Quote:
REPUBLIKA.CO.ID, Jika mengikuti perkembangan teknologi, Anda menyadari Silicon Valley tidak berhenti membahas tentang unicorn. Unicorn adalah sebutan untuk kawanan startup (perusahaan pemula) yang tumbuh dengan nilai 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau lebih.
Seperti dilansir di Techcrunch.com, diduga istilah unicorn diciptakan oleh kapitalis ventura Aileen Lee pada 2013. Dalam artikel Welcome To The Unicorn Club: Learning From Billion-Dollar Startup, Lee menulis ada 39 perusahaan yang mereka sebut sebagai unicorn club pada 2013. Dia menjelaskan, berdasarkan definisi perusahaannya, unicorn club menggambarkan perusahaan perangkat lunak berusia di bawah 10 tahun yang sudah bernilai lebih dari 1 miliar dolar AS oleh investor publik atau swasta.
Dia menyebut, rerata sebanyak empat unicorn dilahirkan per tahun dalam dekade terakhir. Pada 2013, Lee menyebut media sosial Facebook sebagai super-unicorn karena bernilai lebih dari 100 miliar dolar AS. Lee mengatakan setidaknya butuh waktu lebih dari tujuh tahun agar sebuah perusahaan bisa go public atau diakuisisi. Lee memilih jenis hewan langka untuk mewakili kelangkaan statistik dari usaha yang sukses.
Hal itu didukung pernyataan seorang pemodal ventura di Emergence Capital Partners, Jason Green dalam tulisan The Age of Unicorns di laman Fortune.com. Saat ini, dia menyebut “kawanan unicorn” ada di mana-mana.
Selain unicorn, ada juga sebutan decacorn yang digunakan untuk menyebut perusahaan bernilai lebih dari 10 miliar dolar AS. Para pemodal ventura telah menargetkan “permainan” yang lebih besar. Mereka memburu startup dengan potensi mencapai 10 miliar dolar AS.
Green mengatakan, pada 2013 hanya satu perusahaan yang menyandang sebutan decacorn, yakni Facebook. Pada 2015, Green menyebut ada lima perusahaan yang menyandang sebutan decacorn. Kemudian, sebutan hectocorn dilabelkan pada perusahaan bernilai lebih dari 100 miliar dolar AS.
Dalam sebuah portal penelitian CBInsights.com yang terbit pada 22 Januari 2019, saat ini terdapat 310 perusahaan swasta berlabel unicorn di seluruh dunia bernilai lebih dari 1 miliar dolar AS. Data tersebut juga berdasarkan tampilan pelacakan unicorn real time laman tersebut.
Dalam penelitian yang terbit pada 22 Januari, sebanyak 310 perusahaan secara kolektif bernilai 1.052 miliar dolar AS dan mengumpulkan total hampir 257 miliar dolar AS. Tahun lalu, sebanyak 112 perusahaan baru bergabung dengan klub unicorn global. Data itu menunjukkan adanya peningkatan 58 persen dari 71 unicorn baru pada 2017.
Dengan menggunakan basis data CB Insights, penelitian itu memetakan semua 310 perusahaan unicorn global senilai lebih dari 1 miliar dolar AS sesuai pasar primer tempat mereka beroperasi. Peta pasar mengurutkan unicorn menjadi 13 kategori, mulai dari teknologi otomatis hingga niaga elektronik (e-commerce). Kategori lainnya mencakup perusahaan dalam agen perumahan (real estate), teknologi canggih, energi terbarukan, industri dirgantara (aerospace), dan banyak lagi.
Perusahaan swasta paling bernilai di dunia adalah Bytedance China (alias Toutiao), dalam kategori Media. Perusahaan itu mencapai penilaian 75 miliar dolar AS, setelah investasi dari SoftBank pada November 2018.
Selain Bytedance, ada Uber (72 miliar dolar AS), Didi Chuxing (56 miliar dolar AS), rekan kerja perusahaan WeWork (47 miliar dolar AS), dan pembuat rokok elektronik JUUL Labs (38 miliar dolar AS) melengkapi lima teratas perusahaan berpendapatan paling besar.
AS memimpin dalam pangsa unicorn (49 persen), naik dua poin persentase sejak analisis terakhir pada Agustus 2018. Cina menduduki tempat kedua, ada penurunan dari 30 persen menjadi 26 persen dalam kerangka waktu yang sama. Tempat ketiga dan keempat diduduki perusahaan Inggris (6 persen) dan India (4 persen), dengan masing-masing 17 dan 13 unicorn. Dalam daftar penelitian itu ada sejumlah startup Indonesia yang masuk jajaran startup berlabel unicorn, yakni Bukalapak (1 miliar dolar AS), Tokopedia (7 miliar dolar AS), Traveloka Indonesia (2 miliar dolar AS), Gojek (5 miliar dolar AS).
Sementara berdasarkan pencarian Selasa (19 Februari 2019), terdapat 325 perusahaan unicorn di seluruh dunia dengan total penilaian komulatif sebesar 1.074 miliar dolar AS. Terkait besaran valuasi, hanya Gojek yang nilainya meningkat menjadi 10 miliar dolar AS. Sementara unicorn Indonesia lainnya, nilainya tetap.
sumi :
https://www.republika.co.id/berita/e...ahaan-rintisan
Hal yang masih baru tentunya dikita, tapi menurut saya semuanya berkesempatan untuk dapat berpeluang "create your own startup" semuanya hanya tinggal action aja.
Biasanya ide-ide itu ditemukan "accidentally" dan asiknya lagi yang namanya "techno" dia tidak mengenal anda untuk membeda-bedakan anda macam "human think".
Information Technology (IT) kekinian sebenarnya lebih applicable,dia tidak melihat "siapa lu" , "mana mungkin bisa" , "emang lu bisa", dan berbagai macam obstacle (penghambat) yang biasa dikhawatirkan anak muda kekinian.
Balik lagi ke persoalan accidentally tadi, taruhlah jika berbagai hambatan yang menyebabkan ketidakpedean tadi dilokalisir dengan cara kamu mengumpulkan berbagai persoalan di dunia nyata entah kamu rangkum dengan cara yang klasik misal kamu tulis, pasti ada sebuah hal yang menjadi preferensi [sesuatu yang disuka dari] kamu.
Behaviour Interaction
Sekarang saatnya kenali diri anda, jika technology itu adalah cara mudah untuk menjadikan alat rekam jejak anda di dunia maya, mungkin akan menjadi hal positif yang bisa diambil salah satunya, record (catatan) mengenai potensi apa yang bagus untuk kamu bisa lakukan dalam memberikan kontribusi kepada ruang media interaksi bagi publik.
Balik lagi ke persoalan apa hubungannya UNICORN dengan anda? Jika UNICORN adalah valuasi aset di atas $1 Miliar dari perusahaan rintisan, maka saya katakan kamu bisa memulainya dengan melakukan hal-hal kecil, namanya juga start-up.
Don't be scared to fail. (jangan takut gagal)
Kalo mau berpikir secara lebih cermat, bagaimana kamu bisa dianggap gagal kalo tiap hari interaksi bahasan kamu seputar itu-itu aja kok bisa-bisanya dirimu disebut INCOMPETENCE. Minimal kamu dianggap tahulah tentang persoalan.
Misal dalam bahasan setiap hari kamu interaksi ngumpulnya sesama hobyist (pecinta burung) katakanlah seperti itu, orang yang awal mulanya nganggur toh bisa dipercaya untuk bekerja memberi pakan anakan burung (ini yang aku lihat dan rekam dari beberapa rekan di dunia nyata).
Yang awalnya nganggur kemudian bantu-bantu masak eh kemudian bisa juga membuat usaha kateringan sendiri kemudian ada yang pesen dan jalan.
Emang bener sih namanya kerja ada duitnya (modalnya) baru kerja, ada juga yang gratisan bisa kerja dan menghasilkan tapi ngga semuanya bisa dilakoni seperti itu di dunia nyata maupun maya.
(karena kebiasaan kita lebih bisa permisif dan menghargai mana yang dianggap beban biayanya lebih murah gkgkgkgkgk ).
Jangan pernah selalu berpikir (pandangan konvensional) bahwa kerja itu diciptakan manakala harus menghasilkan dulu baru itu dinamakan kerja, tetapi lebih pada "Kontribusi apa yang bisa kamu berikan ketika itu berhasil, maka disebut menghasilkan dan kerja".
(Ataupun jika tidak itu dinamakan kerja tapi belum menghasilkan). Dan ngga perlu berkecil hati namanya jalan keluar, toh bisa bermacem-macem, entah koneksi (makna harafiah ditemukan di dunia nyata) , atau juga (koneksi orang-orang secara nyata dari dunia online).
Continuing Need
Kebutuhan yang selalu terus menerus ada biasanya itu yang membuat Nilai dari Start-up itu naik memiliki valuasi yang terus menerus menanjak.
Kebutuhan ingin mencari, membeli sesuatu sesuai dengan tema kebutuhan yang diinginkan.
Kebutuhan untuk melakukan mobilitas (perpindahan satu-tempat ketempat lain dari satu aktivitas rutin).
Kebutuhan untuk berwisata, merencanakan liburan, melakukan gelaran pertemuan dsb.
Kebutuhan untuk Belajar , berbagi pengetahuan dsb.
Kebutuhan untuk memperoleh hiburan secara mudah dan gampang.
Setidaknya kamu juga bisa berpikir apa yang bisa kamu lakukan untuk memberikan kontribusi tersebut maka jangan pernah untuk melihat "Kegagalan yang menjadi ketakutan dirimu sendiri".