Sebelumnya trit ini pernah dibuat oleh agan dewakere 16 Agustus 2018 lalu dengan judul #Ini Indonesiaku Tajemtra Gerak Jalan 30 Kilo Di Jember Yang Menumbuhkan Kebersamaan

Jadi mohon maaf buat agan dewakere jika trit ini repost. Disini saya ingin menulis apa yang saya lihat dan rasakan ketika mengikuti gerak jalan TAJEMTRA........




TAJEMTRA atau singkatan dari Tanggul Jember Tradisional merupakan suatu event gerak jalan tahunan yang digelar oleh Pemkab Jember untuk memeriahkan hari kemerdekaan. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Agustus atau bulan setelahnya. Gerak jalan tradisional yang sudah diadakan sejak tahun 1977 ini dinamakan TAJEMTRA karena berawal dari Alun-alun Tanggul hingga finish di Alun-alun Jember. Jarak tempuh antara Alun-alun Tanggul dan Alun-alun Jember sejauh 30 km. Jika ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 30-60 menit. Bagaimana dengan jalan kaki? Paling cepat 6 jam

Untuk mengikuti TAJEMTRA peserta dapat mendaftarkan diri secara kelompok atau individu. Setelah mendaftar peserta akan mendapatkan nomor dada, absensi pos TAJEMTRA dan saat finish akan diberikan piagam sebagai tanda keikutsertaan. Peserta yang masuk kriteria penjurian akan mendapatkan hadiah.



Hasil pengamatan saya setelah beberapa kali mengikuti kegiatan TAJEMTRA ini peserta terbagi dalam beberapa kategori. Peserta serius individu, peserta serius kelompok, dan peserta penyemarak.




* Peserta Serius Individu
Peserta dalam golongan ini kebanyakan berusia 40 tahun keatas. Bahkan ada beberapa yang berusia lanjut. Mereka taat peraturan, tidak neko-neko. Berpakaian standart olahraga, dan bersepatu adalah hal yang wajib. Ketepatan waktu start, absensi pos, dan ketepatan waktu finish menjadi poin penting yang ingin dicapai agar mendapat nilai baik dari juri dan menjadi juara. Peserta dalam golongan ini kebanyakan pegawai dan pensiunan kantor pemerintahan. Peserta dalam kategori ini jumlahnya tidak terlalu banyak, kurang lebih 10% dari total peserta.




* Peserta Serius Kelompok
Kelompok ini hampir sama dengan kelompok serius individu. Mereka taat peraturan, berpakaian standar olahraga, dan bersepatu. Ketepatan waktu start, absensi pos, dan ketepatan waktu finish juga menjadi poin penting yang ingin dicapai agar mendapat nilai baik dari juri dan menjadi juara. Yang membedakan antara peserta serius kelompok dan individu ada pada jumlah peserta yang lebih banyak. Mereka membentuk barisan selayaknya anggota PBB (Pasukan Baris Berbaris). Pesertanya berasal dari anggota paskibra, TNI, Polri, dan umum. Peserta dalam kategori ini berkisar 10% dari total peserta.




*Peserta Penyemarak
Kelompok peserta bagian ini adalah muda mudi yang tidak berpatok aturan TAJEMTRA secara baku ( termasuk ts ). Mereka berniat ikut hanya untuk penyemarak kegiatan ( yang daftar satu, yang ikut banyak ) Jumlah mereka mendominasi dari seluruh peserta TAJEMTRA. Pakaian tidak standar olahraga (celana jeans), memakai aksesoris yang aneh-aneh, mengecat warna rambut, memakai sendal, dan bahkan telanjang kaki. Ada yang berpakaian ala pocongan, gondes (gondrong ndeso), rapper gak jelas yang membawa radio gede dan pakaian aneh lainnya. Hadiah bukanlah tujuan yang dicari oleh kelompok ini. Bagi mereka asal bisa bergaya dan meramaikan suasana sudah cukup membuat hati gembira. Kesan yang ditampilkan memang kurang baik, tetapi justru dengan adanya kelompok penyemarak inilah yang menjadikan TAJEMTRA menjadi semarak dan ditunggu tunggu oleh para kerabat dan sanak famili yang menyaksikan.

Untuk peserta yang fisiknya drop dan tidak kuat, tidak perlu khawatir karena telah disiapkan beberapa unit ambulance dan petugas medis oleh pihak panitia. Petugas medis tersebut akan dengan sigap dan cekatan membantu peserta yang kelelahan. Peran serta masyarakat sekitar juga sangatlah besar. Mereka dengan sukarela menyediakan air minum dan beberapa makanan kecil untuk para peserta yang haus dan lapar. Dentuman alunan musik yang membahana di sepanjang perjalanan juga menjadikan para peserta terhibur dan enjoy .

Bagi agan dan sista yang penasaran ingin tau apa itu TAJEMTRA, bisa datang ke kota Jember pada saat event ini berlangsung. Kearifan lokal budaya kita tidaklah kalah dari budaya bangsa lain, tinggal kita sebagai putra bangsa bagaimana menyikapinya


SSS (Salam Suwar Suwir)


Gambar : google
Tulisan : opini pribadi