Kaskus

Story

caesarpratamaAvatar border
TS
caesarpratama
The Beautiful Day : Possessed
Setelah ane merilis cerpen pertama ane di kaskus, ane jadi memutuskan untuk merilis cerpen selanjutnya, ya meskipun yang pertama aja, gak sampe angka 100 view. Tapi bodo amat lah, yang penting nafsuku tersalurkan.


The Beautiful Day : Possessed


"Kamu percaya gak, sama yang namanya cinta mati? ... Aku percaya, aku punya buktinya, biar ku ceritakan padamu..."


Waktu itu, matahari terik bersinar, panas, gerah, ya... seperti itulah yang ku rasakan. Hari itu hari minggu, sekolah libur, dan aku bersama temanku Fina, teman baikku, yang menemaniku dari pagi di rumahku. Ya, bagaimana tidak dari pagi, bahkan dia tidur malam disini. Kami habiskan malam minggu bersama, kebetulan pacarku lagi ada perkemahan sabtu minggu, jadi Fina yang jomblo memutuskan untuk menginap di rumahku, dan menghabiskan malam bersama, seperti sepasang sahabat pada umumnya.


"Len, nonton film horor yuk!"


Aku jadi teringat ajakan Fina, mungkin karena sangat seringnya dia mengajakku menonton film horor, padahal kalian tahu? Dia sangat penakut. Tapi entahlah, aku tidak begitu mengerti, Fina memang selalu tertarik dengan hal-hal yang berbau mistis. 


Jadi di siang itu, di hari minggu yang panas, Fina mengajakku untuk pergi ke sekolah.


"Len, ayolah, kita sekarang ke sekolah yuk! Kan disana ada WiFi, trus angin di aula kan sepoi-sepoi tuh, bawa minuman dingin, cemilan, laptop, uhhh... senangnya, kita bisa download film baru, buat ditonton. Blum lagi nanti jam 3 sore, ada anak-anak basket yang mau latihan, ihhh, kereen banget mereka. Ayolah Len, kita ke sekolah sekarang..." kurang lebih seperti itulah rayuan Fina agar aku menuruti kemauannya. Tapi memang tidak ada yang sedang aku lakukan di rumah, dan di rumah sangat panas, jadi mau gak mau, menuruti ide Fina, adalah hal terbaik yang bisa dilakukan saat itu, begitulah yang terpikir olehku.


Tidak butuh waktu lama, aku dan Fina sampai di sekolah. Jika berkendara dengan sepeda motor, kurang dari 10 menit aku bisa sampai ke sekolah dari rumahku. Sepi, hening, seperti itulah ku dapati suasana sekolah. Yang biasanya ramai dengan hiruk-pikuk warga sekolah. 


"Kan sekarang hari minggu, gimana gak sepi!" ujar Fina, membalas aku yang tidak sadar sempat bergumam.


"Iya Fin" aku membalas, sembari tersenyum


Bergegas dia meninggalkan ku dari tempat parkir menuju ke aula sekolah. Tak terlihat ada satpam yang biasa berjaga di pos, padahal biasanya meskipun hari minggu, ada saja satpam yang berjaga.


"Tunggu Fin!" dengan keras aku memanggilnya, sambil mengikutinya ke ruang aula. 


"Naah, ini kan sejuk, damai, dan yang terpenting ada Wifi, hahaha" seperti seseorang yang baru terbebas dari penjara, Fina mengucapkan kalimatnya. Kami duduk tepat di tengah panggung aula, dengan minuman dingin dan beberapa bungkus camilan yang sudah kami persiapkan sebelumnya. Ku lihat, Fina sudah mulai mendownload film yang dia inginkan, sedang aku hanya bolak-balik me-refresh beranda facebook ku. Saat itu tersadar olehku, belum satupun pesan ku terima, dari pacarku. Mungkin dia sibuk, itu hal yang tersirat dalam pikiranku. Tak sempat berpikir lama mengenai pacarku, Juki tiba-tiba muncul.

Juki teman sekelas ku dan Fina, kulitnya cokelat, badannya kurus dan rambutnya agak keriting.


"Hey Fina, Lena! Whats up! Ngapain?"

Sapa Juki.


Fina yang sangat berkonsentrasi dengan leptopnya merasa sangat terkejut akan kehadiran Juki yang tiba-tiba. Tampak Fina sangat kesal kepada Juki.


"Juuukkiiii....!!!!" Teriak Fina sambil melemparkan wadah minumnya, yang isinya tersisa 1/4 bagian. Juki menghindarinya seraya berkata, "Aaiisshh, hampir cuy, sabar-sabar Fin we are friend, right? We were not an enemy..." dengan tampang konyolnya Juki menghampiri Fina, berusaha menenangkan. 


"Loe, download apa Fin?" tanya Juki.

"Film horor", jawab Fina ketus.

"Eh, Juki, kamu ada urusan apa ke sini?" Aku bertanya pada Juki.

"Oh, mau ambil buku ku yang ketinggalan di kelas, kemarin." jawab Juki.

"Yaudah, ambil aja bukumu, trus tinggalin kita berdua!" Fina memotong pembicaraan ku dan Juki.

"Weleh, masih marah ya... sabar dulu dong, aku barusan dapet ide nih, dari pada lu cuma download film hantu, gimana kalo kita datengin hantunya kesini!?" Jawab Juki dengan saran anehnya.

"Emang bisa Juk?!" Sahut Fina dengan penasarannya. 

"Mana kita tau kalo kita gak coba" jawab Juki. Aku berusaha meyakinkan mereka berdua jika ide Juki itu bukan ide yang bagus, "udah deh, kalian gak usah berbuat aneh-aneh, tugas sekolah aja belum pada kelar, udah pada cari gara-gara".

"Lennaa... bener tuh kata Juki, mana kita tau kalo gak dicoba... kalo gak bisa yaudah, ya gak masalah..." jawab Fina meyakinkan.

"Lah, kalo bisa" sahutku waktu itu.

"Ya kita tanya aja sesuatu yang kita gak tau", begitu jawab Fina.


Singkat cerita, percobaan pemanggilan hantu kami laksanakan, dengan bermodalkan gelas plastik bekas air mineral, dan selembar kertas buku gambar, yang kami tuliskan huruf dan angka pada kertas tersebut. Fina membaca mantra pemanggilan hantu, entah apa yang dia ucap, aku tidak bisa mengingatnya. Tapi yang teringat olehku, gelas yang kami telungkupkan di atas kertas bertuliskan huruf dan angka tersebut, terasa hangat. Saat setiap dari kami memberikan jari telunjuk untuk menyentuh dan menahan gelas tersebut. 


Kami duduk bersila membentuk segitiga, begitu pula telunjuk kami yang masing-masing menyentuh gelas, seolah membentuk sudut segitiga sama sisi. Gelas plastik yang semakin hangat tersebut, mulai menunjukan getaran-getaran kecil. Dan disaat itu, jantung kami mulai berdebar. Ku lihat Fina dan Juki, titik-titik keringat mulai keluar dari dahi mereka. Begitu pula aku. Dan kami saling melirik, saling memberikan isyarat mata, untuk memulai pertanyaan pertama. Dan akhirnya, Fina memulai pertanyaan pertama.


"Kamu siapa?" ucap Fina.


Gelas itu bergetar, bergerak, dan menunjuk huruf


"A-L-D-O"


"Jadi, nama kamu Aldo, kamu tinggal disini?" Fina bertanya dengan bingung, tampaknya dia sangat gugup sehingga tidak tau harus bertanya apa.

"I-Y-A"

Begitu gelas itu bergerak.

Belum sempat Fina mengajukan pertanyaan ke tiga, gelas itu menleleh, begitu panas, seolah terbakar. Dan tiba-tiba terdengar suara pak satpam menyeru kepada kami bertiga.

"Woy, lagi ngapain kalian?"


"Ee.. eenggak-enggak pak" seperti itulah sahut kami sambil gemetar, dan kami bergegas mengemasi barang, dan segera pergi meninggalkan aula sekolah.


Setibanya di rumahku‎. Tanpa banyak bicara, Fina mengemasi barang-barangnya yang ada di rumahku, lalu pulang ke rumahnya. Dan aku sendiri, melakukan kegiatan rumah seperti biasa, seolah tak terjadi apapun.


KEESOKAN HARI DI SEKOLAH


"Helena! Lena! Good morniingg...!" sapa Fina kepadaku. 

"Eh, kamu kok keliatan lesu gitu sih?" tanya Fina kepadaku.


Sebenarnya memang semalam aku bermimpi aneh. Aku bermimpi tentang seorang anak laki-laki, yang sebaya denganku, dengan rambutnya yang lurus dan tersisir rapi. Anak itu berusaha menerobos kerumunan anak-anak yang lain, yang sedang berebut sesuatu. Entah apa yang mereka perebutkan. Begitu sulit anak berambut rapi itu menerobos. Tentu saja, itu dikarenakan tubuhnya yang tidak besar, dan tampak lemah, ia terlihat sangat kesusahan. Sampai akhirnya, aku tidak bisa melihatnya lagi. Ia tertelan dalam kerumunan itu. Mimpi ku yang berlatarkan putih, seolah tanpa batas ruang, menjadikan mimpiku terasa makin aneh. Dan entah bagaimana tiba-tiba saja, anak berambut rapi itu ada dihadapanku, dengan seragam SMA-nya yang bersih, ia tersenyum kepadaku. Sambil menyodorkan sesuatu kepadaku. Saat ku tundukkan kepalaku untuk melihat apa yang diberikannya, aku sangat terkejut, melihat ia memberikan lengan kanannya. Sudah terpotong, tanpa luka, dan masih bergerak. Ia menggenggam lengan kanannya itu, dengan tangan kirinya. Ku perhatikan lengan baju kanannya, terlihat ringan dan kosong, tanpa lengan. Lalu ku tatap wajahnya, tersenyum malu kepadaku. Dan justru senyumnya itu yang membuatku semakin takut, dan terbangun dari tidurku.


Aku menceritakan mimpiku itu se-detail yang ku bisa, kepada Fina. Lalu Fina berkata, "kamu udah buat tugas bahasa Indonesia Len?"


Teeetttt.... teeetttt... tteeeetttt....


Suara bel terdengar begitu nyaring, pertanda anak-anak harus berkumpul ke lapangan untuk berbaris dan berdoa bersama.


Sepanjang hari itu, Fina tampak menghindariku. Tak ada lagi percakapan diantara kami berdua, bahkan kepada Juki pun tidak. Juki justru tidak sekolah, hanya surat sakitnya saja yang sampai ke sekolah.


HARI BERLANJUT


Saat ku buka mataku di pagi hari, aku merasa bahwa aku memimpikan tentang anak itu lagi, namun sayang, kali ini, tidak ada yang teringat olehku, berkali-kali aku coba untuk mengingatnya, tapi tetap saja gagal. Hanya saja hari ini, entah mengapa, terasa sangat letih.


Hari ini Fina tidak ku dapati di sekolah, hanya suratnya saja yang sampai, dikatakan di surat itu, Fina sedang sakit. Aku berinisiatif untuk menjenguk Fina sepulang sekolah.


Singkat cerita, sepulang sekolah aku mampir ke toko buah, yang sejalan dengan rumah Fina, untuk membelikannya beberapa buah apel. Disana tidak sengaja sempat terdengar pembicaraan dua orang ibu-ibu, yang membicarakan tentang Fina. Kurang lebih, mereka membicarakan soal, kesurupan dan gangguan roh jahat. Saat itu, aku tidak ambil pusing dengan obrolan ibu-ibu tersebut. Tapi saat aku sampai di depan pintu rumah Fina, benar-benar terasa mengerikan, suara jeritan Fina, sangat berbeda.


Selama ini, aku tau bagaimana suara dia berteriak, tapi kali ini benar-benar berbeda. Aku tau jika suara itu suara Fina, namun suaranya terdengar berat, mengerang, seperti orang yang marah, namun ada dalam rasa sakit yang luar biasa. Tak kuat rasanya untukku mengangkat tangan ku untuk mengetuk pintu, berat, berat sekali. Kaki-kakiku terasa gemetar, keringat mulai bercucuran. Padahal, belum sempat 2 menit berlalu aku berdiri di depan pintu rumah Fina, tapi rasa takut yang ku rasakan sungguh luar biasa.


BRRAAKKK...!!!!


Benar-benar mengejutkan jantunggu, suara itu dari balik pintu. Aku benar-benar tidak bisa bergerak, rasanya seluruh tubuhku menjadi pucat, dingin seperti mayat, saking takutnya diriku waktu itu. Kakiku tiba-tiba mati rasa, aku lantas terjatuh, bersimpuh di depan pintu rumah Fina. Pandanganku mulai kabur, terasa semakin berat, dan semakin gelap....


Ternyata, itu semua hanya mimpi.


Aku terbangun, penuh dengan keringat. Ternyata kejadian di sekolah, di toko buah, di rumah Fina, itu semua hanya mimpi. Aku bahkan belum berangkat ke sekolah.


Bersambung...


Buat agan/sista yang nyimak cerpen ane, ditunggu ya, episode selanjutnya...


anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
654
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan