Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru~~
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku~~

Sepenggal bait dari hymne guru mungkin cocok untuk mengawali surat ini. Surat ini saya tujukan untuk adek-adek sekolahan di seluruh Indonesia. Karena hari ini saya membaca berita duka dari dunia pendidikan Indonesia.

"Ada guru dari Gresik, Jawa Timur yang menjadi bulan-bulanan murid karena tidak terima ditegur ketika murid merokok di kelas."

Sebagai anak dari seorang guru, saya sendiri hanya berdoa semoga ibu saya baik-baik saja dalam melaksanakan tugas mulianya di sekolah. Miris memang jika mendengar bahwa kasus yang sama terjadi lagi.

Wahai Adek-adek sekolahan ...

Dari kasus ini, banyak yang menghujat oknum murid tersebut untuk diberhentikan dari sekolah dan diblacklist. Tapi Dek, kalo saya jadi gurunya, saya akan tetap melindungi kamu sebagai murid agar tetap dipertahankan. Kenapa? Dulu saya pernah dibilangin, "Berilah seorang anak kesempatan, walaupun dia nakal dan kurang pintar, kita tidak tahu keberuntungan dia kalau-kalau kelak menjadi orang besar." Logikanya gini Dek, ketika seorang murid dikeluarkan dan diblacklist, maka apa yang akan mereka lakukan? Mereka akan menjadi lebih parah, mungkin akan jadi maling atau pembantai atau penjambret? Kenapa? Karena dia tidak berhak lagi menerima pendidikan moral di sekolah, dia tidak lagi punya kesempatan untuk bertemu dengan teman yang baik di sekolah. Kalau adek-adek yang sok nakal sekarang mengira sekolah itu membosankan, setelah sekolah tidak akan ada aturan yang mengekang, itu malah lebih membosankan Dek.

Ada lagi komentar seperti ini Dek, "Kasih saja dia nilai jelek biar nggak naik kelas." Saya yakin, jika kamu bermental bantal, kamu nggak akan pergi sekolah tahun berikutnya, alias mengundurkan diri dari sekolah. Lalu kamu mau melakukan apa di usia sekolahmu? Mau bekerja? Coba deh, bos mana yang akan menerima karyawan anak sekolah? Paling mulia, mungkin kalian akan bantu orang tua bekerja. Kalo enggak, ya kalian akan berakhir sama.

Coba kita berfikir lebih luas deh ya Dek. Kenapa kasus seperti ini selalu berakhir dengan damai alias guru memaafkan muridnya di hadapan aparat hukum? Coba deh kalian pikir, kalo banyak kasus seperti ini berakhir pemecatan terhadap murid, maka angka tidak sekolah di Indonesia akan naik. Ketika naik, kemungkinan angka tindak kriminal akan naik. Ketika tindak kriminal naik maka ekonomi Indonesia akan turun. Reputasi Indonesia di mata dunia akan menurun, mungkin akan ada julukan-julukan negatif untuk Indonesia. Siapa tahu kan?

Nah, bagi adik-adik yang masih sekolah perbanyaklah membaca berita yang isinya bisa kalian renungkan sebagai referensi sebelum bertindak. Bijaklah dalam menerima atau menonton. Boleh kalian menonton atau menerima, tapi jangan ditiru ketika itu adalah hal yang tidak baik dan tidak bermanfaat. Wajah sebuah bangsa adalah dari generasi mudanya, jika generasi mudanya sudah bermental tidak baik, maka untuk mengubahnya akan sangat susah. Jadi pikiran baik-baik sebelum bertindak.

Saya jamin, tidak akan ada guru yang mengajarkan anak didiknya untuk berbuat tidak baik. Hukuman yang diberikan oleh gurumu itu nikmati saja, jika kalian tidak mau dihukum yang jangan bertindak agar dihukum. Jika niat kamu untuk memperoleh perhatian, lebih baik kamu belajar dengan baik dan berprestasi daripada diperhatikan tapi harus menantang gurumu.

Guru juga manusia, Dek. Punya perasaan dan hati. Jika ingin jadi orang berhasil, hormatilah guru kalian dan berkah akan mengalir ke kalian.

Satu lagi ...
Bahkan, di dalam kesakitannya, seorang guru akan selalu berdoa, "Jika kamu murid yang kurang pintar, semoga kamu kelak menjadi orang yang beruntung".

Mulai sekarang hormati guru kalian ya, Adek-adekku yang masih sekolah. Bilang ke guru kalian setiap selesai jam pelajaran, "Terima kasih bu/pak atas ilmu yang ibu/bapak berikan untuk hari ini."


Love you my teacher(s).
Ahh, saya jadi melow. Ok, sekian ya surat ini saya tulis untuk adek-adek yang masih sekolah. Semoga bisa menjadi renungan.

Salam damai,

(Valerie3071)