Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

prabowosandiiAvatar border
TS
prabowosandii
KISAH NYATA : Nolong sodara dengan pamrih
Istilah kasarnya gerogotin harta sodara nya yang dulu miskin tapi sekarang udah kaya dan sukses. Fenomena ini marak terjadi di mana mana kalo ane perhatiin. Sebagai bangsa yang relijius, kita diajarin untuk nolong sesama, prioritas utama sodara yg kesusahan. Mngkin awalnya tanpa pamrin, tapi bagaimana jika sodara yg kita tolong berhasil bangkit dari keterpurukan dan menjadi kaya sukses melebihi sodara sodara nya yang lain yg dahulu hidupnya sama sama ngenes menyedihkan ? Mulailah timbul rasa iri hati biasanya dari situ. Biasanya situasi akan berbalik, sodara2 yang masih miskin akan rame2 antri ke rumah nya untuk minta bantuan.

Pertanyaan nya, apakah hal itu wajar atau tidak? Disini situasi mulai menjadi complicated. Di satu sisi agama mengajarkan saling tolong menolong. Di sisi lain privasi dan cita2 kita menjadi terganggu tersendat karena ada halangan melintang di depan mata, dan itu datangnya dari orang terdekat sendiri malahan. Masalah menjadi makin rumit jika sudah menikah. Menikah berarti tidak bisa seenaknya ambil keputusan sendiri. Pengeluaran tentu harus dibicarakan dgn pasangan kita. Bagaimana jika pasangan kita tidak setuju? Tidak setuju karena mereka juga punya masalah, misalnya harus nabung untuk membiayai pendidikan anaknya, harus nabung utk beli rumah (jika masih ngontrak selama ini), harus nabung karena masih punya hutang sama bank / sodara, harus nabung mempersiapkan hari tua jika kelak sudah tak mampu bekerja lagi, dll dll dll.

Bagi yg belum nikah, mngkin sulit mencerna isi trit ini, karena pasti auto nyalahin yang udah sukses itu dengan alasan tak tahu balas budi atau semacam nya. Apa iya atribut itu tepat disematkan padanya? Bagaimana jika anda di posisi dia? Pasti cenat cenut pala mbayangin solusinya. Kasarnya, anda disuruh milih, pilih keutuhan keluarga ente, atau pilih nolong sodara ente? Complicated banget pastinya, dan percaya atau tidak, fenomena ini marak disekitar kita, ente gak tahu aja karena mereka gak prnah curhat hal sensitif seperti itu pada anda. Karena stigma masyarakat masih cenderung membela yang lemah, tanpa mau mengerti sudut pandang dan apa yg dirasakan si kaya / sukses itu. Sama seperti tabrakan mobil vs motor, pasti auto mobil yg salah, walau belum tentu mobil yg salah. Begitulah perspektif masyarakat kita.

KISAH NYATA : Nolong sodara dengan pamrih

Jika masalah ini tak terselesaikan, biasanya yg ane perhatiin, hubungan silahturahmi sodara biasanya akan menjauh, jaga jarak kasarnya, cuma mampir kalo ada sodara yg meninggal atau pas kimpoian aja ketemu nya. Lagi lagi cibiran akan mendarat pada si kaya / sukses itu tadi. Dicibir karena hanya ketemuan pas kematian atau kondangan aja. Padahal pas ketemu seperti itu, adalah kesempatan yg tepat utk merapatkan lagi tali silahturahmi yg sempat kendor karena keadaan, dengan memberi rasa nyaman dan merasa di welcome, bukannya malah mencibir.

Hubungan persodaraan itu gampang gampang susah. Gampang karena ada hubungan darah. Menjadi susah karena ada pamrih terselubung itu tadi. Menjadi makin susah kalo kita tidak bisa memenuhi pamrih itu tadi. Tak peduli sekalipun keluarga ente rajin beribadah, rajin umroh, dll dll, masalah seperti itu pasti ada di keluarga besar ente. Menjadi tambah parah kalo kita menjadi bagian yg ikut menyerang mencibir itu tadi, rusak dah semua amal ibadah kita selama ini. Itu biasanya kejadian tanpa disadari loh, reflek biasanya.

Banyak sepuh sepuh di keluarga besar yang masih saja mengungkit soal pamrih itu dikala seharusnya pada usianya sekarang kudu mendekatkan diri sama Yang Diatas dan menjauhi aura permusuhan seperti itu. Ane sih tahunya kalo nolong orang itu yah tanpa pamrih. Karena kalo pake acara mengharapkan balas budi, walau sepintas kedengaran nya wajar aja, tapi justru akan rusak nilai amal tanpa pamrih yg udah di setting sejak awal itu, bener gak?

Ane malah percaya kalo gagal move on kayak gitu, justru malah kita sendiri yang susah hidupnya nanti, karena gak fokus, sibuk nyinyir sodara2 kita yg udah sukses tapi di cap gak mau nolong kita, ketimbang fokus membenahi hidup kita sendiri. Kebencian melahirkan penderitaan.

Sebagai orang luar, ane kejebak dalam keluarga besar pihak sebelah yg suasana nya kek gitu. Justru status ane sebagai orang luar, bisa melihat masalah secara obyektif dan gak kebawa baper seperti keluarga besar ane yg lainnya. Jujur, ane sendiri gak tahu jawabannya, anda cuma mencoba membongkar fenomena ini ke permukaan aja, bahwa fenomena itu beneran ada saat ini, dan pasti dialami ortu ente juga saat ini.

Kalo ente niat mau merit, ingat, jangan harap ente akan seneng terus selama ente merit, justru susahnya jauh lebih banyak daripada seneng nya. Kalo gak siap mental, mending gak usah sok sokan merit deh. Di keluarga besar ente ada yg sukses, tajir, terkenal, pejabat, dll, bangga kali yee, tapi ingat, semua itu gak jaminan ente akan kecipratan rejeki nya juga. Mereka juga pnya masalahnya sendiri, jadi jangan baper kalo ente gak kecipratan rejeki dari mereka.
1
1.3K
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan