masalah lingkungan dan pangan
Perdebatan kedua cukup baik kalo dibandingkan yang pertama, karena banyak jawaban dari para capres ini masih kurang detail, terlebih lagi seharusnya bagi para pemimpin untuk berbicara dalam istilah normatif, tapi dalam bidang2 tertentu selama debat, mereka seharusnya memperkenalkan lebih banyak refrensi dalam jawaban mereka, contoh nya selama segmen sumber daya alam, perdebatan akan lebih berisi dan masuk akal kalo para capres juga membahas tentang mencegah kerusakan lingkungan dari kegiatan penambangan.
Tapi para capres ini gak menyebutkan sama sekali tentang biaya lingkungan dan sosial dari perkebunan kelapa sawit, pernyataan yang kurang bisa dimengerti menandakan pemahaman para capres yang lemah tentang dampak lingkungan dari kegiatan penambangan. Data dan penelitian tentang kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan juga masih kurang.
Para capres juga gak berbicara tentang potensi maritim yang dimiliki negara, gak satu pun dari mereka menyentuh manajemen perikanan berkelanjutan.

Kalo ane liat pak Jokowi memiliki pemahaman yang sedikit lebih baik daripada Prabowo. Ini bisa dimaklumi karena sebagai presiden Pak Jokowi memiliki pengetahuan data yang lebih baik, Pak Prabowo bisa saja memenangkan sesi ini kalo konsisten dengan materi2 yang diangkatnya, terutama tentang harga pangan. Tapi dia seharusnya juga mengangkat masalah ketahanan pangan, bukan hanya harga pangan.


Masalah Cuaca

Sepanjang perdebatan kemarin nih belum ada satu pun capres ini yang membahas perubahan cuaca, karena susah juga untuk membahas masalah pangan, energi, lingkungan, infrastruktur, dan sumber daya alam di Indonesia tanpa menyikapi perubahan cuaca.
Pak Prabowo berbicara secara umum. Dia membahas tentang pentingnya swasembada pangan, energi, dan air, dan akan berjanji untuk mengusulkan perencanaan yang lebih baik pada pengembangan infrastruktur.

Kalo pak Jokowi lebih ke menjelaskan apa yang telah dia lakukan dan prestasinya dalam menghilangkan kebakaran hutan dan lahan gambut, serta masalah limbah dan sampah plastik, bener kalo masalah kebakaran hutan dan lahan gambut telah menurun, misalnya dalam hal ukuran hutan dan lahan. Jumlah titik panas juga berkurang, tapi kebakaran hutan masih terjadi.
Penting juga diingat kalo kedua capres mendorong biodiesel tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan.

Pak Jokowi masih dilengkapi dengan lebih banyak data, meskipun ada beberapa pernyataan nya yang keliru, opini adalah kalo ada kebakaran hutan dan konflik lahan dalam pembangunan infrastruktur adalah salah. Namun, Pak Prabowo gak bisa mengambil keuntungan dari kesalahan ini.

Pak Jokowi memahami secara detail tentang masalah lingkungan dan sumber daya alam lebih baik dibandingkan dengan Pak Prabowo, Pak Prabowo sempat menyinggung tentang Pasal 33 (tentang distribusi sumber daya alam) tanpa menjelaskan maksud dan strateginya.
Tapi pak Jokowi hanya menyebutkan prestasinya tanpa menjelaskan langkah yang sudah dibuat nyaPak Jokowi gak menjelaskan bagaimana mempercepat target kehutanan sosial, menerapkan pemulihan penegakan hukum, dan menyelesaikan konflik lahan

Para capres juga kurang memahami akar penyebab masalah lingkungan dan sumber daya alam. Mereka seharusnya bisa menjelaskan lebih lanjut tentang reklamasi pasca penambangan untuk melindungi lingkungan dan mencegah kematian di lubang tambang. Menyelesaikan masalah reklamasi dengan mengubahnya menjadi tujuan wisata, hanya menambah masalah karena masih belum ada pemulihan lahan.

Para capres juga menjawab pertanyaan tentang konflik dari masyarakat yang tanahnya terkena gusur dampak dari pembangunan infrastruktur, memecahkan ini dengan memberikan kompensasi bukanlah solusi. Bagaimana dengan menghormati kearifan lokal dan hak2 lainnya?, ditambah lagi para capres juga mengusulkan penegakan hukum sebagai jalan keluat, tapi penegakan hukum hanyalah satu bagian dari strategi untuk melindungi dan melestarikan lingkungan




sumber nya