- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Lagi Booming, Eropa Kekurangan Guru Silat
TS
kroco.ri
Lagi Booming, Eropa Kekurangan Guru Silat

Oleh : Eko P |
Komunitas Pencak Silat di Eropa sedang membentuk wajah tersendirinya.
Indonesiainside.id, Jakarta — Selama ini kita mungkin banyak yang familiar, Pencak Silat, olahraga tradisional Indonesia, selain populer di dalam negeri juga di negeri Jiran, misalnya Malaysia dan Singapura. Nah, bagaimana jika itu terjadi di negeri para Bule, Eropa?
Semakin banyak orang Jerman yang kenal dan bermain Pencak Silat. Turnamen Berlin Open 2019 misalnya, mempertemukan para pesilat dari seluruh Jerman.
Boris Sebastian Gurtler sudah aktif berpencak silat selama 35 tahun. Menurutnya keanekaragaman dalam seni bela diri ini merupakan hal yang unik.
“Kombinasi dari keanggunan dan pertarungan membuat Pencak Silat sangat memikat,” ujar Boris, yang juga Presiden Persatuan Pencak Silat Jerman (PSUD) di Berlin, Minggu (10/2).
Di awal tahun ini PSUD menggelar turnamen Pencak Silat Berlin Open 2019. Acara yang akan diadakan setiap tahun ini diikuti oleh hampir 100 pesilat dari berbagai perguruan Jerman dan Belanda. Anak-anak berusia 4 tahun sampai orang dewasa berusia 49 tahun berkompetisi dalam acara yang diadakan untuk kedua kalinya.
Boris Gürtler menyatakan kepada DW.de, sangat senang dengan antusiasme para peserta dalam pertandingan ini, terutama banyaknya peserta dari kelas anak-anak. “Mereka adalah tokoh masa depan yang akan melanjutkan estafet pelestarian budaya pencak silat di Eropa”, ujarnya.
Secara berkala perguruan-perguruan yang dipayungi PSUD, seperti Tapak Suci, SiGePi dan Perisai Diri, mengadakan banyak pertunjukan Pencak Silat di seluruh Jerman. Manager tim nasional Jerman Ronny Muller dari Bongkot Harimau juga sangat aktif dengan workshop pencak silatnya dalam bidang pencegahan kekerasan untuk anak-anak dan remaja.
Melalui acara-acara ini semakin banyak orang Jerman yang berkenalan dengan pencak silat dan ingin menekuninya.
Boris Gurtler menuturkan, semenjak dia memulai page-nya di Facebook yang bernama Pencak Silat – Germany, permintaan untuk belajar pencak silat kepada PSUD juga semakin melonjak. “Kami bahkan kesulitan untuk menemukan cukup banyak pelatih untuk para peminat baru ini,” katanya.
Tahun ini PSUD sedang mengusahakan agar tiga guru besar dari Jogjakarta datang ke Jerman. Tetapi kendala birokrasi masih merintangi rencana ini.
Dukungan kepada para pemain pencak silat Eropa diberikan oleh Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, yang hadir di acara Berlin Open 2019 tersebut, Menurutnya, “kalau turnamen pencak silat di Eropa, pesertanya seharusnya hanya dari Eropa saja. Kalau peserta dari Asia juga ikut, nanti peserta dari Eropa jadi kalah saing. Kita harus bisa legowo memberikan kesempatan bagi peserta Eropa untuk menjuarai turnamen seperti ini. Hal tersebut akan meningkatkan ownership mereka terhadap Pencak Silat”.
Memang Boris Gurtler mengakui, orang Jerman lebih unggul secara fisik karena mereka lebih tinggi sehingga mereka umumnya lebih kuat.
“Tetapi orang Indonesia biasanya lebih lincah dan gesit,” tambahnya.
Dengan adanya kegiatan turnamen yang terintegrasi di berbagai kawasan di Eropa, diharapkan Dubes Havas, akan terbentuk komunitas pencak silat yang lebih besar.
Berlin Open yang diselenggarakan PSUD pada musim dingin dapat melengkapi turnamen Federasi Pencak Silat Belgia (BPSF) yang diselenggarakan setiap musim panas.
Boris juga mempunyai impian sendiri bagi dunia persilatan: “Pencak Silat Eropa saya harap akan tumbuh mandiri seperti sebatang pohon, sehingga bisa menjadi hutan yang penuh warna ketika bertemu dengan akar Indo-Melayu-nya,” pungkasnya.(EPJ)
Spoiler for Ilustrasi. Foto: Istimewa:
-1
1.8K
4
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan