohon mangga, memberikan kode pada mereka untuk melihat kearah pohon itu.
Kak Angga dan yang lain menurutinya.
"Apaan sih ??" Kak sita tak melihat apapun.
"Astaghfirullah hal adzim." Kak Ari yang masih ada ikatan saudara dengan siti terlonjak kaget begitu melihat pocong itu masih ada.
Perlu di ketahui, keluarga besar Siti memang mempunyai keahlian yang tak semua orang punya, berupa Indra keenam.
"Apaan sih ri ??" Kak Deni menatap aneh ke arah kak Ari.
Kak Ari mengambil batu yang ada disekitarnya.
"Alloh huakbar." Dia lempar batu itu kearah pocong itu.
"Kak ari kenapa sih ??" Roky heran melihat kak Ari melempar batu ke arah pohon mangga.
"Alloh huakbar." Kak Ari melempar lagi batu itu keatas pohon mangga milik Tante.
Kak Angga yang memang bisa melihat dan merasakan kehadiran yang tak kasat mata pun ikut melempar batu ke arah pohon itu.
"Alloh huakbar." Kini mereka sibuk takbir sambil melempar batu kearah pohon.
"Alloh huakbar." Takbir mereka lebih keras lagi sambil melempar batu itu trus.
"Wah kalo dua orang ini udah kaya gini, ada yang ngga beres nih." Kak sita menatap kak Angga dan kak Ari secara bergantian.
"Baca ayat kursi yuk." Kak sita mengajak yang lain.
"Alloh Huakbar!!" Kak Angga dan kak Ari makin gencar melempar batu ke pocong itu yang hanya diam tapi matanya menatap tajam ke arahku dan siti.
Sementara kak sita dan yang lain sibuk membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an yang biasa digunakan untuk mengusir hantu.
Mereka trus melakukan itu tanpa henti dan tanpa lelah.
Hingga akhirnya.....
"Bro udah pergi." Suara kak Ari membuat kami berhenti mengaji dan menatap kearah pohon mangga itu.
Dan memang benar bahwa pocong itu sudah tak ada lagi di pohon mangga milik tanteku.
"Pulang yuk." Kak sita menarikku dan kak Angga.
"Tuh kamu liat sendiri kan kalo anak kecil ikut main petak umpet. Itu baru pocong lho, belum Wewe gombel." Tukas kak Angga.
"Berarti besok kak Angga dan kak sita ngga main juga dong ??" Aku menatap kedua kakakku.
"Kata siapa. Teteplah. Hantu-hantu itu kan nyariin kamu bukan kita." Kata kak sita.
"Anak kecil buat hantu itu rasanya manis, anak gede kaya kak Angga dan kak sita itu ngga menarik." Kak Angga sengaja menakut-nakutiku meskipun apa yang dikatakan kak Angga memang benar adanya.
"Masih mau ikut main ??" Kak sita menatapku.
Aku hanya menggeleng saja dan diantar pulang kerumah.
Sementara mereka, pergi main lagi dengan teman-temannya.
Yuk ah komennya jangan cuma di lihat doang.
Diubah oleh srirahayu540 05-03-2019 23:46
0
886
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan