- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
LASKAR PATAH HATI


TS
breaking182
LASKAR PATAH HATI
LASKAR PATAH HATI
Quote:

Quote:
Seorang pria ataupun seorang wanita mendambakan pasangan impian agar selalu bersama, dalam suka duka, berjuang bersama untuk mewujudkan kebahagiaan bersama sepanjang hidup, berbekal sebuah cinta yang (katanya) selamanya! Lalu benarkah “ cinta” yang selamanya itu ada?
Pertanyaan itu muncul di otak ku belakangan ini, setelah kejadian tahun 2014 kemaren tepatnya pertengahan Oktober. Semua yang sudah aku persiapkan, semua yang sudah aku perjuangkan selama tiga tahun ini hancur semua berantakan. Seperti remah –remah roti yang diguyur air seember. Hanyut hilang tidak berbekas. Dan dia berjalan keluar dari hidup ku tanpa menoleh,tanpa mendengar saat aku berlari mengejar serta memanggil namanya untuk sekedar berhenti dan menoleh sejenak ke arah ku.
Mencintai itu kata orang seperti membuat masakan, saat dibuat dengan komposisi yang tepat maka makanan akan terasa nikmat di lidah. Tapi, saat kita memasak tanpa tahu komposisi yang tepat makanan itu pasti akan terasa tidak enak bahkan bisa membuat keracunan.
Ada!Benarkah?!
Pertanyaan itu muncul di otak ku belakangan ini, setelah kejadian tahun 2014 kemaren tepatnya pertengahan Oktober. Semua yang sudah aku persiapkan, semua yang sudah aku perjuangkan selama tiga tahun ini hancur semua berantakan. Seperti remah –remah roti yang diguyur air seember. Hanyut hilang tidak berbekas. Dan dia berjalan keluar dari hidup ku tanpa menoleh,tanpa mendengar saat aku berlari mengejar serta memanggil namanya untuk sekedar berhenti dan menoleh sejenak ke arah ku.
Mencintai itu kata orang seperti membuat masakan, saat dibuat dengan komposisi yang tepat maka makanan akan terasa nikmat di lidah. Tapi, saat kita memasak tanpa tahu komposisi yang tepat makanan itu pasti akan terasa tidak enak bahkan bisa membuat keracunan.
Quote:
Lamunan ku buyar tatkala handphone bergetar, ada message di bbm. Message dari Nadia salah satu member di klub Bee Talk. Aku kenal Nadia sejak awal Januari 2015 kemaren, dia masuk jadi member klub yang aku buat. Nadia bekerja sebagai store manager disalah satu retail farmasi besar di Yogyakarta. Sejak awal Januari aku cenderung menyibukkan diri dengan pekerjaan dan dengan teman-teman lama atau baru. Sekedar untuk melupakan patah hati yang kadang masih terasa perihnya sampai saat ini.
“ Bos, malem nanti ada waktu gak? Aku punya voucher nonton di 21 Ambarukmo Plaza kalo gak ada acara nonton aja yuk “
Itu bunyi pesan yang muncul di layar handphone ku. Nadia selalu memanggil ku dengan sebutan Bos, entah apa maksudnya dan perasaan dia juga bukan anak buah ku.
“ Nonton Fast Furious 7?? “
Aku membalas chatnya di siang itu.
“ Aku gak suka film action, nonton Cinderella aja. Kata temen ku bagus tuh filmnya “
“ Ya uda deh,daripada aku membusuk di rumah pas week end gini “ , Aku mengiyakan ajakannya.
“ Bos, malem nanti ada waktu gak? Aku punya voucher nonton di 21 Ambarukmo Plaza kalo gak ada acara nonton aja yuk “
Itu bunyi pesan yang muncul di layar handphone ku. Nadia selalu memanggil ku dengan sebutan Bos, entah apa maksudnya dan perasaan dia juga bukan anak buah ku.
“ Nonton Fast Furious 7?? “
Aku membalas chatnya di siang itu.
“ Aku gak suka film action, nonton Cinderella aja. Kata temen ku bagus tuh filmnya “
“ Ya uda deh,daripada aku membusuk di rumah pas week end gini “ , Aku mengiyakan ajakannya.
Quote:
Malam itu aku jemput dia di depan kos, di daerah Danurejan. Jalanan relatif lengang untuk ukuran malam minggu dan aku tidak perlu bermacet –macet ria di jalan. Aku menunggu di depan pagar kos. Mobil aku tepikan agak mepet dengan tembok. Tak lama, Nadia muncul dengan baju seperti mau ke pesta sunatan : hitam-hitam, anting besar, dengan full make up. Sampai terlihat pertikel-partikel bedak yang dia pakai terlalu tebal seperti melihat ayam kentucky yang belum digoreng. Bahkan bedak –bedaknya itu sampai harus terbawa angin.
Seiring dia masuk ke mobil, aroma parfum Still J-Lo edisi refill ulang yang dia pakai langsung mengalahkan pengharum mobil di depan AC mobil ku yang sudah beberapa bulan tidak diganti. Hanya menyisakan kemasan tanpa beraroma sama sekali.
“ Parfum kamu kenapa banyak amat sih? Ini berasa lagi direndem di cairan pewangi pencuci baju“ kata ku sambil terbatuk-batuk.
Aku lalu melanjutkan, “ Ini sebenanya kita mau nonton atau ke kondangan sunatan sih? “
“ Udah deh jangan ngeledek, “ kata Nadia sambil memasang seat belt.
“ Kita nonton Cinderella itu moment paling istimewa buat ku. Karena aku pemberani dan baik hati kaya Cinderella yang suatu saat akan ada pangeran berkuda putih yang akan datang dan menjemputku”
“ Ini udah tahun 2015 kali, mana ada pangeran berkuda putih. Kamu kira ini jaman Singosari atau jaman Majapahit “,sahut ku sembari memutar kunci kontak. Tidak lama mobil yang aku kendarai bersama Nadia meluncur perlahan ke arah jalan Solo.
Nadia memang sangat tergila-gila dengan yang namanya cerita-cerita romance,chit chat nya di klub selalu membahas soal hati, perasaan dan obsesi-obsesinya tentang seorang pangeran berkuda putih.Ya, pas aku baca itu langsung pengen muntah dan berak di celana.
Seiring dia masuk ke mobil, aroma parfum Still J-Lo edisi refill ulang yang dia pakai langsung mengalahkan pengharum mobil di depan AC mobil ku yang sudah beberapa bulan tidak diganti. Hanya menyisakan kemasan tanpa beraroma sama sekali.
“ Parfum kamu kenapa banyak amat sih? Ini berasa lagi direndem di cairan pewangi pencuci baju“ kata ku sambil terbatuk-batuk.
Aku lalu melanjutkan, “ Ini sebenanya kita mau nonton atau ke kondangan sunatan sih? “
“ Udah deh jangan ngeledek, “ kata Nadia sambil memasang seat belt.
“ Kita nonton Cinderella itu moment paling istimewa buat ku. Karena aku pemberani dan baik hati kaya Cinderella yang suatu saat akan ada pangeran berkuda putih yang akan datang dan menjemputku”
“ Ini udah tahun 2015 kali, mana ada pangeran berkuda putih. Kamu kira ini jaman Singosari atau jaman Majapahit “,sahut ku sembari memutar kunci kontak. Tidak lama mobil yang aku kendarai bersama Nadia meluncur perlahan ke arah jalan Solo.
Nadia memang sangat tergila-gila dengan yang namanya cerita-cerita romance,chit chat nya di klub selalu membahas soal hati, perasaan dan obsesi-obsesinya tentang seorang pangeran berkuda putih.Ya, pas aku baca itu langsung pengen muntah dan berak di celana.
Quote:
Di sepanjang jalan dari rumahnya ke 21 Ambarukmo Plazza, topik obrolan kita berganti dari Cinderella ke teman-teman di klub. Salah satunya Bram, ini orang emang rada absurd. Doi terobsesi menjadi seorang angkatan dan nasib melemparkannya menjadi salah satu security di salah satu RS besar di Jogja.
“ Eh kamu tahu gak, si Bram kemana ya? Kemaren dia pamitkan sepuluh hari mau off. Ini udah hampir dua minggu gak nongol-nongol juga “
“ Kamu kangen ya? Tumben –tumbenan nyariin si Bram?”
“ Idih...enggak kali “
“ Katanya sih pulang ke planet Namec, nyari dragon ball?” jawab ku sekenanya.
“ Serius kali, kamu kira si Bram Pikkoro “
Ketika menaiki eskalator dari lantai dasar, Nadia berbicara tentang makanan yang menjadi favorit Eyangnya, pepes ikan nila yang dimasak dengan cara dibakar dalam tabung bambu. Aku sekali lagi cuma manggut-manggut, dalam hati aku berpikir kayanya lebih enakan pepes ikan piranha deh. Di sela antrean membeli tiket, Nadia masih saja membicarakan soal masakan.
“ Masakan itu juga punya jenis kelamin lho “
“ Apa iya? “
Dahi ku mengernyit bingung. Kalau makanan ada jenis kelamin terus kalau di campurin bisa kimpoi, bisa punya anak gitu? Dan aku kembali bingung di dalam hati.
“ Iya, contohnya ini Mbak-Mi, trus Mbak –Wan”
“ Kamu, ceritanya plesetan yah? “
Aku menggerutu dengan sebal.
“ Tahu gak boss, masak itu juga kaya hubungan percintaaan, kalo salah nyampur dikit pasti rasanya gak karu-karuan dan gak enak”
“ Aku tahu sekarang kenapa kau memiliki tubuh subur, terang saja dari dalam mobil sampai kita antri tiket kamu bahas makanan mulu “
Dan Nadia nyengir mendengar ledekanku barusan. Nadia baru berhenti membicarakan soal memasak ketika tiket Cinderella sudah terbeli. Aku bersandar, membelakangi counter popcorn di bioskop, Nadia memandangi dua tiket di tangan ku.
“ Kamu tahu gak sih?”
“ Enggak,” jawabku singkat.
“ Ya ampun, aku belom selesai tanya kali “
“ Oh ya deh, lanjutin aku kira cuma sampai di kamu tahu gak sih “
Aku nyengir-nyengir berlagak gila.
“ Kau pernah ngerasain patah hati terhebat? “
Aku mengambil pesanan popcorn yang barusan diberikan oleh pramuniaga makanan. Setengah kerepotan membawa popcorn di kedua tangan, aku balik bertanya.
“ Mengapa kau tiba –tiba bertanya seperti itu?”
Nadia tidak menjawab sama sekali, mulutnya masih juga berbicara setengah berbisik.
“ Aku masih ingat sakitnya gimana.” Sambil ngemilin popocorn dari tangan ku.
Aku membiarkan hening yang tidak enak lewat di antara kami, lalu aku bertanya.
“ Ini kamu mau bahas cowok atau mantan pacar mu yang bikin patah hati gitu,maksud mu?”
“ Iya,” jawab Nadia singkat
Sampai masuk ke studio bioskop Nadia tak kunjung berbicara. Keceriaannya yang tadi entah raib kemana. Jelas terlihat sorot matanya mencoba melupakan sesuatu yang selama ini selalu di pendam dan di kubur dalam-dalam jauh di memori otaknya. Beberapa kali Nadia hendak membuka mulut untuk berbicara, tapi seperti tertahan oleh sesuatu yang berat lalu menutup kembali. Hingga saat kita duduk di kursi bioskop. Nadia masih diam saja.
“ Eh, kamu gak apa-apa?”,tanya ku bingung.
Nadia mengangguk, seolah-olah menyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak ada apa-apa dan segalanya baik saja.
Lalu dia berkata, “ Udah kita nonton dulu saja,ngobrolnya nanti “
“ Eh kamu tahu gak, si Bram kemana ya? Kemaren dia pamitkan sepuluh hari mau off. Ini udah hampir dua minggu gak nongol-nongol juga “
“ Kamu kangen ya? Tumben –tumbenan nyariin si Bram?”
“ Idih...enggak kali “
“ Katanya sih pulang ke planet Namec, nyari dragon ball?” jawab ku sekenanya.
“ Serius kali, kamu kira si Bram Pikkoro “
Ketika menaiki eskalator dari lantai dasar, Nadia berbicara tentang makanan yang menjadi favorit Eyangnya, pepes ikan nila yang dimasak dengan cara dibakar dalam tabung bambu. Aku sekali lagi cuma manggut-manggut, dalam hati aku berpikir kayanya lebih enakan pepes ikan piranha deh. Di sela antrean membeli tiket, Nadia masih saja membicarakan soal masakan.
“ Masakan itu juga punya jenis kelamin lho “
“ Apa iya? “
Dahi ku mengernyit bingung. Kalau makanan ada jenis kelamin terus kalau di campurin bisa kimpoi, bisa punya anak gitu? Dan aku kembali bingung di dalam hati.
“ Iya, contohnya ini Mbak-Mi, trus Mbak –Wan”
“ Kamu, ceritanya plesetan yah? “
Aku menggerutu dengan sebal.
“ Tahu gak boss, masak itu juga kaya hubungan percintaaan, kalo salah nyampur dikit pasti rasanya gak karu-karuan dan gak enak”
“ Aku tahu sekarang kenapa kau memiliki tubuh subur, terang saja dari dalam mobil sampai kita antri tiket kamu bahas makanan mulu “
Dan Nadia nyengir mendengar ledekanku barusan. Nadia baru berhenti membicarakan soal memasak ketika tiket Cinderella sudah terbeli. Aku bersandar, membelakangi counter popcorn di bioskop, Nadia memandangi dua tiket di tangan ku.
“ Kamu tahu gak sih?”
“ Enggak,” jawabku singkat.
“ Ya ampun, aku belom selesai tanya kali “
“ Oh ya deh, lanjutin aku kira cuma sampai di kamu tahu gak sih “
Aku nyengir-nyengir berlagak gila.
“ Kau pernah ngerasain patah hati terhebat? “
Aku mengambil pesanan popcorn yang barusan diberikan oleh pramuniaga makanan. Setengah kerepotan membawa popcorn di kedua tangan, aku balik bertanya.
“ Mengapa kau tiba –tiba bertanya seperti itu?”
Nadia tidak menjawab sama sekali, mulutnya masih juga berbicara setengah berbisik.
“ Aku masih ingat sakitnya gimana.” Sambil ngemilin popocorn dari tangan ku.
Aku membiarkan hening yang tidak enak lewat di antara kami, lalu aku bertanya.
“ Ini kamu mau bahas cowok atau mantan pacar mu yang bikin patah hati gitu,maksud mu?”
“ Iya,” jawab Nadia singkat
Sampai masuk ke studio bioskop Nadia tak kunjung berbicara. Keceriaannya yang tadi entah raib kemana. Jelas terlihat sorot matanya mencoba melupakan sesuatu yang selama ini selalu di pendam dan di kubur dalam-dalam jauh di memori otaknya. Beberapa kali Nadia hendak membuka mulut untuk berbicara, tapi seperti tertahan oleh sesuatu yang berat lalu menutup kembali. Hingga saat kita duduk di kursi bioskop. Nadia masih diam saja.
“ Eh, kamu gak apa-apa?”,tanya ku bingung.
Nadia mengangguk, seolah-olah menyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak ada apa-apa dan segalanya baik saja.
Lalu dia berkata, “ Udah kita nonton dulu saja,ngobrolnya nanti “
Quote:
Keesokan harinya aku kembali ke rutinitas sehari-hari. Ngurusin kerjaan dan orderan yang berjubel di awal pekan. Berkutat dengan komponen-komponen komputer yang kadang-kadang membuat ku pusing dan migrain. Udara yang relatif sejuk karena Yogyakarta mendung sejak pagi tadi membuat nafasku sedikit lega.
“ Bund, aku mau ke JNE Glagah Sari maketin ini barang. Kayanya juga mau mampir ke makam Eyang. Uda lama gak nyekar “
“ Iya, ati-ati di jalan,” sahut nyokap ku tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi yang berada di ruang tengah.
Mobil ku merayap pelan di jalanan komplek rumah, melaju ke jalan Veteran dengan pelan. Sengaja pelan karena aku ingin menikmati udara Yogyakarta yang sedang bersahabat dan tidak panas menyengat seperti biasanya.
JNE di depan kampus UTY merupakan agen perwakilan dari pusat.Meski Cuma anak agent tapi setiap hari relatif ramai. Pak Joko adalah nama pemiliknya sudah hampir dua tahun aku mengenal beliau.
“ Banyak paketan hari ini Mas,” saat melihat aku mengeluarkan paketan dari belakang jok mobil.
“ Lumayan pak, rejeki anak yang tersakiti “, jawab ku berkelakar.
Sekitar lima belas menit paketan ku telah selesai di entry dan akan di kirim. Setelah menerima resi pengiriman dan membayar biaya ongkos kirim. Aku segera meninggalkan JNE. Langkah ku terhenti di depan pintu mobil yang aku parkir di bahu jalan depan kampus UTY, handphone ku bergetar-getar ada telpon dari Nadia.
“ Boss kamu musti ke sini deh. Kamu musti tanggung jawab!”
“ Tanggung jawab apaan? Bukannya tadi malem kita cuma nonton ya? Kita gak ngapa -ngapain”, tanya ku kebingungan.
“ Pokoknya kamu musti ke sini,temuin aku, ada sesuatu yang harus kamu tahu “
“ Emang kenapa sih?”
“ Sudah jangan banyak tanya buruan kemari aku tunggu di food court Taman Sari lantai atas Ambarukmo Plazza. Buruan.” Nadia menutup telpon.
“ Bund, aku mau ke JNE Glagah Sari maketin ini barang. Kayanya juga mau mampir ke makam Eyang. Uda lama gak nyekar “
“ Iya, ati-ati di jalan,” sahut nyokap ku tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi yang berada di ruang tengah.
Mobil ku merayap pelan di jalanan komplek rumah, melaju ke jalan Veteran dengan pelan. Sengaja pelan karena aku ingin menikmati udara Yogyakarta yang sedang bersahabat dan tidak panas menyengat seperti biasanya.
JNE di depan kampus UTY merupakan agen perwakilan dari pusat.Meski Cuma anak agent tapi setiap hari relatif ramai. Pak Joko adalah nama pemiliknya sudah hampir dua tahun aku mengenal beliau.
“ Banyak paketan hari ini Mas,” saat melihat aku mengeluarkan paketan dari belakang jok mobil.
“ Lumayan pak, rejeki anak yang tersakiti “, jawab ku berkelakar.
Sekitar lima belas menit paketan ku telah selesai di entry dan akan di kirim. Setelah menerima resi pengiriman dan membayar biaya ongkos kirim. Aku segera meninggalkan JNE. Langkah ku terhenti di depan pintu mobil yang aku parkir di bahu jalan depan kampus UTY, handphone ku bergetar-getar ada telpon dari Nadia.
“ Boss kamu musti ke sini deh. Kamu musti tanggung jawab!”
“ Tanggung jawab apaan? Bukannya tadi malem kita cuma nonton ya? Kita gak ngapa -ngapain”, tanya ku kebingungan.
“ Pokoknya kamu musti ke sini,temuin aku, ada sesuatu yang harus kamu tahu “
“ Emang kenapa sih?”
“ Sudah jangan banyak tanya buruan kemari aku tunggu di food court Taman Sari lantai atas Ambarukmo Plazza. Buruan.” Nadia menutup telpon.
Quote:
Setengah jam kemudian, di lantai atas food court aku duduk di hadapan Nadia. Dia duduk dengan gelisah mukanya sedikit pucat, mata memerah rada sembab, rambutnya sedikit acak-acakan. Blazer kerjanya juga tampak kusut, beberapa kancing juga dibiarkan terbuka.
Penampilan ku juga gak kalah lusuh t-shirt putih yang udah rada basah dan lembab kena keringet dipadu dengan celana jeans belel yang sobek dikedua lutut. Aku lihat 5 gelas orange juice di meja sudah kosong isinya, pengen banget aku ngomong emang lima gelas itu kamu pesen buat cuci muka?
Aku membuka percakapan
“ Sebenarnya ada apa sih?”
“ Kamu masi inget yang kita bicarakan semalem? Yang soal patah hati?”
“ Iya, aku ingat. Kenapa Nad? “
“ Gini, aku sebenarnya punya pengalaman patah hati yang begitu dasyat dan hebat. Seperti meletusnya Gunung Vesuvius di daratan Italia. Booom!! Semua meletus hancur berkeping-keping tanpa ada yang tersisa. Meluluh lantakan semuanya. Dan ini real, nyata. Seperti jungkir balik dunia waktu itu “
”Aku selalu memendam dan berusaha melupakan hal itu. Ibarat file di komputer, kenangan itu sudah aku delete lalu rycycle bin udah aku empty-kan tapi tadi malam karena pertanyaan mu. Memory itu datang lagi, kenangan itu muncul lagi seperti menyergap seluruh syaraf dan segar ada di otak ku. Seperti baru kemaren kejadian itu “
Aku menghela nafas, “Terus gimana ceritanya?”
“ Aku bertemu dia untuk pertama kalinya dalam sebuah pertunjukan band di fakultas ku sekitar enam tahun yang lalu. Dia seorang gitaris hebat menurut ku. Saat aku melihatnya aku tiba –tiba merasa jatuh cinta. Ya, jatuh cinta. Naif dan bodoh menurutku “
“ Melalui seorang kawanku akhirnya aku bisa berkenalan dengannya. Pertemuan itu di salah satu kafe tenda di seputaran Seturan. Kita bertiga, aku, Johan dan dia yang bernama Aska. Banyak hal yang aku obrolkan dan aku ketahui tentang Aska setelah pertemuan itu. Dia seorang pekerja keras selain sebagai salah satu mahasiswa, dia juga kerja part time untuk sekedar mencari uang jajan sendiri “
“ Setelah pertemuan itu kita semakin dekat, beberapa kali aku sempat diajak berkunjung ke rumahnya. Di kenalkan dengan keluarganya. Sejak itu aku ngerasa dia adalah love my life. Kita semakin dekat, tapi perlu kamu ketahui perjalanan cinta selalu aja ada kendala. Cek cok kecil, perbedaan prinsip hal yang wajar dan kami berhasil mengatasinya dengan happy ending. Beruntungnya aku lagi, orang tua ku sangat welcome dengan Aska. Beberapa kali aku ajak bertemu dengan kedua orang tua ku di Pati dan tanggapan mereka sangat bagus “
Nadia berhenti bercerita, lalu mengaduk orange juice yang masih setengah gelas dengan sedotan lalu menenggaknya hingga ludes. Blazernya dilepas sehingga menyisakan kemeja putih yang melekat di badannya. Dia memandang ke arah orang yang berlalu-lalang naik turun di eskalator, lalu menggumam sendiri.
“ Ini kita mulai dari hal yang paling tidak enak. Aku tak tahu bagaimana untuk memulainya. Aku gak pernah cerita ke orang lain. Aku...aku.. gak tahu apakah sudah tepat untuk berbicara dengan kamu soal masalah ini “
Suaranya bergetar, lalu Nadia menggigit bibirnya sendiri.
“ Kalo kamu gak mau lanjutin gak apa-apa Nad, aku ngerti kok “.
“ Enggak, aku harus mengeluarkan ini di dada. Puncaknya tahun 2013 kemaren aku lulus dan memutuskan untuk menikah dengan Aska. Pada saat itu usaha dia di bidang advertaising sudah mulai berkembang dan aku pun sedang menjalani training di sebuah apotek besar di Yogyakarta”
“ Photo Pre wedd sudah, undangan sudah di cetak tinggal disebar. Cuma H-10 dari hari pernikahan kita malapetaka itu datang. Tak pernah aku bayangkan dia tiba-tiba membatalkan rencana pernikahan kita dengan alasan yang menurutku gak wajar dan cenderung di buat-buat”.
“ Kau tahu apa yang terjadi....”
Nadia menghentikan ceritanya, matanya menatapku dengan kosong.
“ Tiga hari kemudian aku dengar kabarnya ia telah melangsungkan pertunangan dan yang lebih menyakitkan lagi...Ia menikah sama tanggal dan bulannya dengan pernikahan kami yang gagal“
Giliran pikiran ku yang menerawang. Kenang-kenangan masa lalu terbang seperti potongan – potongan puzzle di kepalaku dan berhenti pada saat kepingan itu menyatu menjadi sebuah gambar. Seorang gadis memakai kebaya putih dan kain jarik batik bercorak sido mukti sementara aku memakai setelah jas berwarna hitam. Aku dulu pacaran dan sangat sayang pada gadis ini.
Foto yang aku temukan adalah saat aku memeluknya dari belakang, layaknya orang yang lagi cinta-cintanya dan sudah pasti jadi suami istri. Dia tersenyum, aku juga. Semenjak kita putus dan dia memilih untuk mengakhiri pertunangan lalu meninggalkan aku dan saat memandang foto itu kembali, aku seperti melihat dua orang yang tidak saling kenal. Hubungan yang sudah menjadi asing dan hambar bahkan mati.
“ Bos? Kamu dengerin aku gak sih?!” tanya Nadia dengan suara serak dan parau hampir tidak terdengar.
“ Iya sorry, tadi aku terhanyut oleh cerita mu,” jawab ku
Nadia berkata lagi.
“ Cinta tulus itu tidak selalu dibalas dengan sesuatu yang baik dan itu selalu ada di dalam kehidupan nyata, aku baru tahu saat itu. Sebelumnya aku berfikir kalau kita tulus maka balasannya juga tulus. Tapi ternyata itu adanya hanya dalam film drama dan lirik lagu mellow”.
Nadia lalu menyeka satu butir air mata yang tersangkut di ujung bola matanya. Dan aku masih terdiam terhempas di sudut kegelapan yang sampai hari ini sedang aku perjuangkan untuk bangkit dari sana. Berjalan tegak dan tersenyum lepas, tapi kapan? Mungkin dengan seiring berjalannya waktu, seperti luka lama –lama juga akan kering dengan sendirinya.
Penampilan ku juga gak kalah lusuh t-shirt putih yang udah rada basah dan lembab kena keringet dipadu dengan celana jeans belel yang sobek dikedua lutut. Aku lihat 5 gelas orange juice di meja sudah kosong isinya, pengen banget aku ngomong emang lima gelas itu kamu pesen buat cuci muka?
Aku membuka percakapan
“ Sebenarnya ada apa sih?”
“ Kamu masi inget yang kita bicarakan semalem? Yang soal patah hati?”
“ Iya, aku ingat. Kenapa Nad? “
“ Gini, aku sebenarnya punya pengalaman patah hati yang begitu dasyat dan hebat. Seperti meletusnya Gunung Vesuvius di daratan Italia. Booom!! Semua meletus hancur berkeping-keping tanpa ada yang tersisa. Meluluh lantakan semuanya. Dan ini real, nyata. Seperti jungkir balik dunia waktu itu “
”Aku selalu memendam dan berusaha melupakan hal itu. Ibarat file di komputer, kenangan itu sudah aku delete lalu rycycle bin udah aku empty-kan tapi tadi malam karena pertanyaan mu. Memory itu datang lagi, kenangan itu muncul lagi seperti menyergap seluruh syaraf dan segar ada di otak ku. Seperti baru kemaren kejadian itu “
Aku menghela nafas, “Terus gimana ceritanya?”
“ Aku bertemu dia untuk pertama kalinya dalam sebuah pertunjukan band di fakultas ku sekitar enam tahun yang lalu. Dia seorang gitaris hebat menurut ku. Saat aku melihatnya aku tiba –tiba merasa jatuh cinta. Ya, jatuh cinta. Naif dan bodoh menurutku “
“ Melalui seorang kawanku akhirnya aku bisa berkenalan dengannya. Pertemuan itu di salah satu kafe tenda di seputaran Seturan. Kita bertiga, aku, Johan dan dia yang bernama Aska. Banyak hal yang aku obrolkan dan aku ketahui tentang Aska setelah pertemuan itu. Dia seorang pekerja keras selain sebagai salah satu mahasiswa, dia juga kerja part time untuk sekedar mencari uang jajan sendiri “
“ Setelah pertemuan itu kita semakin dekat, beberapa kali aku sempat diajak berkunjung ke rumahnya. Di kenalkan dengan keluarganya. Sejak itu aku ngerasa dia adalah love my life. Kita semakin dekat, tapi perlu kamu ketahui perjalanan cinta selalu aja ada kendala. Cek cok kecil, perbedaan prinsip hal yang wajar dan kami berhasil mengatasinya dengan happy ending. Beruntungnya aku lagi, orang tua ku sangat welcome dengan Aska. Beberapa kali aku ajak bertemu dengan kedua orang tua ku di Pati dan tanggapan mereka sangat bagus “
Nadia berhenti bercerita, lalu mengaduk orange juice yang masih setengah gelas dengan sedotan lalu menenggaknya hingga ludes. Blazernya dilepas sehingga menyisakan kemeja putih yang melekat di badannya. Dia memandang ke arah orang yang berlalu-lalang naik turun di eskalator, lalu menggumam sendiri.
“ Ini kita mulai dari hal yang paling tidak enak. Aku tak tahu bagaimana untuk memulainya. Aku gak pernah cerita ke orang lain. Aku...aku.. gak tahu apakah sudah tepat untuk berbicara dengan kamu soal masalah ini “
Suaranya bergetar, lalu Nadia menggigit bibirnya sendiri.
“ Kalo kamu gak mau lanjutin gak apa-apa Nad, aku ngerti kok “.
“ Enggak, aku harus mengeluarkan ini di dada. Puncaknya tahun 2013 kemaren aku lulus dan memutuskan untuk menikah dengan Aska. Pada saat itu usaha dia di bidang advertaising sudah mulai berkembang dan aku pun sedang menjalani training di sebuah apotek besar di Yogyakarta”
“ Photo Pre wedd sudah, undangan sudah di cetak tinggal disebar. Cuma H-10 dari hari pernikahan kita malapetaka itu datang. Tak pernah aku bayangkan dia tiba-tiba membatalkan rencana pernikahan kita dengan alasan yang menurutku gak wajar dan cenderung di buat-buat”.
“ Kau tahu apa yang terjadi....”
Nadia menghentikan ceritanya, matanya menatapku dengan kosong.
“ Tiga hari kemudian aku dengar kabarnya ia telah melangsungkan pertunangan dan yang lebih menyakitkan lagi...Ia menikah sama tanggal dan bulannya dengan pernikahan kami yang gagal“
Giliran pikiran ku yang menerawang. Kenang-kenangan masa lalu terbang seperti potongan – potongan puzzle di kepalaku dan berhenti pada saat kepingan itu menyatu menjadi sebuah gambar. Seorang gadis memakai kebaya putih dan kain jarik batik bercorak sido mukti sementara aku memakai setelah jas berwarna hitam. Aku dulu pacaran dan sangat sayang pada gadis ini.
Foto yang aku temukan adalah saat aku memeluknya dari belakang, layaknya orang yang lagi cinta-cintanya dan sudah pasti jadi suami istri. Dia tersenyum, aku juga. Semenjak kita putus dan dia memilih untuk mengakhiri pertunangan lalu meninggalkan aku dan saat memandang foto itu kembali, aku seperti melihat dua orang yang tidak saling kenal. Hubungan yang sudah menjadi asing dan hambar bahkan mati.
“ Bos? Kamu dengerin aku gak sih?!” tanya Nadia dengan suara serak dan parau hampir tidak terdengar.
“ Iya sorry, tadi aku terhanyut oleh cerita mu,” jawab ku
Nadia berkata lagi.
“ Cinta tulus itu tidak selalu dibalas dengan sesuatu yang baik dan itu selalu ada di dalam kehidupan nyata, aku baru tahu saat itu. Sebelumnya aku berfikir kalau kita tulus maka balasannya juga tulus. Tapi ternyata itu adanya hanya dalam film drama dan lirik lagu mellow”.
Nadia lalu menyeka satu butir air mata yang tersangkut di ujung bola matanya. Dan aku masih terdiam terhempas di sudut kegelapan yang sampai hari ini sedang aku perjuangkan untuk bangkit dari sana. Berjalan tegak dan tersenyum lepas, tapi kapan? Mungkin dengan seiring berjalannya waktu, seperti luka lama –lama juga akan kering dengan sendirinya.
Diubah oleh breaking182 11-02-2019 19:57


anasabila memberi reputasi
3
1.1K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan