Kaskus

News

dragonroarAvatar border
TS
dragonroar
Deisme, Cikal Bakal Free Thinker di Dunia Barat
Etimologi
Kata “Deisme” berasal dari bahasa latin untuk Tuhan yaitu “Deus”
Deisme adalah kepercayaan yang natural. Seorang penganut deisme disebut dengan deist, percaya pada keberadaan Tuhan, atas dasar rasional murni, tanpa adanya ketergantungan pada dogma agama, doktrin otoritas keagamaan, atau teks-teks suci dalam kitab agama. Karena itu, deisme sangat berbeda dari agama-agama samawi pada umumnya seperti Yahudi, Kristen dan Islam yang mengakui bahwa semua firman dan kehendak Tuhan merupakan peristiwa ke-wahyuan yang disampaikan melalui mereka yang dianggap sebagai pembawa pesan/orang suci/nabi, lalu disampaikan kepada umat-umat tertentu yang telah dikehedaki-Nya.
Mayoritas penganut deisme (deist) meyakini bahwa agama yang ada selama ini adalah pemalsuan dari konsep kepercayaan yang asli, yang sebenarnya esensial, sederhana dan rasional. Mereka berkeyakinan bahwa Tuhan menciptakan cinta, kasih sayang dan akal, namun kemudian ter-korupsi menjadi konsep dengan banyak ritual, aturan dan ketentuan yang dogmatis demi kepentingan golongan tertentu. Ini menarik karena jika kita berfikir secara jujur, kadang tindakan indoktrinisasi ini tidak disadari oleh pengikutnya karena dianggap telah dibutakan dengan berbagai konsep surga, neraka, pahala dan dosa. Atau konsep mukjizat, keajaiban dan hal-hal supranatural yang tidak bisa diterima akal sehat, bahkan tidak pernah bisa dibuktikan dalam bentuk fakta dan data.
Konsepsi
Deisme, Cikal Bakal Free Thinker di Dunia BaratGod in heaven – wikipedia.org
Secara koseptual, deisme mendekati bentuk agnotisisme artinya percaya kepada figur Tuhan, namun tidak benar-benar mengetahui seperti apa sosok Tuhannya, tidak tahu seperti apa Ia berlaku dan bertindak dalam semesta yang Ia ciptakan. Dan tidak tahu watak atau sifat Tuhan seperti yang dialami umat beragama pada umunya dalam bentuk antropomorfisme, yang mempercayai adanya Tuhan sekaligus memiliki keyakinan seperti apa figur Tuhan yang ia sembah.
Secara pemahaman akan adanya figur Tuhan, kebalikan dari deisme adalah atheisme, yang tidak memiliki keyakinan, atau tidak percaya akan keberadaan Tuhan (singular/plural). Sedangkan dalam konsep kuasa Tuhan, deisme berlawanan dengan golongan penganut agama (theis) pada umunya yang memahami Tuhan dengan segala kuasa-Nya menciptakan dan mengatur alam semesta, termasuk mengatur nasib dan takdir setiap mahluk yang bernyawa disetiap sudut alam semesta ini.
Bagi seorang deist (penganut faham deisme), manusia dapat mengenal Tuhan hanya melalui akal dan observasi langsung terhadap alam, melalui pengalaman pribadi secara spiritual yang ekslusif antara ia dengan Tuhan-Nya. Tidak melalui “perantara”, tidak melalui wahyu atau manifestasi supranatural (seperti mukjizat, keajaiban) seperti dalam kisah dan mitos yang dikenal dalam ajaran agama. Konsep horizontal manusia-Tuhan ini sangat mirip dengan naturalisme dan hermetisme yang sudah berkembang sejak ribuan tahun yang lalu, dan sering muncul pula dalam bentuk skeptisisme, yang mempertanyakan secara kritis setiap keyakinan yang ada pada konsep agama yang ada.
Sejarah
Pemikiran deistik telah muncul sejak zaman Yunani kuno. Pada masa itu filsuf Heraclitus dan Plato memperkenalkan konsep “Logo” dan “DemiUrge” untuk mengenal Tuhan dan kuasa-Nya. Lalu di luar Yunani banyak budaya lain telah menyatakan pandangan dan konsep yang menyerupai deisme dalam beberapa hal. Meskipun pada saat itu belum dikenal kata deisme yang baru digunakan pada abad ke-17 Eropa, dan khususnya di Inggris.
Lalu konsep pemikiran ini berkembang di Eropa, dimana pada saat itu dalam keadaan kacau. Konflik sektarian dan perang agama sejak awal Reformasi di benua tersebut terjadi dalam waktu yang cukup panjang. Menurut tulisan Lord Herbert setidaknya tiga puluh tahun perang telah berkecamuk di benua Eropa saat itu. Ini merupkan perang yang sangat besar dan sangat dekstruktif, dan diperkirakan telah melenyapkan 15-20% dari populasi bangsa Jerman. Sementara pada saat yang sama, Inggris mengalami perang saudara antara kerajaan melawan kubu parlemen. Perang dan kekerasan yang berkecamuk saat itu menyebabkan manusia mulai mencari sebuah alternatif, pencarian lebih intensif dan mendalam mengenai kebenaran akan kepercayaan yang bersifat naturalistik – yang dapat diterima sebagai kebenaran yang universal dan deisme dianggap sebagai konsep yang dapat merepresntasikan apa yang mereka cari saat itu.
Deisme, Cikal Bakal Free Thinker di Dunia Barat
Sir Isaac Newton
Deisme lalu semakin dikenal dan berkembang di Eropa, dan merupakan pendorong munculnya banyak penemuan-penemuan ilmiah dan banyak kemajuan besar dalam kehidupan manusia di beberapa bidang seperti astronomi, fisika, atas prakarsa banyak orang seperti Francis Bacon, Copernicus, Galileo, Keppler, Newton dan lain-lain. Dan deisme dimana semua itu adalah beberapa lompatan kecil dari manusia mengenai bentuk studi rasional terhadap alam yang selanjutnya diaplikasikan dalam teknik yang sama dalam agama. Di masa lalu para deist percaya bahwa ajaran agama dalam kitab-kitab suci berisi banyak kebenaran, tetapi mereka menolak konsep bahwa kebenaran itu merupakan wahyu Tuhan yang sempurna. Perkembangan dalam pemikirian manusia ini telah berhasil mendorong bangsa Eropa keluar dari zaman kegelapan, menuju masa reformasi dan renaissance yang menjadi tolak ukur kemajuan Eropa dalam peradaban manusia. Deisme klasik telah mendapat tempatnya di masyarakat pada itu.
Setelah itu, deisme mulai berkembang melewati samudra Atlantik, menuju Amerika. Dimana kemudian banyak dari para pemimpin revolusi Perancis dan Amerika dikabarkan mengikuti sistem kepercayaan ini. Beberapa diantaranya bapak pendiri Aerika Serikat, John Quincy Adams, Ethan Allen, Benjamin Franklin, Thomas Jefferson, James Madison, Thomas Paine dan George Washington merupakan penganut deisme. Para deist ini memainkan peran utama yang sangat penting dalam menciptakan prinsip pemisahan gereja dan negara, dan mendorong praktek-praktek kebebasan beragama yang kemudian tertulis secara resmi dalam amandemen pertama konstitusi kemerdekaan Amerika, yang merupakan gerakan revolusi perlawanan terhadap kolonialisme kerajaan Inggris sekaligus menjadi tonggak awal gerakan sekularisme dalam sejarah peradaban manusia. Bahkan deisme dijadikan sebagai patokan dasar dalam bidang pendidikan di sekolah-sekolah. Ilmu pengetahuna makin berkembang kala itu, karena mereka diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi pemikiran mereka dengan kebebasan dalam berfikir secara kritis dan skeptis. Tidak terbelenggu aturan-aturan institusi agama yang justru pada masa itu menghambat kemajuan manusia dalam banyak aspek penting.
Deisme, Cikal Bakal Free Thinker di Dunia Barat
Thomas Paine
Salah satu dokumen penting yang merupakan propaganda pola pemikiran deisme adalah sebuah essay yang ditulis oleh Thomas Paine dalam bentuk pamflet “The Age of Reason (1793–94)”, dimana dalam pamflet tersebut ia mempromosikan deisme dengan dalih pemikiran bebas, dan menentang dogma yang dibuat dalam institusi agama. Selain itu ia juga menerbitkan pamflet “Agrarian Justice” (1797), yang membahas asal-usul hak kepemilikan dan memperkenalkan konsep pendapatan minimum bagi seseorang. Pada tahun 1802, ia kembali ke Amerika Serikat setelah ia ditahan selama beberapa lama di Perancis karena tindakannya yang dianggap membahayakan Perancis, di mana kemudian ia meninggal pada tanggal 8 Juni 1809. Kono dikabarkan hanya enam orang menghadiri pemakamannya akibat pengasingan yang ia terima dan akibat stigma negatif dimana ia dianggap sebagai penentang agama (gereja). Namun dikemudian hari banyak yang menganggapnya sebagai salah satu pahlawan nasional dan “Bapak Revolusi Amerika” meskipun tidak secara resmi.
Tulisan-tulisan Thomas Paine pada masa itu mengundang atensi masyarakat pada umumnya dan beberapa tokoh penting yang mendambakan sebuah era baru untuk perbaikan nasib bangsa Amerika yang lelah dengan kolonialisme yang mereka terimna. Tulisannya memberikan pengaruh besar terutama bagi kaum revolusioner Amerika. Selain itu memicu meningkatnya gerakan deisme di Amerika dan mempengaruhi mereka yang menganut faham liberal, libertarian, feminis, sosialis demokratis, sosial demokrat, anarkis, pemikir bebas dan progresif. Kritik Paine terhadap agama dan anjuran mengenai digunakannya rasionalitas dalam agama juga mempengaruhi banyak pemikir bebas Inggris abad ke-19 dan 20 seperti William Cobbett, George Holyoake, Charles Bradlaugh, Christopher Hitchens dan Bertrand Russell.
Kemunduran deisme klasik
Setidaknya awal tahun 1800-an deisme klasik dianggap telah mengalami kemunduran sebagai unsur yang berpengaruh dalam konsep pendidikan modern. Setidaknya ada beberapa yang menjadi penyebab, seperti :
– Semakin berkembangnya konsep penyebaran naturalisme dan materialisme, yang menjurus kepada konsep atheistik.
– Munculnya beberapa tulisan David Hume dan Immanuel Kant (lalu Charles Darwin), yang meningkatkan lunturnya konsep deisme murni dan mengubah banyak penganut deisme menjadi atheis.
– Semakin banyaknya kritik kalangan cendekia berbasis agama dan apogis (terutama Kristen) terhadap deisme.
– Deisme tidak teroganisir secara resmi, hanya dalam bentuk filosofi individual, dan baru muncul di abad ke-20 dengan munculnya organisasi seperti World Union of Deists).
– Dengan munculnya Unitarianisme, dimana berdasarkan prinsip-prinsip deistik, seseorang penganut deisme klasik semakin dikenal sebagai seorang unitarian bukan sebagai deis.
– Kampanye anti-deis atau anti rasionalitas yang dilakukan oleh beberapa pendeta Kristen dan teolog seperti Johann Georg Hamann.
– Gerakan Kristen revivalis, seperti Pietisme atau Methodis, yang mengajarkan bahwa hubungan yang lebih pribadi dengan Tuhan sangat mungkin terjadi, hingga kesamaanya dengan deisme semakin mengaburkan konsep deisme secara umum.

https://mindpersona.wordpress.com/20.../11/23/deisme/

0
2.1K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan