Kaskus

Entertainment

kelilipan.durenAvatar border
TS
kelilipan.duren
Si Budi yang enggan sekolah lagi
Si Budi yang enggan sekolah lagi




Si Budi yang enggan sekolah lagi

Budi, siapa yang tak kenal nama tersebut? Budi dikenal sebagai nama dari tokoh fiktif buku pembelajaran generasi Generasi X dan generasi Y. Budi, di era tersebut digambarkan sebagai role modelanak dan pelajar yang "hampir" sempurna. Hobinya belajar, membaca buku, bercocok tanam, salim kepada orangtua, berdoa, membantu nenek menyebrang serta perilaku dan budi pekerti yang baik lainnya (entah apa lagi, mungkin karena Budi saking baiknya). Dan mungkin itu alasannya tokoh ini dinamakan budi emoticon-Hammer

Namun, menyentuh generasi Z dan generasi Double A (Alpha) sang Budi pun mulai berubah. Mari kita nostalgia sejenak, dimana tahun 2018, seorang Budi dengan pukulan telaknya berhasil mengenai leher seorang guru seni dan berhasil merenggut nyawanya. sang Budi menjadikan seorang wanita menjadi janda, dan seorang anak menjadi yatim sebelum lahir.
belum selesai sampai disitu. Tahun ini, setidaknya ada tiga kasus viral yang Budi lakukan disekolah. bukan hanya sekedar kenakalan remaja biasa, tetapi sudah sangat bertolak belakang dengan sikap Budi sekitar 20 tahun yang lalu.

Masyarakat dengan menggunakan jempol dan new TAB pada browser mulai menganalisis, ada apa dengan Budi-Budi era ini?
spekulasi mulai bertebaran, dan mirisnya dicocoklogi kan dengan sekolah, kurikulum, revolusi mental bahkan guru. seperti melupakan alasan sepele mengapa Budi melakukan hal tersebut. Ya, Budi sudah seperti enggan untuk bersekolah.

Si Budi yang enggan sekolah lagi

Masyarakat berfikir, bahwa Budi tidak memiliki motivasi untuk belajar karena pihak sekolah tidak berinovasi dengan baik. Baik dari segi pembelajaran, Kurikulum, Metode dan sarana serta pra-sarana. Namun sangat disayangkan, sekolah adalah lembaga pendidikan, pihak sekolah tentu tidak dapat menyediakan rental Playstation, free WiFi untuk Push Rank, penyewaan tank dan mortar untuk menyerang sekolah lain atau hal-hal menyenangkan lain bagi Budi yang sudah beranjak dewasa. Penanaman tanggungjawab dikehidupan bermasyarakat, pembekalan diri untuk menghadapi realita hidup merupakan fase menakutkan (dan kadang menjenuhkan) bagi Budi yang masih belum puas dengan masa kanak-kanaknya tapi sudah mulai tertarik dengan lawan jenisnya.


Seakan belum lengkap penderitaan Budi yang begitu rapuh secara mental dan etika, nasib nahas kembali menimpa dirinya.

Ya, Budi seperti anak yang tertukar. Orangtua sang Budi tidaklah seperti dahulu.

Si Budi yang enggan sekolah lagi

Orangtua Budi seperti acuh tidak acuh kepada sang Budi. Tidak ada sesi menemani mengerjakan PR, mengajarkan mengaji, bekerja rodi (eh, bakti) di rumah (meskipun setidaknya sebulan sekali). Karena orangtua Budi berfikir, bagaimana caranya membayar cicilan AVANZA, NMAX atau BeAT meskipun benda tersebut harus diisi dengan Premium. Orangtua Budi menganggap bahwa dunia pendidikan sama seperti jasa lainnya. Sudah bayar, anak harus bagus dan gak mau tahu. mereka memperlakukan sekolah sebagai pembentuk, vermak bahkan renovasi anak. Seakan tidak peduli terhadap sikap Budi yang sudah acuh kalo liat sarang laba-laba dilangit rumah (IYKWIM).

Orangtua (yang tertukar) Budi juga sering demo dan beralasan bahwa Budi terlalu banyak PR (padahal bahagia), terlalu banyak kebutuhan sekolah yang harus dipersiapkan (padahal bahagia) seperti: Tank, molotov, gear, samurai, bedak, pensil alis, vermak seragam yang ketat-ketat misal (semoga guru yang masih lajang diperkuat iman dan iminnya). SPP yang mahal (padahal bahagia), terlalu banyak pelajaran (padahal bahagia) dan (padahal bahagia) lainnya.

Dengan beban pendidikan seperti itu, sudah pasti membuat Budi menjadi siswa yang berbahagia.
Budi pun senang dengan sekolah karena hanya mengenal sekolah sebagai tempat pendapatan mereka. ya, jika Budi tidak sekolah, darimana lagi mereka dapat uang (untuk beli kuota, pacaran, komixan, panadolan, tramadolan dan an an an yang lainnnya).
sekolah bagi Budi pun kiniBudi pun senang dengan sekolah karena hanya mengenal sekolah sebagai tempat pendapatan mereka. ya, jika Budi tidak sekolah, darimana lagi mereka dapat uang (untuk beli kuota, pacaran, komixan, panadolan, tramadolan dan an an an yang lainnnya).
sekolah bagi Budi pun kini hanya arena adu gengsi, adu motor, adu hantam, adu suit, adu kelamin dan adu-aduan yg lainnya. Kebahagiaan yang miris sekali emoticon-Smilie
Spoiler for Happiest:


Budi, yang dari awal sudah enggan untuk bersekolah tentu berbahagia. Kesenangan mereka pun dibela. Bagaimana tidak?  Budi pun mengenal dan mulai belajar bersikap bak residivis. sistemnya pun sama saja. Budi membawa molotov (misal) kemudian disanksi lalu melaporkan hal tersebut kepada orangtua (yang tertukar), orangtua marah-marah kadang nangis-nangis kepada pihak sekolah karena merasa Budi itu anak-anak yang (mungkin masih) suci (atau perjaka minimal) , pihak sekolah meringankan hukuman, Budi merasa dibela, dan akhirnya Budi membawa satu peleton.
Jika diingatkan pembayaran SPP, ya marah-marah dan Playing victim.

Spoiler for spoiler:


Budi, difase sekolah yang krusial mengingat mendekati kehidupan nyata dimasyarakat, juga diajarkan oleh masyarakat untuk mencari kambing hitam atas kemalangan, kenahasan, kesialan, kenistaan hidupnya. Budi males-malesan ke sekolah, nilai bagus (hasil kasian guru atau komplain orangtua), soft-skill & hard-skill rendah, kerjaan apa adanya, miskin dan hidup susah ya tinggal salahin pemerintah (kalau sekarang sih Presiden, gak tau nanti). entah Budi lupa atau tidak diajarkan oleh keluarga atau masyarakat bahwa rezeki itu takdir ikhtiar yang diberikan Tuhan atas usaha yang telah dan sedang Budi lakukan.
Karena Ikhtiar para Budi ini pun sudah terekam jejaknya. Dan sungguh sangat mengerikan.
Spoiler for spoiler:



Sebenarnya, dalam menyelesaikan masalah Budi ini, sangatlah mudah (kalau mau). Ditengah kewenangan Lembaga Pendidikan yang kembali seperti semula, yang harus profesional akibat tuntutan masyarakat juga. maka masyarakat dan keluarga harus menanggung resiko dengan melakukan peningkatan peran Orangtua (yang tidak tertukar) dan masyarakat dalam kontrol sosial untuk para Budi. Penerapan Standar etika bukan hanya berdasarkan Ontologi saja, tetapi juga penerapan deontologi (nanti saya jelaskan "kapan-kapan"). Jangan jadikan para Budi sebagai massa untuk menyembunyikan dan mengabu-abukan dosa-dosa kita. Karena kelak, Budi ini (dan Budi-Budi yang akan datang) akan menampuk peran di Pemerintahan ketika kita sudah tua bangka. atau seenggaknya (amit-amit) jangan sampai mereka mendoakan kita cepat meninggal biar dapet warisan, meskipun akhirnya rebutan juga sih. fase hidup mengerikan dipenghujung umur kita. kecuali kalo emang dasarnya, mereka seperti itu karena kita tapi kita juga mencela karena gak merasa. maklum ketika muda mikirnya urusin hidup masing-masing emoticon-Smilie

Untuk para Budi. Sekolah yang benar lah, nak. Sekolah itu penting meskipun kalian memutuskan untuk bandel. Dengan sekolah yang baik, maka kita akan tahu mana hitam mana putih. jangan sampai kalian sekolah ogah-ogahan kemudian udah besar dikit main-main sama retorika. sangat berbahaya.
Kerjakan tugas dengan baik, Hasil makalah dan tugas lainnya silahkan serahkan ke guru atau dosen kalian, kemampuan analisisnya silahkan simpan untuk menyelesaikan masalah hidup yang kalian dapat.
Pelajari dan Pahami peraturan sekolah yang ada, sekolah hanya butuh keseragaman dan kondusif. kemampuan me-manageemosi dan memahami birokrasi. jangan sampai kayak "sebagian" dari kita yang cuman bisa teriak-teriak dan ketik-ketikan aja.
Belajarlah dengan giat, karena jika Budi menganggap bahwa pernyataan Presiden itu Tuhan adalah sesat, maka Budi harus tahu bahwa bukanlah Presiden yg mengatur rezeki Budi. Tetapi Tuhan yang memberikan sesuai dengan ikhtiar atau usaha yang Budi lakukan selama ini.

(Biasanya sih, Film-film bagus kayak film Tom Hanks endingnya kentang. yaudah threadnya saya kentangin aja yak. Terimakasih)
Diubah oleh kelilipan.duren 24-02-2019 19:00
0
1.8K
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan