

TS
duha14
HIDUP.
Hai Agan Sista pembaca thread kaskus yang budiman dan masih setia sama forum (yang udah mulai tidak) ramai seperti dulu lagi.
Mungkin banyak dari agan sista yang tidak mengenal aku, maklumlah jagat kaskus sangat besar, dan aku cuma taneman padi di salah satu planet kaskus.
Aku masih suka membaca cerita cerita yang ada di kaskus, membaca HT yang kadang ga mutu, hingga menonton drama debat di salah satu forum yang kita sayangi.
Menulis dan membaca memang menjadi salah satu hobiku yang sering kusalurkan dan sering banget kuabaikan. Oleh karna diriku ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik, maka aku akan memulai komitmen untuk menulis Cerita Pendek yang Bersambung di Thread Kaskus ini, walau kuyakin tidak banyak yang menyukainya.
Oh iya, jika ditanya ini cerita fiksi atau engga, ini non fiksi kok. Tenang hehehe.
Aku akan mencoba mengupdate secara rutin dan berkala, dan pastinya aku akan mengembed link blog ku di post pertama, karna selain menulis di kaskus, ada juga beberapa tulisan yang kusembunyikan di blogku tersebut.
Bagi yang penasaran bisa berkunjung kesini ya situs blog tanpa iklan Hehehe.
Please Enjoy

Isi dompet kekurangan, tapi perut berlebihan!
*trereret trereret trereret trereret backsound Video Tabu Youtube. Ga percaya? Cek Channel Ericko Lim
Setelah kucerna memang bener sih opening video yang kutonton ini. Bukan masalah perutnya ya! Tapi itu loh kata di awal kalimatnya.
KADANG
Hidup memang kadang tidak adil, tapi itulah hidup. Bukan hidup namanya jika kita ngerasa seneng terus. Bukan hidup namanya jika kita merasa bahagia terus. Bukan hidup namanya jika kita hidup tanpa tekanan. Bukan hidup namanya jika terasa adil.
Tapii....
Kita harus mikir, kata kadang tidak memiliki arti penuh. Bagaimana jika dibalik?
Hidup kadang adil yah?
...
Terasa agak janggal memang, namun setidaknya lebih positif, dan terasa bahwa kita menikmati semua penderitaan hidup yang dijalanin.
Oh Yeh!!
Bonus melimpah di situs Poker bla bla bla.. *backsound lagu pahlawan bertopeng
Yah ternyata hanya iklan situs judi. Judi memang menarik yah iklannya...
Beydewey, ngomongin soal hidup. Menurut kalian hidup itu gimana? Apakah definisi hidup akan kalian dapatkan setelah kalian meninggal atau kalian sudah dapat definisi itu?
Jadi menurutku, definisiku sendiri nih yang kudapat tadi banget saat sedang galau untuk beli dispenser atau pompa galon..
“hidup itu kumpulan dari potongan-potongan misi yang terjadi pada hidup kita”
Iya, ibarat misi dalam bermain game gitu. Pas kamu nyelesaiin satu misi, dan berlanjut ke misi selanjutnya, dan selanjutnya, dan selanjutnya, hingga akhirnya end!
*Buum dan kamu dapat reward yang sepantasnya kamu dapatkan.
Jadi, inilah potongan cerita-cerita yang telah kuselesaikan, dan akan kuceritakan kembali kepada kalian, yang semoga saja akan membentuk satu titik kesimpulan, yang akan membuat pojok bibir kalian menyimpul.
Hai! Aku Ais.
Setidaknya begitu orang-orang disekitarku memanggilku. Aku terlahir sempurna.
Sempurna untuk mengetahui aku berasal dari keluarga yang sederhana. Ayah Ibu yang “cukup” kompak, sepupu yang seru, dan kakek nenek yang menyayangiku. Sederhana bukan?
Aku bukan anak dari orang berada yang jika minta mainan langsung diturutin. Seingatanku, sewaktu kecil aku memiliki banyak mainan. Hampir sekardus, yang setelah dewasa kusadari bahwa kardus itu mungkin fiktif, karna seberapa keraspun aku mencarinya, tetap tidak menemukan kotak harta karun tersebut. Entah memang sudah dibakar oleh ayahku, hilang alami diambil tikus, ataukah memang ingatanku benar fiktif adanya.
Oh ya, jelas nama Ais bukan nama asliku ya. Sewaktu kecil, aku setengah mati tidak mau menggunakan nama Ais. Bukan karna apa apa sih. Nama Ais sendiri identik dengan perempuan. Malu aku diledek terus sewaktu kecil.
Nama asliku sendiri Dhuha Harizuddin Hatman. Keren ya namanya? Tapi apa daya, karna kepanjangan, dan penyebutannya susah. Jadi aku dipanggil Haris, bukan Dhuha...
Cukup pasaran namun sampe sini masih keren kan?
Terus berevolusi kembali menjadi Aris, karena keluarga besarku kebanyakan ga mau ribet manggil nama Haris..
Dan yah, nama Aris adalah nama yang ga buruk-buruk amat lah ya..
Cerita dimulai dari sini untuk menjadi Ais. Nama Aris ternyata sudah disandang oleh tetanggaku yang memang sudah dianggap kerabat oleh keluarga. Namanya Om Aris. Om Aris ini dulu kata Ibuku orangnya bandel banget! Makanya, biar nakalnya ga ketularan, orang-orang mengevolusikan namaku jadi Ais, yang ujungnya aku dibuli terus sewaktu sekolah, dan ternyata om Aris yang dulunya nakal jadi Ketua RT sekarang.
Yah...
Begitulah hidup, penuh misteri. Tapi tidak jadi masalah sih. Berkat ilmu cocoklogi yang serba maksa ala-ala dan berkat om Aris, nama Ais melekat ke diriku.
Tiga huruf, mudah diingat, unik, dan lucu juga ternyata.

BUKAA PINTUNYA YAH!!!
TAKUUTTT!!!
AYAHHH!!!
HUAAAAAA!!! HUAHHH!!!
YAHHHH!!!!! TAKUT YAHHH!!!! AYAHHH!!!
Biasanya suara ini aku genderangkan ketika aku dikurung di halaman belakang yang lumayan luas, pas malam hari yang tentunya gelap gulita, ditambah suara-suara horor mencekam (fyi, saat itu masih tinggal di rumah kakek nenek yang lumayan luas dan ada halaman depan dan belakang yang juga lumayan luas).
Aku biasanya dikurung oleh ayahku karna hal-hal yang sepele. Tidak ngerti matematika contohnya, atau dapat nilai jelek contoh duanya. Seingatanku, ayahku memang orangnya cukup tempramental. Sudah bosan waktu kecil aku dipukulnya. Bosan juga aku dimarahi dan dikurung di halaman belakang itu. Ketika itu, dewa penyelematku cuma kakek atau nenek saja. Yah, kurasa semua anak begitu, dewa penyelamat ya kakek atau nenek.
Didalam ingatanku yang paling dalam, aku ingat beberapa hal besar yang dilakukan dewa penyelamatku ini, bukan cuma dikurung di halaman belakang pastinya.
Aku pernah kabur dari rumah. Jika terhitung, aku sudah beberapa kali kabur dari kejamnya penghuni rumah, hahahaha.
Tapi ini kasus kabur pertama yang tidak pernah kulupa sih.
Alkisah, Ais kecil baru pulang dari sekolah swasta yang dulu tidak terkenal di kotanya. Masih bau keringet khas anak SD, masih menggunakan seragam sekolah, dan masih ingusan. Ais kecil sewaktu itu tidak berangkat sendiri ke sekolah, melainkan menggunakan tukang becak langganannya, namun jangan salah, Ais Kecil sangat hapal jalanan di kota itu, walau ya itu-itu aja sih jalannya.
Ais Kecil dengan semangat membara masuk kerumah, salim ke ibunya, dan langsung dimarahin (biasa, ibu kalo sudah ngomong, kayak marah) untuk ganti baju, dan istirahat.
Sebagai anak kecil yang sehat, dan aktif, serta untuk menjaga budaya sebagai anak kecil, Ais Kecil justru membangkang ibunya, dan memilih mengambil sepeda kecilnya (sepeda untuk anak dibawah 6 tahun) berwarna pink, celana merah panjang, kaos butut, serta duit recehan sisa jajan sekolah untuk segera dihabiskan layaknya uang jajan pada umumnya.
Dengan mengendap-endap, secara perlahan, Ais Kecil menghindari ibu Monstre untuk keluar dari sarang monster yang sunyi senyap.
Pelan.. Pelan... Setapak demi setapak dilalui, hanya terdengar bunyi rantai sepeda si Pinki.
Brakkkkk!!!! Pintu dipukul kencang oleh Ibu Monster
AIS MAU KEMANAAA!!! Teriak sang Ibu Monster
Ais Kecil yang kaget, dan benar-benar terpaku, hanya bisa menjawab gagu sambil menahan bendungan air di pelopak matanya.
Aku mau jajan sebentar doang bu. Di warung si mbah, jawab Ais Kecil sekenanya sambil gemetaran memegang si Pinki.
KERJAIN DULU PRNYA!! Raungan Ibu Monster yang Cumiakan telinga kecil Ais
Nanti loh bu, nanti dikerjain sambil makan Ciki Citos, jawab ais sambil nunjuk kearah pintu keluar
GA BOLEH, KERJAIN DULU! KALO MAU KELUAR, SANA! TAPI GA USAH PULANG LAGI!! Somasi sang monster membuat jantung Ais Kecil
semakin berpacu kencang. Tak dipungkiri pilihan dari sang pahlawan, yaitu lebih memilih keluar untuk jajan.
Ya, memang bego. Ais Kecil tidak peduli dirinya diusir demi sebungkus citos rasa jagung yang enak itu. Mungkin dari kalian, banyak yang mikir jika itu hanya gertak sambal dari seorang Ibu. Namun, Ais Kecil tidak berpendapat demikian. Dia tidak pulang kerumah! melainkan kabur!
Baru diketahui kemudian oleh si Ais Kecil bahwa warung lejen warna kuning si mbah tutup.
Dan hancur hatinya deh, hehe.
Ais Kecil yang hanya bermodal baju lecek, si pinki, uang recehan, dan ingus ajaibnya tentu tidak bisa pulang ke sarang monster. Dia melanjutkan perjalananya dengan penuh isak tangis, dan sedot ingus ke arah sekolahnya.
Why ke arah sekolah? Karena cuma hapal rute itu aja.
Sambil melamun, melalui halangan rintangan, Ais Kecil akhirnya sampai di tempat perbelanjaan yang disebut soping. Mungkin dari kata shopping yang artinya belanja. Memang sih tempat itu dulunya ramai banget orang belanja, bentuknya kumpulan ruko dipinggir jalan gitu, namun sekarang ya kalah terkenal sih dengan tempat lainnya.
Disaat melewati tengah ruko, ada mobil yang tidak asing baginya. Berwarna coklat gelap, berjumlah tiga pintu, dan ada tulisan COLT di bagian mobilnya.
Tidak salah lagi, itu mobil punya kakek!
Ais!! Ucap parau seorang tua
Ais Kecil menoleh dengan berlumuran ingus dan tangis di wajahnya,
“Bapak Aki!” Jawabnya dengan penuh harapan kesenangan yang akhirnya didapatkan setelah sirna ketika toko lejen si mbah tutup.
Diceritakan lah semua oleh si Ais Kecil, dan akhirnya dibawa pulanglah Ais Kecil ke rumah...
Tamat.. Yey...
SALAH! Bukan Ais namanya kalo di akhir endingnya gitu aja. Ais Kecil yang penuh dengan fantasi akan mengerikannya amarah dari Ibu Monster pun sudah bersiap dengan rencana ketika mencapai sarang monster. Disusun dengan matang-matang dengan kapasitas otak anak umur dibawah 10 tahun, menjadikan rencana ini gampang ditebak.
Sesampainya dirumah, Ais Kecil yang saat itu dituntun kakek untuk menemui Ibu, langsung berujar, “Pak, takut, Bapak Aki aja yang duluan”...
Langsung seketika sang Kakek menemui Ibu di bagian belakang rumah, dan strategi awal Ais Kecil berjalan sempurna, dan langsung saja Ais Kecil melanjutkan ke tahap berikutnya.
Klek
Ais Kecil membuka pintu kamar depan yang tidak terpakai namun dengan perabotan yang cukup lengkap dan ramai dengan barang bekas pun dimasukinya.
Dan masuklah sang pahlawan kita ke kolong kasur.
Untuk pembaca yang budiman, harap dimaklumi, Ais Kecil masih berumur kurang dari 10 tahun. Tidak bisa berfikir jernih. Rencana yang diharapkan hanya sampai disini saja. Untuk selanjutnya? Dia harap bisa membuat kastil di kolong tempat tidur dengan jarak antara lantai dan dipan sekitar 45-50 cm saja.
Ais Kecil jelas tidak memikirkan efek dia hilang bagai ninja saat itu. Dia berhasil, sekali lagi berhasil, untuk membuat panik dan gaduh seisi sarang monster!!
Wow!!! Tepuk tangan untuk Ais.
“Kemana lagi anak itu” Ujar suara merdu dari seorang wanita yang jelas itu adalah suara ibu
“Kamu sih pake dimarahin!” Marah suara balasannya yang jelas itu suara kakek
Dan suara tidak terdengar kembali.
Rupanya Bapak Aki dan Ibu pergi keluar untuk mencari Ais Kecil.
Ais Kecil sendiri masih berada di kastil nyamannya, sesekali mengusap air mata dari sudut kecil matanya, dan mengelap ingus dengan bawah bajunya sambil melihat pintu kamar dari titik terendah kamar tersebut.
16.50
Anggap saja jam segitu pintu kamar itu terbuka. Kastil nyaman yang dibangun mulai terancam keamannya. Rupanya yang mencari adalah sang Kakek. Sang Dewa Penyelamat.
Mencari dari sudut ke sudut, dan akhirnya terungkap sudah, sambil berpandangan mata dengan mata serta teriakan “DISINI NIH NING!”
Runtuhnya kastil Ais Kecil menandai kedamaian kembali ke pelukannya. Ibu Monster sudah berubah kembali menjadi ibu Peri dengan ditandai dengan sambutan hangat tanpa adanya jeweran, hanya pelukan, dan ucapan hangat.
“Mandi terus tidur dulu ya”.
Mungkin banyak dari agan sista yang tidak mengenal aku, maklumlah jagat kaskus sangat besar, dan aku cuma taneman padi di salah satu planet kaskus.
Aku masih suka membaca cerita cerita yang ada di kaskus, membaca HT yang kadang ga mutu, hingga menonton drama debat di salah satu forum yang kita sayangi.
Menulis dan membaca memang menjadi salah satu hobiku yang sering kusalurkan dan sering banget kuabaikan. Oleh karna diriku ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik, maka aku akan memulai komitmen untuk menulis Cerita Pendek yang Bersambung di Thread Kaskus ini, walau kuyakin tidak banyak yang menyukainya.
Oh iya, jika ditanya ini cerita fiksi atau engga, ini non fiksi kok. Tenang hehehe.
Aku akan mencoba mengupdate secara rutin dan berkala, dan pastinya aku akan mengembed link blog ku di post pertama, karna selain menulis di kaskus, ada juga beberapa tulisan yang kusembunyikan di blogku tersebut.
Bagi yang penasaran bisa berkunjung kesini ya situs blog tanpa iklan Hehehe.
Please Enjoy


Prolog
Hidup kadang tidak adil...
Isi dompet kekurangan, tapi perut berlebihan!
*trereret trereret trereret trereret backsound Video Tabu Youtube. Ga percaya? Cek Channel Ericko Lim
Setelah kucerna memang bener sih opening video yang kutonton ini. Bukan masalah perutnya ya! Tapi itu loh kata di awal kalimatnya.
KADANG
Hidup memang kadang tidak adil, tapi itulah hidup. Bukan hidup namanya jika kita ngerasa seneng terus. Bukan hidup namanya jika kita merasa bahagia terus. Bukan hidup namanya jika kita hidup tanpa tekanan. Bukan hidup namanya jika terasa adil.
Tapii....
Kita harus mikir, kata kadang tidak memiliki arti penuh. Bagaimana jika dibalik?
Hidup kadang adil yah?
...
Terasa agak janggal memang, namun setidaknya lebih positif, dan terasa bahwa kita menikmati semua penderitaan hidup yang dijalanin.
Oh Yeh!!
Bonus melimpah di situs Poker bla bla bla.. *backsound lagu pahlawan bertopeng
Yah ternyata hanya iklan situs judi. Judi memang menarik yah iklannya...
Beydewey, ngomongin soal hidup. Menurut kalian hidup itu gimana? Apakah definisi hidup akan kalian dapatkan setelah kalian meninggal atau kalian sudah dapat definisi itu?
Jadi menurutku, definisiku sendiri nih yang kudapat tadi banget saat sedang galau untuk beli dispenser atau pompa galon..
“hidup itu kumpulan dari potongan-potongan misi yang terjadi pada hidup kita”
Iya, ibarat misi dalam bermain game gitu. Pas kamu nyelesaiin satu misi, dan berlanjut ke misi selanjutnya, dan selanjutnya, dan selanjutnya, hingga akhirnya end!
*Buum dan kamu dapat reward yang sepantasnya kamu dapatkan.
Jadi, inilah potongan cerita-cerita yang telah kuselesaikan, dan akan kuceritakan kembali kepada kalian, yang semoga saja akan membentuk satu titik kesimpulan, yang akan membuat pojok bibir kalian menyimpul.
Happy Reading!
Aku.
Hai! Aku Ais.
Setidaknya begitu orang-orang disekitarku memanggilku. Aku terlahir sempurna.
Sempurna untuk mengetahui aku berasal dari keluarga yang sederhana. Ayah Ibu yang “cukup” kompak, sepupu yang seru, dan kakek nenek yang menyayangiku. Sederhana bukan?
Aku bukan anak dari orang berada yang jika minta mainan langsung diturutin. Seingatanku, sewaktu kecil aku memiliki banyak mainan. Hampir sekardus, yang setelah dewasa kusadari bahwa kardus itu mungkin fiktif, karna seberapa keraspun aku mencarinya, tetap tidak menemukan kotak harta karun tersebut. Entah memang sudah dibakar oleh ayahku, hilang alami diambil tikus, ataukah memang ingatanku benar fiktif adanya.
Oh ya, jelas nama Ais bukan nama asliku ya. Sewaktu kecil, aku setengah mati tidak mau menggunakan nama Ais. Bukan karna apa apa sih. Nama Ais sendiri identik dengan perempuan. Malu aku diledek terus sewaktu kecil.
Nama asliku sendiri Dhuha Harizuddin Hatman. Keren ya namanya? Tapi apa daya, karna kepanjangan, dan penyebutannya susah. Jadi aku dipanggil Haris, bukan Dhuha...
Cukup pasaran namun sampe sini masih keren kan?
Terus berevolusi kembali menjadi Aris, karena keluarga besarku kebanyakan ga mau ribet manggil nama Haris..
Dan yah, nama Aris adalah nama yang ga buruk-buruk amat lah ya..
Cerita dimulai dari sini untuk menjadi Ais. Nama Aris ternyata sudah disandang oleh tetanggaku yang memang sudah dianggap kerabat oleh keluarga. Namanya Om Aris. Om Aris ini dulu kata Ibuku orangnya bandel banget! Makanya, biar nakalnya ga ketularan, orang-orang mengevolusikan namaku jadi Ais, yang ujungnya aku dibuli terus sewaktu sekolah, dan ternyata om Aris yang dulunya nakal jadi Ketua RT sekarang.
Yah...
Begitulah hidup, penuh misteri. Tapi tidak jadi masalah sih. Berkat ilmu cocoklogi yang serba maksa ala-ala dan berkat om Aris, nama Ais melekat ke diriku.
Tiga huruf, mudah diingat, unik, dan lucu juga ternyata.

Update 30/01 - Kabur!(1)
BUKAA PINTUNYA YAH!!!
TAKUUTTT!!!
AYAHHH!!!
HUAAAAAA!!! HUAHHH!!!
YAHHHH!!!!! TAKUT YAHHH!!!! AYAHHH!!!
Biasanya suara ini aku genderangkan ketika aku dikurung di halaman belakang yang lumayan luas, pas malam hari yang tentunya gelap gulita, ditambah suara-suara horor mencekam (fyi, saat itu masih tinggal di rumah kakek nenek yang lumayan luas dan ada halaman depan dan belakang yang juga lumayan luas).
Aku biasanya dikurung oleh ayahku karna hal-hal yang sepele. Tidak ngerti matematika contohnya, atau dapat nilai jelek contoh duanya. Seingatanku, ayahku memang orangnya cukup tempramental. Sudah bosan waktu kecil aku dipukulnya. Bosan juga aku dimarahi dan dikurung di halaman belakang itu. Ketika itu, dewa penyelematku cuma kakek atau nenek saja. Yah, kurasa semua anak begitu, dewa penyelamat ya kakek atau nenek.
Didalam ingatanku yang paling dalam, aku ingat beberapa hal besar yang dilakukan dewa penyelamatku ini, bukan cuma dikurung di halaman belakang pastinya.
Aku pernah kabur dari rumah. Jika terhitung, aku sudah beberapa kali kabur dari kejamnya penghuni rumah, hahahaha.
Tapi ini kasus kabur pertama yang tidak pernah kulupa sih.
Alkisah, Ais kecil baru pulang dari sekolah swasta yang dulu tidak terkenal di kotanya. Masih bau keringet khas anak SD, masih menggunakan seragam sekolah, dan masih ingusan. Ais kecil sewaktu itu tidak berangkat sendiri ke sekolah, melainkan menggunakan tukang becak langganannya, namun jangan salah, Ais Kecil sangat hapal jalanan di kota itu, walau ya itu-itu aja sih jalannya.
Ais Kecil dengan semangat membara masuk kerumah, salim ke ibunya, dan langsung dimarahin (biasa, ibu kalo sudah ngomong, kayak marah) untuk ganti baju, dan istirahat.
Sebagai anak kecil yang sehat, dan aktif, serta untuk menjaga budaya sebagai anak kecil, Ais Kecil justru membangkang ibunya, dan memilih mengambil sepeda kecilnya (sepeda untuk anak dibawah 6 tahun) berwarna pink, celana merah panjang, kaos butut, serta duit recehan sisa jajan sekolah untuk segera dihabiskan layaknya uang jajan pada umumnya.
Dengan mengendap-endap, secara perlahan, Ais Kecil menghindari ibu Monstre untuk keluar dari sarang monster yang sunyi senyap.
Pelan.. Pelan... Setapak demi setapak dilalui, hanya terdengar bunyi rantai sepeda si Pinki.
Brakkkkk!!!! Pintu dipukul kencang oleh Ibu Monster
AIS MAU KEMANAAA!!! Teriak sang Ibu Monster
Ais Kecil yang kaget, dan benar-benar terpaku, hanya bisa menjawab gagu sambil menahan bendungan air di pelopak matanya.
Aku mau jajan sebentar doang bu. Di warung si mbah, jawab Ais Kecil sekenanya sambil gemetaran memegang si Pinki.
KERJAIN DULU PRNYA!! Raungan Ibu Monster yang Cumiakan telinga kecil Ais
Nanti loh bu, nanti dikerjain sambil makan Ciki Citos, jawab ais sambil nunjuk kearah pintu keluar
GA BOLEH, KERJAIN DULU! KALO MAU KELUAR, SANA! TAPI GA USAH PULANG LAGI!! Somasi sang monster membuat jantung Ais Kecil
semakin berpacu kencang. Tak dipungkiri pilihan dari sang pahlawan, yaitu lebih memilih keluar untuk jajan.
Ya, memang bego. Ais Kecil tidak peduli dirinya diusir demi sebungkus citos rasa jagung yang enak itu. Mungkin dari kalian, banyak yang mikir jika itu hanya gertak sambal dari seorang Ibu. Namun, Ais Kecil tidak berpendapat demikian. Dia tidak pulang kerumah! melainkan kabur!
Baru diketahui kemudian oleh si Ais Kecil bahwa warung lejen warna kuning si mbah tutup.
Dan hancur hatinya deh, hehe.
Ais Kecil yang hanya bermodal baju lecek, si pinki, uang recehan, dan ingus ajaibnya tentu tidak bisa pulang ke sarang monster. Dia melanjutkan perjalananya dengan penuh isak tangis, dan sedot ingus ke arah sekolahnya.
Why ke arah sekolah? Karena cuma hapal rute itu aja.
Sambil melamun, melalui halangan rintangan, Ais Kecil akhirnya sampai di tempat perbelanjaan yang disebut soping. Mungkin dari kata shopping yang artinya belanja. Memang sih tempat itu dulunya ramai banget orang belanja, bentuknya kumpulan ruko dipinggir jalan gitu, namun sekarang ya kalah terkenal sih dengan tempat lainnya.
Disaat melewati tengah ruko, ada mobil yang tidak asing baginya. Berwarna coklat gelap, berjumlah tiga pintu, dan ada tulisan COLT di bagian mobilnya.
Tidak salah lagi, itu mobil punya kakek!
Ais!! Ucap parau seorang tua
Ais Kecil menoleh dengan berlumuran ingus dan tangis di wajahnya,
“Bapak Aki!” Jawabnya dengan penuh harapan kesenangan yang akhirnya didapatkan setelah sirna ketika toko lejen si mbah tutup.
Diceritakan lah semua oleh si Ais Kecil, dan akhirnya dibawa pulanglah Ais Kecil ke rumah...
Tamat.. Yey...
SALAH! Bukan Ais namanya kalo di akhir endingnya gitu aja. Ais Kecil yang penuh dengan fantasi akan mengerikannya amarah dari Ibu Monster pun sudah bersiap dengan rencana ketika mencapai sarang monster. Disusun dengan matang-matang dengan kapasitas otak anak umur dibawah 10 tahun, menjadikan rencana ini gampang ditebak.
Sesampainya dirumah, Ais Kecil yang saat itu dituntun kakek untuk menemui Ibu, langsung berujar, “Pak, takut, Bapak Aki aja yang duluan”...
Langsung seketika sang Kakek menemui Ibu di bagian belakang rumah, dan strategi awal Ais Kecil berjalan sempurna, dan langsung saja Ais Kecil melanjutkan ke tahap berikutnya.
Klek
Ais Kecil membuka pintu kamar depan yang tidak terpakai namun dengan perabotan yang cukup lengkap dan ramai dengan barang bekas pun dimasukinya.
Dan masuklah sang pahlawan kita ke kolong kasur.
Untuk pembaca yang budiman, harap dimaklumi, Ais Kecil masih berumur kurang dari 10 tahun. Tidak bisa berfikir jernih. Rencana yang diharapkan hanya sampai disini saja. Untuk selanjutnya? Dia harap bisa membuat kastil di kolong tempat tidur dengan jarak antara lantai dan dipan sekitar 45-50 cm saja.
Ais Kecil jelas tidak memikirkan efek dia hilang bagai ninja saat itu. Dia berhasil, sekali lagi berhasil, untuk membuat panik dan gaduh seisi sarang monster!!
Wow!!! Tepuk tangan untuk Ais.
“Kemana lagi anak itu” Ujar suara merdu dari seorang wanita yang jelas itu adalah suara ibu
“Kamu sih pake dimarahin!” Marah suara balasannya yang jelas itu suara kakek
Dan suara tidak terdengar kembali.
Rupanya Bapak Aki dan Ibu pergi keluar untuk mencari Ais Kecil.
Ais Kecil sendiri masih berada di kastil nyamannya, sesekali mengusap air mata dari sudut kecil matanya, dan mengelap ingus dengan bawah bajunya sambil melihat pintu kamar dari titik terendah kamar tersebut.
16.50
Anggap saja jam segitu pintu kamar itu terbuka. Kastil nyaman yang dibangun mulai terancam keamannya. Rupanya yang mencari adalah sang Kakek. Sang Dewa Penyelamat.
Mencari dari sudut ke sudut, dan akhirnya terungkap sudah, sambil berpandangan mata dengan mata serta teriakan “DISINI NIH NING!”
Runtuhnya kastil Ais Kecil menandai kedamaian kembali ke pelukannya. Ibu Monster sudah berubah kembali menjadi ibu Peri dengan ditandai dengan sambutan hangat tanpa adanya jeweran, hanya pelukan, dan ucapan hangat.
“Mandi terus tidur dulu ya”.
Diubah oleh duha14 30-01-2019 17:46




satria.png dan anasabila memberi reputasi
0
803
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan