Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

elpxycongrooAvatar border
TS
elpxycongroo
[REVIEW] The Third Murder (2017): Ambiguitas Drama Pembunuhan

Spoiler for Data Film:

Quote:


Nobody Knows(2004); Still Walking (2008); Like Father, Like Son (2013); serta yang terbaru Shoplifters (2018) merupakan segelintir judul film drama-keluarga garapan sutradara kawakan Jepang, Hirokazu Koreeda, yang sukses menembus box office dunia. Ya, dapat dikatakan sutradara peraih empat piala Japanese Academy Awards tersebut merupakan spesialis genre drama-keluarga. Namun, seperti ingin menelusuri dunia baru, kali ini Koreeda mencoba peruntungan dengan menggarap film bertemakan pembunuhan: Sandome no Satsujin a.k.a. The Third Murder.

Secara garis besar, film ini berfokus pada usaha Tamoaki Shigemori (Masaharu Fukuyama), seorang pengacara terkenal, dalam memenangkan kasus kliennya, Misumi (Kôji Yakusho), yang terancam hukuman mati jika terbukti bersalah, dalam sebuah sidang pembunuhan. Misumi yang mengakui telah membunuh mantan bosnya, membuat Shigemori harus mencari alibi yang dapat membuat Misumi terhindar dari hukuman mati.

Tak seperti film misteri-pembunuhan pada umumnya, yang menimbulkan pertanyaan besar, “Siapa?”, pada The Third Murder, yang menjadi pertanyaan besar adalah, “Mengapa?”. Film ini tidak berfokus mencari jawaban, “Siapa pembunuhnya?”, melainkan, “Mengapa ia membunuhnya?”

Ya, narasi seperti itu memang sering digunakan di film-film misteri Jepang maupun Korsel, di mana “pelaku” sudah diketahui dari awal dan para protagonis akan berjuang untuk menemukan jawaban, “Mengapa?” dan “Bagaimana?”. Kontras dengan narasi film misteri Hollywood pada umumnya, yang lebih suka menimbulkan pertanyaan besar, “Siapa?”

Kembali ke cerita: Misumi sendiri mengaku kepada Shigemori bahwa motif pembunuhnya adalah masalah ekonomi. Shigemori, yang berusaha mencari alibi untuk membela Misumi, kemudian melakukan observasi lapangan dan menemukan banyak informasi yang bertentangan dengan pernyataan Misumi—termasuk mengenai motif pembunuhnya. Tanpa disadari, Shigemori menemukan lubang besar pada kasus pembunuhan Misumi.

Shigemori, yang pada awalnya hanya fokus untuk memenangkan kasus Misumi, menjadi tertarik untuk menemukan jawaban sebenarnya dari kasus tersebut. Layaknya anak kecil yang diberi permainan puzzle, Shigemori berusaha menemukan serpihan informasi dan menyusunnya sehingga tercipta gambar sempurna dan menemukan semua jawaban, “Apa yang sebenarnya terjadi?”

Hal ini, kemudian, membuat Shigemori bertemu dengan istri dan putri dari korban, Yamanaka Misue (Yuki Saitô) dan Yamanaka Sakie (Suzu Hirose). Dari pertemuan ini, Shigemori menemukan informasi-informasi yang membuat kasus Misumi semakin rumit. Pun, Shigemori menemukan alibi kuat yang dapat membela Misumi.

Sakie, putri dari korban, mengaku bahwa ia dan Misumi sudah mengenal satu sama lain sebelumnya. Sakie, yang mempunyai masalah besar dengan ayahnya, mengaku bahwa Misumi membunuh ayahnya untuk melindungi dirinya.

Namun, siapa sangka, alibi kuat tersebut disangkal Misumi. Menurutnya, semua yang dikatakan Sakie adalah kebohongan. Alhasil, akhirnya Misumi mengakui sebuah kejadian yang membuat Shigemori dilema—sekaligus menjadi twist terbesar dalam film ini.

Dari pengakuan Misumi tersebut, juga timbul suatu pertanyaan besar. Pertanyaan yang seharusnya sudah terjawab dari awal, namun akhirnya tidak terjawab secara pasti sampai detik akhir film, membuat The Third Murder berakhir dengan ambigu.


Ya, pada tahap ini, saya rasa Koreeda ingin membuat penontonnya menafsirkan sendiri jawaban dari pertanyaan besar yang tak terjawab tersebut. Plot seperti ini, sebagian orang menyebutnya dengan cliffhanger ending.

Pun, seperti tak ingin meninggalkan identitas aslinya, Koreeda juga tak luput membumbui The Third Murderdengan drama problematika keluarga, khas film-filmnya terdahulu, yang mana peran ini sebagian besar dimainkan oleh Shigemori dengan putrinya serta Misumi dengan Sakie. Walaupun tak mendominasi, tak dapat dimungkiri kalau aspek drama-keluarga menjadi katalis untuk jalan cerita keseluruhan.

Secara cerdik, Koreeda dapat menulis skenario yang tak menghakimi setiap karakter—walaupun kenyataannya beberapa karakter pantas dihakimi. Sebaliknya, Koreeda juga dapat membuat menonton bersimpati kepada setiap karakter melalui skenario yang ia tulis. Maka tak heran, jika Koreeda berhasil menyabet gelar Naskah Terbaik di pagelaran Japanese Academy Awards 2018 untuk fim ini.

Hal menarik lain adalah sinematografi dari The Third Murder. Mikiya Takimoto, sang sinematografer, benar-benar menunjukkan bakatnya di film ini. Framing di berbagai adegan terlihat sangat istimewa. Bahkan, pada saat film banyak menampilkan adegan perbincangan antara Shigemori dan Misumi di sebuah ruangan penjara yang dipisahkan dengan kaca, yang sangat berpotensi membuat penonton menjadi bosan, Takimoto dapat mengkonsepnya dengan sedemikian rupa, sehingga terlihat lebih menarik, bahkan dramatis.

Peran dari Kôji Yakusho juga sangat memukau di film ini. Ya, sepertinya ia sudah paham betul memerankan karakter ayah yang frustasi; yang merasa gagal menjadi ayah; yang mempunyai keluarga berantakan, layaknya peran yang sukses ia mainkan di film The World of Kanako (2014).

Sayangnya, penampilan Yakusho kurang bisa ditandingi lawan mainnya, Masaharu Fukuyama. Walau penampilannya dapat dikatakan bagus secara kesuluruhan, sialnya, ia harus berhadap dengan lawan main yang perannya benar-benar memukau, Yakusho dan Suzu Hirose, sehingga Fukuyama sendiri terlihat tak terlalu “wow” dibandingkan aktor dan aktris pemeran Misumi dan Sakie tersebut.

Suzu Hirose, aktris muda yang sedang naik daun, benar-benar dapat memerankan karakter Sakie dengan sempurna. Karakternya yang selalu “lemas” dan misterius merupakan salah satu aspek terbaik di film ini.

Maka tak mengherankan berkat penampilan menakjubkan tersebut, masing-masing Kôji Yakusho dan Suzu Hirose diganjar penghargaan Aktor Pendukung Terbaik dan Aktris Pendukung Terbaik di ajang Japanese Academy Awards 2018. Mereka berhasil mengalahkan nama-nama besar lainnya seperti Ryuhei Matsuda dan Keiko Kitagawa.

Secara keseluruhan, dapat dikatakan Koreeda berhasil menelusuri dunia barunya ini. Sebagai penikmat film misteri, saya pribadi berhasil terpuaskan melihat The Third Murder. Walaupun sepanjang jalan cerita banyak disajikan dialog-dialog panjang yang berpotensi membuat bosan, hal tersebut dapat ditutupi dengan banyaknya plot twist yang disajikan, kecil maupun besar.

Pada akhirnya, seperti yang sudah disinggung di atas, Koreeda menutup The Third Murder dengan sebuah pertanyaan besar. Tidak ada petunjuk konkret yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Namun satu hal yang pasti, seperti yang dikatakan Misumi dan Sakie, “Tak ada seorangpun yang mengatakan kebenaran.”

Jadi, silahkan menyimpulkan sendiri ke-ambiguitas-an drama pembunuh ini.

Quote:

emoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Gan emoticon-Cendol Gan

0
4.7K
5
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan