vilania, teman temanya memanggilnya vila. Dia satu satunya anak cewek paling polos dari yang lain dikelasku, sewaktu smp dulu kami sekelas selama 3 tahun, selama 3 tahun itu juga aku mulai menyukainya dari kelas 1. Anak yang cantik, polos, dan pintar, dia selalu mendapat ranking 3 besar. Dan aku? ah lupakan saja tentang prestasi, aku tidak berbakat dibidang itu. "Raiden kesini kau!, cepat brengsek" orang itu lagi, ah dia selalu saja mengangguku, namaku raiden dano dan teman-temanku memanggilku raiden, badanku tegap tidak terlalu tinggi dan agak gemuk dengan wajah bulat dan mata yang agak sipit, aku selalu jadi sasaran bully dikelas, sebenarnya bukan cuma aku saja yang suka jadi sasaran genk bully kelas yang suka mengolok olok ataupun menyuruhmu untuk membelikan sesuatu, itu menyebalkan dan jika kau melawanya kau akan tidak akan hidup tenang selama itu. Mereka selalu saja mengincarku, padahal aku tak pernah ada niatan cari masalah dengan mereka, aku juga siswa yang tertib disekolah, apa mungkin aku terlihat lemah jadi mereka memanfaatkanku. Bagaimanapun juga aku harus bertahan 3 tahun walau keadaanya seperti ini aku tidak mungkin merengek ke orang tuaku untuk pindah sekolah, mereka sudah susah payah membiayaiku, aku tak mau membebebani mereka lagi. Walaupun disaat terburukpun aku tidak terlalu tertekan dengan perlakuan teman-teman brengseku itu, apalagi sahabatku, jim dia selalu membuatku kuat, setiap mendapat masalah dia akan mebelaku dan menbantuku melewatinya. Dia benar-benar anak yang baik, kami sering menghabiskan waktu bersama, lagi pula rumah kami agak dekat hanya 2km dari dari desaku, tersekat beberapa desa.

"oh tidak jim mereka melihatku, aku akan jadi suruhanya lagi" gerutuku saat melihat ray yang dikenal anak pentolan paling nakal disekolahku memelototiku dari jauh, kali ini aku tak bisa kabur, dia melihatku dan saat itu juga aku pasti akan jadi pesuruhnya. "hei ayo cepat kabur menghindar saja, dia tidak akan mengejarmu lagipula disini terlalu ramai, mereka pasti berfikir lebih baik tidak membuang-buang waktu mengejarmu" usul jim, "ehm baiklah, ayo kita pergi jim"
kami berjalan menyusuri lorong belakang sekolah, jalan ini terhubung dengan kantin jadi kami berencana kabur kesana lewat lorong ini, "jim, apa ada orang yang kau sukai saat ini?" tanyaku sambil berjalan pelan" entahlah aku sendiri tak yakin" " hah? kenapa bisa begitu?" tanyaku tak maksud dengan perkataanya barusan, "ya jadi ada orang yang aku sukai tapi aku tak yakin aku menyukainya atau tidak" "membingungkan" balasku. Kantin dalam keadaan ramai jadi kami hanya duduk dan menunggu barisan teman-teman kami yang mengantri membeli dikursi panjang, tiba-tiba "tumben kau disini raiden?" ah vila menyapaku dan aku bahkan tak tahu "oh villa, iya nih, apa kau selalu datang kesini saat istirahat aku tak pernah melihatmu dikelas" "iya begitulah sebenarnya aku malas sekali untuk hanya sekedar jalan ke kantin tapi cristien memaksaku untuk menemaninya" cristien? aduh anak cewek sialan itu, dikelas aku tak pernah akur denganya, dan karna dia dekat dengan vila aku terpaksa selalu mengalah saat terkena masalah denganya, "owh begitu ya" "vila! cepat kesini!" ya ampun cristien itu benar-benar mulut speaker dia berteriak seakan disini tak ada orang "ah baiklah raiden sampai jumpa dikelas" pamitnya, "ok sampai jumpa dikelas". "Hei kau menyukainya kan?" tanya jim "apa? Tentu saja tidak" bohongku, "itu terlihat jelas bodoh" "kubilang tidak" aku tetap berbohong, "kau mau bantuanku?" tanya jim lagi, "apa?" "kutanya sekali lagi, kau mau bantuanku?" "apa apaan kau ini jim" aku tetap berusaha berpura pura "ini terahir ku bertanya, apa kau mau bantuanku?", sialan dia membuatku terpojok "sialan kau jim kenapa kau bisa mengetahuinya, baiklah, apa rencanamu?"

bersambung