Selama ini, India telah menjadi pasar terbesar WhatsApp dengan jumlah pengguna yang mencapai angka fantastis, yakni 200 juta orang.

Namun, WhatsApp saat ini menemui tantangan berat di India. Pemerintah setempat telah menyampaikan pernyataan keras kepada perusahaan di bawah komando Facebook ini karena dianggap sebagai media keluar-masuknya hoax, hingga berdampak pada beberap kasus pembunuhan.

Tak hanya di India, WhatsApp juga mendapat kritik dari berbagai negara lain. Begitu mudahnya media ini dijadikan corong hoax, akhirnya WhatsApp memberlakukan kebijakan jumlah pesan terusan atau forward message terbatas hanya 5 kali per hari.

“Kami hadir bukan untuk menjadi corong. Kami di sini untuk sistem perpesanan privat,” kata Matt Jones, yang memimpin tim anti-spam engineering di WhatsApp. 

Tantangan lainnya soal hoax yang ditemukan WhatsApp saat ini adalah adanya penggunaan semacam emulator untuk menjalankan beberapa akun dalam satu perangkat komputer.

Emulator ini diduga menjadi alat otomatis untuk menyebar konten-konten berbau hoax secara masif. WhatsApp masih melakukan penelitian atas temuan baru ini.

Di Indonesia, WhatsApp juga dijadikan tempat favorit untuk menyebar hoax. Salah satu yang membuat heboh adalah hoax pesan suara yang menyebut adanya 7 juta surat suara Pilpres 2019 yang sudah tercoblos 7 kontainer, di Tanjung Priok, Jakarta Utara, awal Januari 2019 lalu. (Ryan)