Kaskus

News

mendoan76Avatar border
TS
mendoan76
53 Kecamatan di Sulsel Banjir: 8 Tewas, 4 Hilang dan Ribuan Orang Mengungsi
53 Kecamatan di Sulsel Banjir: 8 Tewas, 4 Hilang dan Ribuan Orang Mengungsi* 53 Kecamatan di Sulsel Banjir: 8 Tewas, 4 Hilang dan Ribuan Orang Mengungsi

Okezone
2019/01/23 16:38

JAKARTA - Hujan berintensitas tinggi disertai angin kencang dan gelombang pasang menyebabkan sungai-sungai meluap sehingga banjir di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Selasa 22 Januari 2019 siang.

Data sementara, 53 kecamatan terdampak banjir.
Terdiri dari 9 kabupaten/kota di wilayah Sulsel yang mengalami banjir, yaitu di Kabupaten Jeneponto, Gowa, Maros, Soppeng, Barru, Wajo, Bantaeng, Pangkep dan Kota Makassar.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, dampak sementara akibat banjir, longsor dan angin kencang yang berhasil dihimpun Posko BNPB berdasarkan laporan dari BPBD, tercatat 8 orang meninggal dunia, 4 orang hilang.

"Ribuan rumah terendam banjir, ribuan warga mengungsi ke tempat yang lebih aman, dan 10.021 hektare sawah terendam banjir. Korban meninggal dunia ditemukan di Jeneponto 5 orang dan Gowa 3 orang, sedangkan korban hilang terdapat di Jeneponto 3 orang dan Pangkep 1 orang," ujar Sutopo melalui siaran persnya, Rabu (23/1/2019).


Hingga hari ini sekira pukul 14.00 WIB, banjir masih banyak melanda di daerah. Penanganan darurat dan pendataan masih terus dilakukan sehingga update data akan berubah.

Sutopo menambahkan, di Kabupaten Jeneponto, banjir melanda 21 desa di 10 kecamatan yaitu Kecamatan Arung Keke, Bangkala, Bangkala Barat, Batang, Binamu, Tamalatea, Tarowang, Kelara, dan Turatea dengan tinggi banjir 50 – 200 centimenter. Banjir akibat hujan deras sehingga sungai-sungai meluap, di antaranya Sungai Topa, Allu, Bululoe, Tamanroya, Kanawaya, dan Tarowang. Dampak yang ditimbulkan adalah 5 orang meninggal dunia, 3 orang hilang.

Kemudian, 5 rumah hanyut, 51 rumah rusak berat, ribuan warga mengungsi dan ribuan rumah terendam banjir. Evakuasi, pencarian, penyelamatan dan distribusi bantuan masih terus dilakukan.

"Banyak warga yang mengungsi sementara di atap rumah sambil menunggu dievakuasi. Tim SAR gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, SKPD, PMI, Tagana, relawan dan lainnya melakukan penanganan darurat," ujarnya.


Di Kota Makassar, sambung Sutopo, banjir melanda 14 kecamatan, yaitu Kecamatan Biringkanaya, Bontoloa, Kampung Sangkarang, Makassar, Mamajang, Manggala, Mariso, Pankkukang, Rampocini, Tallo, Tamalanrea, Tamalate, Ujung Pandang, dan Ujung Tanah. Sekira 1.000 jiwa warga mengungsi. Banjir juga disebabkan hujan deras kemudian sungai-sungai yang bermuara di Kota Makassar meluap.
Sebelumnya

Sementara Kabupaten Gowa, banjir melanda 7 kecamatan, yaitu Somba Opu, Bontomanannu, Pattalasang, Parangloe, Palangga, Tombolonggo, dan Manuju.

Selain hujan deras, banjir juga disebabkan dibukanya pintu Waduk Bili-Bili karena terus meningkat volume air di waduk sehingga untuk mengamankan waduk maka debit aliran keluar dari Waduk Bili-Bili ditingkatkan.
Tercatat 3 orang meninggal dunia, 45 orang luka-luka, 2.121 orang mengungsi yang tersebar di 13 titik pengungsian, lebih dari 500 unit rumah terendam banjir setinggi 50 – 200 centimeter ddari dampak banjir di Gowa.

"Banjir juga menyebabkan 2 jembatan rusak berat sehingga tidak dapat digunakan yaitu jembatan Jenelata di Desa Moncong Loe, Kecamatan Manuju dan jembatan di Dusun Limoa Desa Patalikang, Kecamatan Manuju. Hujan deras juga memicu longsor di beberapa tempat sehingga menutup jalan dan merusak beberapa rumah," tuturnya.

Banjir juga terjadi di Kabupaten Marros yang melanda 11 kecamatan. Lebih dari 1.400 orang mengungsi. Pendataan masih dilakukan. Listrik padam sehingga komunikasi juga putus. Posko BNPB terus berkoordinasi dengan Pusdalops BPBD. Tim Reaksi Cepat BNPB mendampingi BPBD.
Penanganan darurat masih terus dilakukan oleh tim gabungan. BPBD bersama , TNI, Polri, Basarnas, SKPD, PMI, Tagana, relawan dan lainnya melakukan penanganan darurat.

"Perahu karet dan bantuan permakanan untuk pengungsi masih diperlukan. Korban hilang masih dilakukan pencarian. Kondisi hujan yang masih berlangsung dan luasnya wilayah yang terkena banjir cukup menyulitkan dalam penanganan," ujarnya.

Sutopo menambahkan, hujan ekstrem yang turun sejak kemarin, tercatat di beberapa stasiun penakar hujan milik Kementerian PUPR dan BMKG mencatat di Pos 1 Bawangkaraeng 308 milimeter per hari, Lengkese 329 milimeter per hari, KD-1 234 milimeter per hari, Limbungan 328 milimeter per hari, dan Bili-Bili 88 milimeter per hari.
Intensitas curah hujan setebal ini tergolong ekstrem sehingga kondisi permukaan tanah tidak mampu menampung semuanya dan sungai juga tidak mampu mengatuskan aliran permukaan, akibatnya banjir.

"Saat ini, debit dan volume Waduk Bili-Bili terus menurun. Hingga 23 Januaro pukul 14.00 WIB, tinggi muka air Waduk Bili-Bili sudah mulai ada penurunan menjadi 100,64 meter, volume waduk 277,55 juta meter kubik, dan inflow sekitar 927,77 meter kubik per detik. Meskipun masih dalam batas Siaga namun kondisinya terus mengalami penurunan," tuturnya.

Pemerintah daerah dan masyarakat diimbau untuk terus meningkatkan kewaspadaan menghadapi banjir dan tanah longsor. BMKG telah menyebarkan peringatan dini hujan lebat selama 23 – 30 Januari 2019. Sebagian besar wilayah Indonesia puncak hujan berlangsung selama Januari hingga Februari 2019.

Secara statitisk dari data kejadian bencana selama 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa selama Januari dan Februari adalah puncak dari kejadian bencana hidrometeorologi yaitu banjir, longsor dan puting beliung. Polanya mengikuti dari pola curah hujan. (ari)
(amr)
++++

Pray for sulsel...emoticon-Turut Berduka

+++++
*Banjir Bandang Gowa Tewaskan 6 Orang, Begini Detik-Detik Menegangkan Basarnas Evakuasi Warga*

Wowkeren
2019/01/23 10:58

WowKeren - Peristiwa banjir bandang terjadi di kawasan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Beberapa daerah lain seperti sebagian Kota Makassar dan Kabupaten Gowa juga ikut terdampak. Akibat kejadian ini dilaporkan sebanyak lebih 6 orang meninggal dunia dan juga empat jembatan putus.
Banjir ini terjadi saat Bendungan Bili-Bili di Kabupaten Gowa tak sanggup lagi menampung debit air yang meningkat. Diketahui, debit air meningkat drastis hingga 101,39 meter lantaran intensitas hujan yang tinggi.

Akibatnya, pintu air terpaksa dibuka untuk menghindari jebolnya bendungan terbesar di Sulawesi Selatan itu. Setelah pintu air dibuka, volume air di Sungai Jeneberang meningkat drastis. Arus yang deras dan meluap masuk ke dalam permukiman warga.

Bupati Gowa, Adnan Purichta Ihsan menjelaskan bahwa bendungan bisa jebol saat kapasitas air mencapai lebih dari 103 sentimeter. Sayangnya, dengan dibukanya pintu air tersebut, banjir bandang tak bisa dihindari. Sejumlah wilayah di Kabupaten Gowa juga dikabarkan longsor.

#Repost @daenginfo Begini proses evakuasi korban banjir oleh tim basarnas di perumahan Nusa Mappala Gowa selasa sore. (22/1)

"Ada empat jembatan (yang terputus), salah satunya di Bongaya," terang Adnan seperti dilansir Viva pada Rabu (23/1). "Ada jalan lain bisa ditempuh meski agak jauh. Kita harus memutar. Dari laporan yang kami terima ada enam orang korban jiwa yang dinyatakan meninggal dunia."

Sementara itu, Gubernur Sulawesi Selatan dalam akun Instagram pribadinya, membagikan video detik-detik evakuasi warga oleh Basarnas. Dalam video tersebut terlihat kengerian banjir yang hampir menenggelamkan rumah warga.

Evakuasi yang dilangsungkan di Perumahan Nusa Mappala Gowa pada Selasa (22/1) tersebut juga menunjukkan beberapa warga yang sudah terjebak dalam rumah mereka. Ada pula yang terlihat sangat lega karena akhirnya bisa turut dievakuasi oleh Basarnas.
Di sisi lain, warganet turut bersimpati atas terjadinya bencana ini. Dalam media sosial Twitter, tagar-tagar khusus seperti #PrayForGowa dan topik mengenai Sulawesi Selatan berhasil masuk dalam jajaran trending topic.






1
2K
9
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan