- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Catatan Perjalanan OANC
Syukuran, Cerita Satu Kampung Mendaki Bersama Ke Gunung Buthak


TS
lapar.bang
Syukuran, Cerita Satu Kampung Mendaki Bersama Ke Gunung Buthak





Halo para warga kaskuser sekalian, sebagaimana warga kaskuser yang berbudiman jangan lupa untuk





SELAMAT MEMBACA


Hai hai, ketemu lagi ya kita di trit perjalanan kali ini hehehe. Gimana giamana, udah baca trit perjalanan saya yang kemaren belom? Kalo belom bisa diubrek-ubrek dan silahkan dicari, kali saja bisa menambah refrensi kalian saat mendaki gunung

Baiklah, di kesempatan kali ini saya bakal bercerita tentang perjalanan saya saat mendaki Gunung Buthak.
Sebelumnya, Gunung Buthak ini adalah satu pegunungan yang menjadi satu dengan Gunung Panderman dan Gunung Kawi. Terletak di antara kabupaten Malang dan Blitar, gunung ini akan terlihat seperti seorang putri yang sedang tidur jika dilihat dari jauh, maka gunung ini dijuluki dengan Gunung Putri Tidur.

DAY 1
Oke, setelah semua peralatan tempur untuk mendaki siap mulailah kita melakukan perjalanan dengan roda dua dari Pasuruan menuju Basecamp di kota Batu, Malang.
Jika sebelumnya saya mendaki ke Gunung Lawu seorang diri dan bertemu dengan seseorang yang bernama Danil, makan di pendakian Gunung Buthak ini justru berbanding terbalik, bisa dibilang ini adalah pendakian masal karena satu kampung ingin ikut berpartisipasi dalam syukuran yang diadakan di Gunung Buthak. Kenapa? Karena saat itu kebetulan baru saja berdiri sebuah komunitas Pencinta Alam desa saya, maka, untuk melakukan perjalanan pertama dipilihlah Gunung Buthak yang tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu pendek. Tapi tetep aja sih tinggi banget. Wong ketinggiannya aja 2868 Mdpl.
Selepas subuh kita berangkat dengan kendaraan roda dua, 28 orang yang berpartisipasi menjadi iring-iringan layaknya konvoi, BC pendakian sendiri ada di depan balaikota Batu, rutenya juga sangat jelas kok. Setelah melewati satu kali lampu merah, di lampu merah berikutnya kita akan belok ke kiri, lurus kira kira 1 kiloan belok lagi ke kanan, dari sana sekitar 1 kilo an lagi kalian akan ketemu parkiran yang di khususkan untuk kendaraan tipe matic.
Quote:




Penampakan BC atau parkiran atas. Disini biaya simaksi cuma 8.5k/orang. Sebelum kalian naik akan di tanyai mau ke Gunung Buthak apa Panderman, tiket ini juga berlaku untuk kedua gunung tersebut. Semakin banyak rombongan maka kita akan di diskon beberapa tiket. Waktu itu sih kalo gak salah kita di diskon 5 tiket masuk gratis




Poto poto dulu sebelum berangkat, dan tentunya tak lupa berdoa agar perjalanan satu kampung ini aman tidak ada kendala apapun.
Jam 7 pagi kita start, jalanan pertama didominasi jalan berpafing, jalan ini juga biasanya dilewati motor warga yang mencari rumput, setelah 100 meter jalur sudah berubah menjadi jalur tanah dengan lebar yang lumayan lebar. Jalanan masih aman, untuk awal-awal masih belum ada tanjakan yang berarti, hanya melipir kanan melipir kiri hingga jalan menyempit.
Kita semua sadar kok, dari berangkat kita semua gak ada yang sarapan, dan baru 30 menit berjalan akhirnya kita memutuskan untuk membelokir jalan untuk menggelar makan bersama pagi itu

Mencari daun pisang di kebon warga, makanan yang di bungkus dari rumah langsung di gelar di jalanan, 28 orang menyantap makan pagi yang hanya berlauk "Mie Kremes". Iya serius dah menu pagi itu cuma nasi putih sama mie kremes



Pemblokiran jalan dipagi hari

Namanya orang kampung kek saya gini makan apa aja jadi, apalagi makannya bareng kawan-kawan sekampung, mau lauknya mie kremes kek, tetep aja habis, tak jarang kita makan saling bercanda juga, ini baru jalan aja udah bercanda gak berhenti-berhenti gimana nanti kalo udah di atas coba

Setelah makan makan, sebat, leha-leha, jam 8 baru kita melanjutkan perjalanan. Kebetulan beberapa bulan yang lalu dari salah satu kawan saya sudah ada yang melakukan survey ke tempat ini, jadi kita gak akan takut kalo kesasar. Tim di bagi dua rombongan, sama seperti pendakian di gunung semeru kemarin, ada tim cepat dan tim lambat. Untuk tim cepat adalah mereka yang tidak mempunya rasa lelah dan berkulit badak untuk memasang tenda di camp terakhir, sementara tim lambat adalah saya sendiri

Saya sendiri lebih suka ikut tim lambat di bagian tim sweeper alias tim sapu bersih. Dan kalian tau, tim sweeper hanya beranggotakan 6 orang, 3 orang sweeper, dan 3 orang lagi yang akan di sapu, sementara tim cepat isinya 22 orang

Ya gimana enggak kita bawa tiga Sapi Limosin alias tiga anak yang badannya guwede gak karuan yang kalo jalan bentar-bentar berhenti. Jadi satu orang bawa satu sapi termasuk saya

Setelah dimanjakan jalur landai muter-muter barulah kita akan berjalan zig-zag menaiki sebuah bukit, nah di ujung bukit sendiri ada persimpangan, jika kekiri akan mengarah ke Gunung Panderman dan kekanan mengarah ke Gunung Buthak. Kita ambil kanan karena tujuan kita adalah Gunung Buthak. Setelah menanjak melewati bukit dan perkebunan warga kita akan memasuki sebuah hutan yang lumayan lebat. Vegetasi juga lumayan rapat, jalanan sendiri masih landai hingga kita akan melewati sebuah pipa air yang bocor.


1 jam perjalanan setelah melewati sedikit tanjakan dan sebuah pipa yang bocor kita akan sampai di tempat lapang yang lumayan luas. Saya sih menyebutnya pos 1 sebelum kita akan bertarung dengan sebuah tanjakan yang dinamakan Tanjakan PHP

Untuk kalian yang berdomisili Malang dan sekitarnya atau yang sudah pernah mendaki Gunung Buthak pasti gak asing dengan tempat sebelum tanjakan PHP, gimana enggak, disini monyet abu-abu ekor panjang buwanyaaaaaaaaaaaakkkkkk banget

Hahaha kepanjangan ya? Enggak lah, nyatanya emang banyak banget kok monyet disini, monyet-monyet liar yang suka ngejar pendaki kalo lagi bawa makanan

Jika kalian mendaki kesini siapkan kayu atau ranting guna menakut-nakuti monyet tersebut ya, soalnya monyet disini sangat agresif

Saya pernah waktu itu di kejar 5 monyet gede yang menggeram, karena saya takut, maka larilah saya kembali ke bawah, lalu saya kembali dengan membawa sebuah kayu, nah kalau monyet itu mendekat saya akan menakut-nakuti monyet tersebut dengan kayu yang saya bawa, jadi itulah gunanya kayu atau ranting, atau bisa juga menggunakan tracking pole

Dari tempat monyet tersebut kalian akan disambut tanjakan yang gak ada habisnya hingga pos 2, jalurnya hampir sama seperti Gunung Prau via Patak Banteng, jalur tanah yang didominasi oleh akar-akar pohon raksasa, setelah naik agak terlalu jauh barulah jalur berubah dengan full tanah, yang kalau hujan pasti bakal sangat-sangat licin seperti jalur Gunung Merbabu.



Namanya memang cocok kok, Tanjakan PHP dari kejauhan terlihat seperti sebuah ujung, eh ternyata cuma bukit, masih ada tanjakan lagi di bukit selanjutnya, entah berapa kali saya dan kawan-kawan di PHP pokoknya ini tanjakan yang paling ngeselin



Udah sumeringah dikiranya udah sampe di ujung tanjakan ternyata cuma bukit, terus di depannya ada tanjakan lagi, gitu aja terus sampe Avenged ngeluarin album religi

Setelah 2 jam jalan, duduk, bersandar, jalan lagi, duduk lagi, akhirnya kita sampe di ujung tanjakan, kali ini bukan PHP, dan ini memang bener-bener ujung dari sebuah tanjakan tersebut, dannnn.. ini adalah pos 2

Santai dulu. Ambil kompor, siapin nesting, siapin air, lanjutlah kita menggoreng air untuk membuat kopi

Sempet juga saya berpapasab dengan sepasang pendaki alias muda-mudi cuma berduaan aja lagi turun, mana bau jeruk pula, eh ternyata beliau mengasih sekresek jeruk untuk kita, terimasih mas dan mbak yang waktu itu saya lupa namanya, pokoknya makasih

Setelah asik-asik nyantai sambil ngopi-ngopi lanjutlah kita berjalan, jalanan kali ini di dominasi oleh semak belukar, jalurnya sendiri juga gak lebar-lebar banget, malah cenderung sempit.
Hmm.. boleh gak saya bilang kalo Gunung Buthak ini adalah miniatur Gunung Argopuro, soalnya jalurnya sendiri emang landai (selepas tanjakan PHP sih) landainya kebangetan sampe-sampe frustasi gegara gak kunjung sampe

Gimana gak mirip argopuro, wong jalurnya kecil, keluar masuk hutan, landai, vegetasinya juga hampir sama, hutan hujan tropis, kanan-kiri di dominasi semak belukar, banyak pohon raksasanya yang di balut lumut-lumut kayak Gunung Argopuro. Jadi gak salah kan ya kalo ane bilang miniaturnya argopuro.
Jalan berjam-jam dan.. masih belom keliatan ujung jalannya, yaudah santai dulu duduk-duduk sambil mamam apel.


Setelah makan apel dan sebat menyebat habis, mari lanjutkan perjalanan, enaknya tim sapu bersih itu...
- Nyantai
- Selow
- Nyantai
- Selow
- Nyantai
- Selow
- Nyantai
Pokoknya isinya nyatai doang, prinsip tim sapu bersih itu "Alon-alon sing penting kelakon". Jadi gak usah takut di tinggal, pasti sampe kok, cepat atau lambat juga bakalan sampai, wong gunungnya gak pindah kan, mau cepet atau lambat kita bakalan sampai di tempat yang sama.
Tapi beda dengan tim sweeper alias sapu bersih ala-ala saya, pokoknya nemu tempat enak dikit langsung geblak. Gak peduli tanah, ilalang, atau kayu roboh, bawaanya kalo lihat tempat semacam itu pengen duduk aja



Leha-leha, dan bendera kebesaran komunitas. Yaa beginilah tiap nemu tempat buat ndeprok bawaannya pengen duduk gak mau lanjut jalan. Sampe sampe kita lupa udah jam berapa dan berapa lama lagi perjalanan ini sampai

Desas-desus dari salah satu temen saya sih katanya bentar lagi sampai, tapi apa, itu hanya tipuan belaka

Pokoknya nih ya, kalo kalian ke gunung terus tanya "Mas puncak berapa jam lagi, pos anu berapa menit lagi" terus mas-mas itu jawab "Oh puncak tinggal 10 menit lagi, pos anu tinggal satu belokan lagi." Disitu kesabaran kalian akan diuji. Jangan percaya dan jangan pernah percaya. Sesungguhnya kalian telah dibohongi

Gimana gak bohong 10 menitnya orang turun sama 10 menitnya orang naik itu beda

Belom lagi kalo yang bilang warga lokal, kecepatan warga lokal dan pendaki itu jelas beda, mereka malah lebih paham sela-sela medan jalur pendakian, makanya mereka berani bilang yang seharusnya 3 jam jadi 2 jam lah, 1 jam lah. Wong mereka udah biasa

Begitupun pendaki yang kalian jumpai, itu cuma akal-akalan mereka aja biar kalian tetep semangat. Tujuannya bagus sih biar semangat, tapi kan bohong, ah bodo amat



Keluar-masuk hutan sudah kita lalui berkali-kali dan entah sudah berapa kali kita keluar-masuk hutan saya sendiri sampe capek. Saya kira cuma argopuro aja yang jalurnya landai dan penuh dengan tipu daya, ternyata Gunung Buthak juga sama, landai penuh tipu daya dan gak sampe sampe

Sampai sebuah jalan landai itu habis barulah kita aka di kasih sedikit tanjakan yang yaa lumayan. Gak nanjak banget sih, tapi lumayan panjang karena kita harus melipir memutari beberapa bukit sampai di ujung sana. Jadi gapapa dong ya kalau saya bilang miniaturnya argopuro. Kenapa begitu? Karena kalau menuju kesini waktu tempuh yang di butuhkan dari pos ijin ke tempat Camp satu-satunya sekitar 8-10 jam.
Saya sebagai tim sapu bersih mendapatkan bagian 10 jam berjalan, sementara tenaga-tenaga badak alias yang gak punya capek cuma membutuhkan 5-6 jam, ini normal kalo semisal kita gak bawa apa-apa alias daki pake mode tek-tok/one day hiking. Tapi dasarnya emang gak punya capek sih ya, walopun bawa beban sama aja kek gak bawa apa-apa



Wuhuuu.. selamat datang di sabana Gunung Buthak, sabana ini adalah camp terluas di Gunung Buthak, ada juga sumber air yang menyembul dari dalam tanah guna mengisi keperluan masak-memasak dan juga cuci-cuci.
Saya sampai di sabana tersebut sekitar pukul lima sore. Langit sudah agak kebiruan, tenda sudah berdiri dan masakan sudah jadi. Kawan-kawan yang lain udah pada tidur, gimana enggak wong mereka sampai di sabana jam 1 sementara saya jam 5. Setelah makan-makan, santai sebentar, lanjut memulihkan stamina.
SELAMAT PETANG, DAN SELAMAT BERISTIRAHAT

DAY 2
Selamat pagi, setelah kemaren seharian berjalan dari pagi sampe sore, pagi ini waktunya Summit Attack.
Kata kawan saya yang sudah kesini, dari sabana ke puncak hanya membutuhkan waktu 15 menit saja, sangat dekat kan ya, yaa.. perjalanan kemarin gak bisa bohong memang, awalnya di hajar habis-habisan dengan jalan 10 jam, terus waktu kepuncak cuma membutuhkan 15 menit saja. Istilahnya susah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian

Jadi kalian bisa mendapat dua spot langsung kalau waktunya memang pas. Kalo pagi mendapat sunrise kalo sore mendapat sunset. Berhubung kemaren datangnya kesorean dan terlanjur payah, niat hati ingin melihat sunset malah lebih milih mbangkong di dalam tenda.
Sabana ini juga gak kalah yahud kok sama gunung-gunung yang terkenal dengan sabananya, begitupun edelweisnya, hampir sama kayak di kalimati, edelweis kanan kiri depan belakang berasa bisa main india indiaan gitu muter-muter di sabana

Selain itu sumber air disini juga lumayan gede, tapi sayangnya cuma satu, jadi harus antri, dingin gak bor? Dingin lah, namanya di gunung

Setelah buat kopi, sebat, tanpa sarapan, barulah kita berjalan ke atas untuk menuju ke puncak Gunung Buthak. Jalurnya sendiri untuk awal-awal masih manusiawi, kanan kiri pohon Edelweis lama-lama semakin menanjak, jalur yang awal landai lama-kelamaan semakin menanjak secara intens, anggap saja pemanasan, toh cuma 15 menit kan.
Baru merasakan tanjakan yang sedikit manusawi, tiba-tiba tanjakan berubah menjadi tanjakan yant bikin misuh gak jelas, mana belom sarapan pula (salah saya sendiri sih). Gimana gak misuh-misuh. Kalo untuk orang yang berat badannya normal kayak saya gini malah cenderung kurus, jalurnya itu lewat sela-sela batu yang lumayan sempit. Terus gimana dengan sapi saya? Nih saya kasih penampakannya saat di pos ijin.


Itu sapinya masih satu ya, belum yang dua lagi, kira-kira badannya sama segede itu semua.
Tapi saya salut dengan mereka bertiga, dengan badan segede itu mereka gak mau nyerah begitu saja, mereka mau ikut dengan kita untuk mendaki gunung, apalagi kemaren jalan 10 jam, bisa turun berapa kilo dah itu badan

Harus saya akui memang, mereka adalah manusia-manusia tangguh yang gak mau berada di zoman, biarkata mereka gendut dan suka di katain sapi limosin sama kawan-kawan. Mereka adalah tetap teman saya, teman kita. Bahkan untuk mencapai titik tertinggi mereka gak mau di bantu. Awalnya doang sih. Lama-lama juga di bantu

Saya yang dorong dari bawah, beberapa temen ada yang narik dari atas, lah mau gimana lagi jalurnya sempit harus lewat sela-sela batu sementara badannya segitu, terlepas dari dorong-mendorong dan tarik-menarik. Saya harus angkat topi, karena semua rombongan yang berjumblah 28 orang termasuk saya dan sapi-sapi saya berhasil mencapai puncak

Nih nih, sapi saya sudah di puncak loh, masa kalian kalah sama dia



Yang bawa bendera merah putih itu gan sapi saya

Jangan beralasan karena berat badan, kalian ogah untuk olahraga ya, kaliah kayaknya harus berkaca dengan teman saya ini, semua orang itu sama, sama-sama makan nasi, sama-sama tidur, sama-sama bernafas, cuma mau apa enggak dia berusaha, seberapa kuat tekad kalian untuk melawan diri kalian sendiri. Lah kok malah ceramah sih

Oke lanjut.
Dan Lanjutan Cerita Ada Di Bawah


Diubah oleh lapar.bang 13-02-2019 20:39






shinichindo dan 14 lainnya memberi reputasi
15
8.6K
98


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan