Penampilan tokoh antagonis Ghostface dalam Scream (1996) | Dimensions Films
Dua waralaba horor lawas Scream dan Hellraiser kemungkinan bakal hidup kembali. Penggagasnya adalah Blumhouse Productions, rumah produksi di balik film-film horor sukses berbujet kecil seperti Paranormal Activity (2009), Insidious (2011), The Purge(2013), Get Out (2017), dan Happy Death Day (2017).
"Ya, kami sedang mempertimbangkannya (untuk menggarap produksi ulang Scream dan Hellraiser, red.)," ujar Jason Blum, pendiri sekaligus CEO Blumhouse, kepada Cinema Blend, Selasa (19/2/2019).
"Tak ada apapun yang terjadi dengan kedua waralaba itu, tapi kami benar-benar mempertimbangkannya. Ini merupakan sebuah opsi terbuka," lanjut Blum.
Tahun lalu, Blumhouse sukses mengangkat kembali waralaba Halloween lewat film berjudul sama. Dengan ongkos produksi hanya $10 juta, film pembaruan Halloween(1978) ini berhasil mengumpulkan $253,7 juta AS dari seluruh dunia. Halloween versi baru juga sukses di mata para kritikus.
Oleh karena itu, wajar jika penggemar Hellraiser dan Scream menaruh harapan besar pada Blumhouse. Mereka cukup kecewa melihat kualitas sekuel lawas Halloween, Hellraiser, dan Scream yang jauh dari memuaskan.
Situs pengepul ulasan Rotten Tomatoes mencatat, dari seluruh film dalam waralaba Hellraiser, hanya Hellraiser (1987) alias film pertama, yang mendapat tomat segar dengan skor 68 persen. Sisanya “busuk”, Hellraiser: Hellseeker (2002) bahkan menerima skor 0 persen.
Nasib waralaba Scream masih lebih bagus. Film pertama, bertajuk Scream (1996) memperoleh skor 78 persen, sementara sekuelnya berjudul Scream 2 (1997) malah mendaoat 81 persen. Namun, Scream 3 (2000) dan Scream 4 (2011) menerima tomat busuk.
Blumhouse sebenarnya belum punya rekam jejak bagus dan mereka punya sejumlah tantangan untuk membuat ulang Scream dan Hellraiser.
Wes Craven, orang di balik waralaba Scream, telah meninggal dunia pada 2015. Ia adalah sutradara keempat film Scream, jadi mungkin akan aneh jika remake-nya tak ditangani sineas yang sempat tampil singkat (cameo) pada film pertama Scream ini.
Sementara, untuk membuat ulang Hellraiser, Blumhouse harus meyakinkan Doug Bradley, aktor pemeran Pinhead, tokoh penjahat utama dalam film horor itu. Dalam dua film terakhir, Hellraiser: Revelations (2011) dan Hellraiser: Judgment (2018), aktor berusia 64 itu enggan memerankan Pinhead kembali.
Namun, keengganan Bradley lantaran dua film itu langsung dijual dalam bentuk video. Jika Blumhouse jadi membuat ulang Hellraiser, pastinya untuk konsumsi bioskop.
Punya tokoh ikonik
Scream dan Hellraiser punya kesamaan, yaitu punya karakter penjahat yang ikonik. Dalam Scream, tokoh antagonis utama adalah pembunuh yang mengenakan topeng hantu menyeramkan dan berdandan seperti malaikat pencabut nyawa. Topeng itu disebut Ghostface.
Meski mirip malaikat pencabut nyawa, Ghostface adalah manusia biasa. Dalam tiap film Scream, Ghostface adalah sosok psikopat yang meneror kota kecil Woodsboro. Genre film ini memang horor-slasher dengan banyak adegan sadis di dalamnya.
Sementara, Hellraiser punya tokoh penjahat yang bukan manusia. Dialah Pinhead, pemimpin kaum Cenobite. Pinhead adalah sosok iblis yang dulunya manusia, tapi terperangkap di dimensi lain alias Neraka. Ciri khas Pinhead adalah puluhan jarum yang menusuk wajahnya.
Pinhead dan pengikutnya bisa memasuki dunia manusia melalui sebuah kotak teka-teki bernama Lament Configuration. Di dunia fana, ia “memanen” jiwa manusia.
Penampilan tokoh antagonis Pinhead dalam film Hellraiser (1996) | New World Pictures