- Beranda
- Komunitas
- Pilih Capres & Caleg
KISAH DIBALIK DEBAT CAPRES, CAWAPRES


TS
Surobledhek746
KISAH DIBALIK DEBAT CAPRES, CAWAPRES

sumber :gambar
Quote:
MEREKA PUTRA TERBAIK BANGSA
Mereka putra terbaik bangsa
sudah selesai dengan urusan pribadinya
Niat besar terlihat pada raut wajah sumringah
Dalam janji yang harus ditepati
Kita hanya mampu menjadi saksi
Tak kuasa menagih meski secuil janji
Mereka putra terbaik bangsa
sudah menyampaikan isi kepala
Tak mungkin mampu menggenggam semua urusan Negara
Seluas Indonesia
Kaki tangan bersih jadi pemutus segala urusan
Menteri cerdas saja tidak kuasa berbuat apa-apa
jika hanya ikut makelar jasa
Mereka putra terbaik bangsa
Semoga ada sekeping harap digantungkan
Esok pagi saat bangun tidur Indonesia tetap ada
Berjalan dalam rangkaian gerbong kereta
bernama pemimpin Negara
Barangkali tulisan ini akan menggelitik semua pembaca. Namun, jangan salah sangka dulu. Tulisan ini bukan hoaks. Juga bukan berita bohong. Ini adalah kisah nyata dari peristiwa yang terjadi di panggung debat capres beberapa waktu yang lalu.
Spoiler for OPINI:
Beberapa waktu yang lalu, ada seorang anak manusia, berdiri diatas panggung. Berdua. Mereka adalah putra terbaik bangsa. Dari hampir 250 juta rakyat Indonesia. Betapa tidak. Jika ada yang lebih baik dari mereka pasti sudah ada yang tampil bersaing di kancah pemilihan presiden dan wakil presiden, apa pun alasannya.
Bisa dibayangkan seandainya kita, berdiri di sana. Seorang diri. Di ruangan itu memang yang hadir tidak sampai 5.000 orang. Tapi ada kamera dan menyaksikan acara itu. Hampir seluruh penduduk Indonesia di dalam negeri maupun di luar negeri. Apalagi warga Negara asing. Pasti mereka juga menyaksikan. Seperti ketika kita menyaksikan debat presiden Amerika.
Berdiri seorang diri. Dengan perasaan apa yang terucap didengar dan dilihat oleh berates juta mata. Tampak ketika pertama membuka kata. Mengucapkan salam. Gemetar terlihat jelas. Kedua tangan tersilang di depan perut. Jempol beradu. Bergerak-gerak. Keduanya melakukan hal yang sama. Berarti meskipun mereka adalah orang yang sudah biasa tampil di depan panggung, saat itu gemetar dan rasa kuranng percaya diri tidak bisa disimpan begitu saja.
Kita bisa bayangkan, ketika berada di depan rapat RT, saat diminta pendapat. Padahal hanya terdiri dari beberapa puluh orang saja. Gemetar terasa ketika salam pertama. Akhirnya kata pembukaannya demikian panjang dan lebar.kepada yang terhormatnya saja hingga berpuluh orang disebut. Belum lagi puja puji dan selawat serta salam. Memakan waktu lebih dari 3 menit. Terus, saat menyampaikan pendapat. Hanya tiga kalimat yang terucap.
Misalnya, “… Terimakasih saya diundang di sini. Pada acara ini. Menurut pendapat saya, saya setuju dengan semua program yang diusulkan pak RT.”
Memberikan ucapan dan pendapat seperti itu sudah sangat baik. Malah, ketika ada yang sudah sekolah tinggi, gelar sarjana hingga banyak “S” nya. Es satu, Es dua, Es tiga, hingga yang Es empat kerupuk tiga.
Memberikan sambutan pada acara besar malah seperti ini, “….. eeee. Menutur hemat saya. ….mmmmm yang disampaikan itu salah besar. Eeee… tidak benar itu. Mmmm… blaaa… blaaa… blaaa.”
Nah, yang seperti itu sering kita dengar dan lihat di telivisi. Seringkali dan berganti-ganti. Tetap kita nikmati.
Terus pelajaran dari mereka yang suka berkomentar miring terhadap debat tersebut bagaimana? Menyampaikan pesan sendiri yang sederhana saja belum bisa, malah memberikan komentar kalau pembicara debat punya kisi-kisi. Seperti anak SD, seperti cerdas cermat. Bagaimana mungkin?
Apalagi ketika anda, misalnya ada dalam acara rapat di kecamatan, di kabupaten atau di level yang lebih besar, sementara ada beban mental kita harus menyampaikan sesuatu yang penting. Menginginkan pesan yang kita sampaikan didengar dan diperhatikan orang lain. Perasaan apa yang ada?
Bisa dibayangkan seandainya kita, berdiri di sana. Seorang diri. Di ruangan itu memang yang hadir tidak sampai 5.000 orang. Tapi ada kamera dan menyaksikan acara itu. Hampir seluruh penduduk Indonesia di dalam negeri maupun di luar negeri. Apalagi warga Negara asing. Pasti mereka juga menyaksikan. Seperti ketika kita menyaksikan debat presiden Amerika.
Berdiri seorang diri. Dengan perasaan apa yang terucap didengar dan dilihat oleh berates juta mata. Tampak ketika pertama membuka kata. Mengucapkan salam. Gemetar terlihat jelas. Kedua tangan tersilang di depan perut. Jempol beradu. Bergerak-gerak. Keduanya melakukan hal yang sama. Berarti meskipun mereka adalah orang yang sudah biasa tampil di depan panggung, saat itu gemetar dan rasa kuranng percaya diri tidak bisa disimpan begitu saja.
Kita bisa bayangkan, ketika berada di depan rapat RT, saat diminta pendapat. Padahal hanya terdiri dari beberapa puluh orang saja. Gemetar terasa ketika salam pertama. Akhirnya kata pembukaannya demikian panjang dan lebar.kepada yang terhormatnya saja hingga berpuluh orang disebut. Belum lagi puja puji dan selawat serta salam. Memakan waktu lebih dari 3 menit. Terus, saat menyampaikan pendapat. Hanya tiga kalimat yang terucap.
Misalnya, “… Terimakasih saya diundang di sini. Pada acara ini. Menurut pendapat saya, saya setuju dengan semua program yang diusulkan pak RT.”
Memberikan ucapan dan pendapat seperti itu sudah sangat baik. Malah, ketika ada yang sudah sekolah tinggi, gelar sarjana hingga banyak “S” nya. Es satu, Es dua, Es tiga, hingga yang Es empat kerupuk tiga.
Memberikan sambutan pada acara besar malah seperti ini, “….. eeee. Menutur hemat saya. ….mmmmm yang disampaikan itu salah besar. Eeee… tidak benar itu. Mmmm… blaaa… blaaa… blaaa.”
Nah, yang seperti itu sering kita dengar dan lihat di telivisi. Seringkali dan berganti-ganti. Tetap kita nikmati.
Terus pelajaran dari mereka yang suka berkomentar miring terhadap debat tersebut bagaimana? Menyampaikan pesan sendiri yang sederhana saja belum bisa, malah memberikan komentar kalau pembicara debat punya kisi-kisi. Seperti anak SD, seperti cerdas cermat. Bagaimana mungkin?
Apalagi ketika anda, misalnya ada dalam acara rapat di kecamatan, di kabupaten atau di level yang lebih besar, sementara ada beban mental kita harus menyampaikan sesuatu yang penting. Menginginkan pesan yang kita sampaikan didengar dan diperhatikan orang lain. Perasaan apa yang ada?
Quote:
Jika sudah merasa kita mampu memberikan pendapat pada acara yang levelnya di atas kebiasaan kita dan tidak merasa gemetar atau grogi sama sekali berarti anda bohong. Saya pasti tidak akan percaya.
Quote:
Setiap kita punya tingkatan komunitas berbeda. Dengan kemampuan yang kita miliki. Oleh karena itu jangan remehkan calon kepaa Negara kita. Bagaimana pun mereka adalah putra terbaik bangsa. Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.
Quote:
Kesimpulan, masih ada beberapa debat yang belum dilaksanakan. Mari kita nikmati. apa pun yang terjadi. Jika ada kekurangan yang terlihat saat acara debat, baik tentang kalimat maupun tentang gerakan yang membingungkan atau dan lain sebagainya adalah wajar. Mereka juga manusia. Sama seperti kita. Punya rasa gemetar, malu, takut salah, dan lain-lainnya.
Quote:
SEMOGA BERMANFAAT
TERIMA KASIH
Diubah oleh Surobledhek746 21-04-2019 22:21


anasabila memberi reputasi
10
8.6K
Kutip
58
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan