Bersyukurlah, seringkali kita dengar sebagai nasihat sakti para sepuh. Nasihat tersebut hanya sepenggal kata. Namun didalamnya, bila kita bedah lebih dalam, kita renungkan lebih tinggi maknanya, maka akan banyak hal yang sebetulnya, harus kita pelajari kembali

Beberapa waktu lalu, ramai berita tentang cabai setelah panen dibuang di jalanan. Sungguh miris sekali ya. Nikmat panen anugerah Tuhan Yang Maha Memberikan rezeki, diabaikan begitu saja. Diabaikan hanya karena mendahulukan nafsu amarah dan lupa diri bahwa kita, perlu belajar membaca kembali.

Diwaktu sebelumnya, beberapa masa yang sudah berlalu, bukankah berita pedasnya harga cabai begitu melambung tinggi. Harga menggunung, membuat para ibu rumah tangga bingung. Yang selalu makan tergantung sama sedapnya sambal tentu saja kesal. Namun, pelajaran dari tingginya harga cabai tersebut, hanya sedikit sekali diantara kita yang menyerapnya.

Bagi yang bergelut di bidang pertanian, tentunya mesti berpikir. Bagaimana bila panen melimpah. Tentu saja tak sekejap mata, hasil panen melebihi kebutuhan wilayah dan masanya, dapat terjual habis dengan harga jual yang diharapkan.

Bila kita sebagai petani cabai, tak ada salahnya berjalan ke pasar moderen. Atau warung sederhana yang menjual barang instan alias siap pakai. Pernahkah melihat cabai dalam bentuk sachet?.. pernahkah melihat cabai dalam bentuk bubuk kering atau produk lainnya yang berbahan baku cabai itu.

Jika pernah melihat hal tersebut. Pernahkah berpikir untuk memproduksi produk serupa?. Bila sama sekali tiada terpikir akan hal tersebut. Maka mari kita koreksi diri kita sedalam mungkin. Seberapa besarkah kita bersyukur. Atas segala anugerah Tuhan yang setiap detik kita nikmati.

Bersyukur bukan hanya sekedar ucapan, bukan hanya sekedar puja dan puji kepada Sang Maha Pemberi Rezeki. Namun, tindakan serta langkah dan pemikiran kita, untuk memaksimalkan nikmat yang ada, agar tiada tersia belaka, itulah yang menurut TS, merupakan perwujudan bentuk rasa syukur secara hakikat nya.

Dari sekilas ulas tentang naik turun nya harga cabai. Dari melambungnya harga karena persediaan terbatas, hingga jatuh anjlok harganya karena panen melimpah ruah. Selayaknya mengharuskan kita untuk belajar kembali

+ Belajar kembali membaca dan mengingat masa lalu
+ Belajar kembali membaca dan menelaah apa yang sedang kita lakukan sekarang
+ Belajar kembali membaca, meraba dan memperkirakan apa saja yang akan kita hadapi dan lakukan di masa mendatang

Kemauan belajar membaca kembali ketiga hal tersebut harus kita miliki. Mesti kita teguhkan. Tak hanya pada persoalan cabai, namun juga dalam persoalan lainnya dilain aktivitas keseharian kita.

Ketiga hal tersebut harus kita pelajari kembali. Agar, perwujudan rasa syukur kita menjadi penuh manfaat dan menghasilkan jutaan makna untuk kehidupan yang kita jalani. Agar disaat sulit kita tiada terlalu terhimpit kesulitan. Dan juga disaat nikmat datang melimpah, kita bisa memanfaatkan itu dengan maksimal. Tanpa ada sesuatu nikmat anugerah ILLAHI yang tersia-siakan.

Bersyukur mudah terucap, seruan ayo belajar kembali, juga ringan tersurat maupun tersirat. Namun, ada kalanya menjalankan itu terasa berat. Walaupun begitu, belajar kembali adalah suatu keharusan hidup, yang tidak dapat kita hindari. Agar kebahagiaan didepan mata bisa dirasa dan sakit serta beratnya jalan hidup kita, tetap akan terasa sebagai suatu anugerah yang membahagiakan kehidupan..

Foto ilustrasi penghias merupakan koleksi pribadi TS