esportsnesiaAvatar border
TS
esportsnesia
Siapa yang Bertanggung Jawab atas Rasisme di Esports?


Dalam olahraga tradisional, rasisme dan diskriminasi biasanya memiliki konsekuensi yang signifikan, Mulai dari pemecatan pelaku dari profesinya sebagai atlet, hingga larangan untuk ikut bertanding kembali oleh asosiasi olahraga yang menaunginya.

Esports adalah salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dan juga dengan cepat mendapat penerimaan dari badan olahraga setempat. Di wilayah Asia-Pasifik, Tiongkok, Korea, dan Jepang, sedikit banyaknya esports telah diakui keberadaanya.

Tiongkok sendiri melalui badan Administrasi Umum Olahraga Tiongkok pada tahun 2003, telah menobatkan esports sebagai olahraga resmi yang ke-99, dan olahraga resmi ke-78 pada 2008.

Dalam tulisan ini, kita akan melihat kontroversi rasisme seputar komunitas Dota 2 di Tiongkok, serta mengamati bagaimana masalah ini ditangani. Kita juga akan mempelajari bagaimana kurangnya respon dari badan pemilik otoritas dapat mempengaruhi nilai ekuitas brand sponsor, penyelenggara turnamen, dan tim.
Latar Belakang Kasus

Pada bulan November lalu 2 turnamen resmi Dota 2 Minor pertama musim ini diadakan sebagai bagian dari DreamLeague, yang diselenggarakan oleh DreamHack. Dalam pertandingan tim asal Amerika, compLexity Gaming (COL), melawan tim asal Tiongkok, Royal Never Give-Up (RNG), pemain pro compLexity Andrei “skem” Ong mengirim komentar dalam obrolan dalam game: “Ching chong”.

Seusai pertandingan, layanan streaming Tiongkok untuk DreamLeague, ImbaTV, mengajukan keluhan kepada DreamHack dan Valve Corporation.



OL memberi pernyataan di Twitter yang menyatakan bahwa Ong akan “menerima teguran resmi, serta didenda maksimum“. Tak lama kemudian, pemain tersebut mempublikasikan permintaan maafnya di Twitter.

Beberapa hari kemudian, pemain TNC asal Filipina, Carlo “Kuku” Palad juga melakukan komentar yang sama dalam pertandingan pub game [permainan di server terbuka].

Tindakan ini menimbulkan reaksi yang signifikan dari komunitas olahraga Tiongkok. Dalam upayanya untuk menghindari pertanggungjawaban, “Kuku” mengklaim bahwa komentar tersebut mengacu pada nama panggilan pemain di tim lawan. Belakangan diketahui bahwa pemain tersebut hanya mengganti namanya setelah insiden itu terjadi.

TNC kemudian mengeluarkan pernyataan di situs media sosial Tiongkok, Weibo dan Facebook, bahwa “Kuku” telah dijatuhi “hukuman maksimal dan sanksi yang sesuai.”

Sebagai serangan balik, organisasi asal Tiongkok, LGD Gaming, mengumumkan bahwa mereka akan membatalkan sparring-nya dengan TNC sampai Valve mengatasi kejadian ini melalui sebuah pernyataan resmi (pers).

Tim Aster juga mengumumkan bahwa mereka akan menambahkan “[RESPECT]” ke gamer tag pemainnya selama turnamen esports profesional yang akan datang sebagai bentuk protes, sampai Valve membuat pernyataan respon resmi dan memberi hukuman untuk pelakunya.



Komunitas Tiongkok telah mengkritik Valve dan kegagalannya dalam melindungi para pemainnya dari aksi rasisme yang berlangsung. Pada 7 November, beberapa organisasi esports besar Tiongkok mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak akan mentolerir rasisme dan diskriminasi dalam esports.

Organisasi-organisasi tersebut mencakup tim asal Tiongkok Newbee, Aster, LGD Gaming, dan EHOME; Team Liquid dari Amerika Utara; Fnatic dari Eropa; dan platform streaming Tiongkok ImbaTV.



Pada 8 November, distributor eksklusif Dota 2, Perfect World, mengumumkan bahwa setiap pemain yang membuat komentar yang bersifat merendahkan suatu ras tertentu dalam acara yang diselenggarakan Perfect World akan didiskualifikasi, bersamaan dengan seluruh tim pemain.

Menariknya, meskipun menjadi distributor eksklusif Dota 2 di Tiongkok, Perfect World tidak memiliki otoritas di luar turnamennya sendiri.

Haruskah Valve Bertanggung Jawab?

Dalam olahraga tradisional, penyelenggara turnamen (yang biasanya merangkap sebagai badan pengelola olahraga) memiliki kendali penuh dalam ekosistem olahraga. Terutama dalam sepak bola dan bola basket. Tindak rasisme dan diskriminasi dapat dijatuhkan hukuman oleh asosiasi yang relevan, seperti FIFA atau NBA.

Sebelumnya, presiden sepak bola Italia, Carlo Tavecchio, pernah dilarang oleh FIFA selama enam bulan atas komentar rasis yang dilontarkannya pada Agustus 2014. Kasus lainnya dalam bola basket, komisaris NBA Adam Silver memberi larangan seumur hidup kepada pemilik Los Angeles Clippers, Donald Sterling, dengan denda $ 2,5 juta USD, dan dipaksa untuk menjual tim atas komentar rasisnya pada tahun 2014.

Berkat adanya hukuman ini, banyak eksekutif tim menyadari konsekuensi dari rasisme. Pada tahun 2018, pemain sepak bola Jerman Mesut Ozil keluar dari tim setelah Piala Dunia, karena alasan “rasisme dan rasa tidak hormat.”

Namun, dalam esports, tidak seperti olahraga tradisional, pihak penerbit game memiliki kekuatan lebih daripada para penyelenggara turnamen, khususnya ketika mereka tidak menjalankan turnamen itu sendiri. Sebagai puncak organisasi dalam ekosistem esports, penerbit game memiliki hak atas kekayaan intelektual dan memegang semua kekuatan.



Perilaku buruk yang berlandaskan ras oleh para pemain pro akan berdampak buruk terhadap game, terlepas dari apakah itu terjadi dalam pertandingan publik atau dalam komunitas di media sosial, dll.

Begitu suatu perilaku rasisme menjadi viral di media sosial, beberapa konsekuensi komersil dapat menghantui para penerbit game. Contohnya pemain yang memutuskan untuk meninggalkan permainan sebagai bentuk protes, atau memilih untuk tidak membeli item yang tersedia dalam game. Hal ini merupakan bentuk reaksi yang tepat dari banyak pemain Tiongkok di Weibo.

Bagi para penerbit game, perilaku semacam ini dapat secara langsung merusak pendapatan game, dan potensi para penonton yang menonton untuk kompetisi internasional. Pada tahun 2019, turnamen The International Dota 2 akan diselenggarakan di Shanghai dan untuk pertama kalinya The International datang ke Tiongkok.

Komentar rasis yang tidak diselidik lebih lanjut dapat mengakibatkan suatu brand terjerumus ke dalam situasi yang sulit dan merusak, atau secara permanen menghancurkan hubungan mereka dengan tim.

Setelah pengumuman Kuku di media sosial Tiongkok, beberapa penonton Tiongkok meninggalkan pesan negatif di bawah halaman Weibo JJB, situs web taruhan dan sponsor utama TNC Predator. JJB akhirnya memposting pengumuman resmi, mengklaim bahwa ‘TNC tidaklah mewakili JJB.”

Pengumuman Valve pada 10 November

Delapan hari setelah kejadian pertama, Valve selaku penerbit Dota 2 meluncurkan pengumuman di blog Dota 2-nya:

“Valve tidak akan mentolerir rasisme antar pemain pro dalam bentuk apa pun. Kami kira perilaku demikian berpotensi untuk menghancurkan seluruh komunitas Dota pada setiap kali seorang pemain profesional menggunakan bahasa diskriminatif. Tindakan tersebut menjadi pemicu adu domba para penggemar, meremehkan dan merendahkan seluruh kelompok dan membuat mereka merasa tidak sepenting pelaku.

Ke depannya, kami berharap semua tim yang berpartisipasi dalam turnamen kami, akan dimintai pertanggungjawaban atas perilaku para pemainnya, dan bersiaplah untuk ditindaklanjuti dengan hukuman yang tegas ketika para pemain mencoreng citra Dota dan komunitasnya.”

Dibandingkan dengan olahraga tradisional, dimana sebuah pernyataan biasanya mencantumkan fakta-fakta dari kasus yang ada, dan mengeluarkan hukuman yang tegas; pengumuman Valve tidak menyertakan dampak apapun bagi pemain atau tim yang terlibat. Pernyataan itu bahkan tidak merujuk kepada tim atau pemain sama sekali.

Valve tidak bekerja sama dengan agensi Public Relations apa pun, dan tidak mengeluarkan pernyataan melalui akun media sosial tunggal. Blog Dota 2, metode komunikasi utama pengembang, biasanya digunakan untuk pengumuman game atau turnamen, dan jarang digunakan untuk membuat pernyataan publik seperti yang dikeluarkan pada 10 November lalu.

Bagaimana Para Penerbit Lain Menghadapi Perilaku Rasis?

Ingin tahu kelanjutannya langsung saja baca disini ya Siapa yang Bertanggung Jawab atas Rasisme di Esports?
0
1.5K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan