Kaskus

News

sukhoivsf22Avatar border
TS
sukhoivsf22
Bahaya Pasir Limbah Marunda Ancam Manusia, Tanaman, dan Hewan
Penulis: Widia Primastika
12 Januari 2019

Bahaya Pasir Limbah Marunda Ancam Manusia, Tanaman, dan Hewan
Petugas Dinas Lingkungan Hidup
DKI Jakarta mengamati gundukan
tanah yang diduga tercemar
limbah B3 di kawasan Marunda,
Jakarta, Rabu (9/1/2019).

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
A/aww.

Limbah Spent Bleaching Earth
(SBE) yang ditemukan di
Marunda berasal dari limbah
minyak kelapa sawit. Tak hanya
berbahaya bagi kesehatan
manusia, tapi juga bagi tanah dan
lingkungan.


tirto.id - Perhatian warga
Marunda belakangan ini tersita
oleh pasir dan tanah yang
terkontaminasi oleh limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun).
Pasir yang dijual bebas di
kawasan tersebut berasal dari
olahan minyak kelapa sawit.

Menurut laporan Tirto
sebelumnya, limbah yang terletak
di seberang Sekolah Dasar
Negeri 02 Marunda, Cilincing,
Jakarta Utara, dijual dengan
harga Rp200.000-Rp700ribu per
truk kecil dan besar. Biasanya,
warga menggunakan pasir
tersebut untuk menguruk
bangunan.

Lurah Marunda Hilda Damayanti
mengatakan kebiasaan warga
menggunakan pasir tersebut
telah berlangsung sejak lama.

Alasannya adalah harga yang
terjangkau. “Warga tidak
mengetahui ini limbah
berbahaya,” ujar Hilda.

Direktur Jenderal Pengelolaan
Sampah, Limbah, dan Bahan
Beracun Berbahaya (PSLB3) Rosa
Vivien Ratnawati menyebutkan
bahwa instansinya telah
menemukan 7 titik penimbunan di
kawasan Marunda, Cilincing, yang
diduga sebagai limbah Bahan
Beracun Berbahaya (B3) Spent
Bleaching Earth (SBE) dengan
jumlah sebesar 379,95 meter
kubik.

“Berdasarkan informasi, aktifitas
pembuangan limbah SBE ini
dilakukan setiap pukul 2 dini hari
sejak tiga minggu lalu,” ungkap
Vivien kepada Tirto.

Apa itu Spent Bleaching Earth?

Spent bleaching earth atau SBE
adalah limbah padat yang berasal
dari proses pemurnian minyak
kelapa sawit, seperti minyak
goreng dan bahan-
bahan oleochemical lainnya.

Menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun ( PDF),
spent bleaching earth atau SBE
dikategorikan dalam jenis limbah
B3 yang bersumber dari proses
industri oleochemical dan/atau
pengolahan minyak hewani atau
nabati.

Berdasarkan aturan tersebut,
limbah B3 memiliki karakteristik
seperti mudah meledak, mudah
menyala, reaktif, infeksius,
korosif, dan beracun. Spent
Bleaching Earth (SBE) merupakan
limbah B3 kategori bahaya 2, yang
melalui pengujian TCLP,
toksikologi LD , dan toksikologi
subkronis.

Merujuk situs resmi Badan
Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) ( PDF), uji
TCLP digunakan untuk
menentukan kecenderungan
limbah mengalami leaching. Pada
limbah kategori bahaya 2,
konsentrasi zat pencemar lebih
kecil dan atau sama dengan
konsentrasi zat pencemar pada
kolom TCLP-A, dan memiliki
konsentrasi zat pencemar lebih
besar dari konsentrasi zat
pencemar pada kolom TCLP-B.

Pengujian lain yang dilakukan
adalah uji toksikologi LD yang
digunakan untuk mengukur
potensi jangka pendek keracunan
(toksisitas akut) dari suatu
material. Dalam pengujian ini,
limbah beracun memiliki nilai uji
lebih besar dari 50 miligram per
kilogram berat badan hewan uji
dan lebih kecil dari atau sama
dengan 5000 miligram per
kilogram berat badan hewan uji.

Masih merujuk keterangan BPPT,
uji toksikologi subkronis dilakukan
berdasarkan pengamatan
terhadap pertumbuhan,
akumulasi atau biokonsentrasi,
studi perilaku respons antar-
individu hewan uji, dan/atau
hispatologis.

Bahaya Spent Bleaching Earth

Direktur Jenderal Pengelolaan
Sampah, Limbah, dan Bahan
Beracun Berbahaya (PSLB3) Rosa
Vivien Ratnawati menyampaikan
bahwa SBE termasuk dalam
kategori limbah B3 karena
mengandung logam berat dan
minyak, seperti: Zn, Si, oil, dan
grease.

Vivien juga mengatakan bahwa
kandungan logam berat pada
SBE tak hanya berbahaya bagi
lingkungan, karena bisa
mencemari tanah dan air, tapi
juga membahayakan kesehatan
manusia.

Merujuk situs WebMD, logam
berat bisa meracuni tubuh tak
hanya melalui makanan atau
minuman yang tercemar, tapi
juga melalui debu atau asap yang
kita hirup.

Ada beberapa tanda tubuh kita
mengalami keracunan logam
berat, di antaranya tanda akut
yang meliputi mati rasa, sakit dan
ingin muntah, hingga pingsan.

Adapun gejala keracunan kronis
logam berat adalah sakit kepala,
merasa lemah dan lelah, rasa
sakit pada sendi dan otot, serta
konstipasi.

Singh Jiwan dan Kalamdhad Ajay
S. dalam studi berjudul “Effects
of Heavy Metals on Soil, Plants,
Human Health and Aquatic
Life” (2011, PDF) menuliskan
bahwa logam berat bisa
berpengaruh pada tanah. Polusi
logam berat tak hanya
berdampak buruk pada kualitas
dan hasil tanaman, tapi juga
menyebabkan perubahan dalam
ukuran, komposisi, dan aktivitas
mikroba.

Jiwan dan Ajay menjelaskan
bahwa logam berat memiliki efek
beracun terhadap tanah karena
mempengaruhi aktivitas enzim
tanah. Dampaknya, aktivitas
mikroorganisme di tanah akan
terpengaruh dan mikroorganisme
yang melakukan sintesis enzim
bisa lenyap.

Elemen Zn yang terkandung
dalam Spent Bleaching Earth
memang menjadi elemen penting
untuk pertumbuhan dan
metabolisme tanaman. Namun,
zat tersebut bisa meracuni
tanaman jika diberikan dalam
konsentrasi berlebih.

Selain itu, Jiwan dan Ajay juga
mengungkapkan bahwa
penyerapan logam berat oleh
tanaman bisa mengancam
kesehatan manusia dan hewan
yang berada dalam satu lingkaran
rantai makanan.

Kadar akumulasi logam berat
pada tanaman berbeda-beda di
setiap setiap spesies,
tergantung pada seberapa
efisien tanaman menyerap
logam. Pada bayam misalnya,
logam Zn akan terserap lebih
banyak pada musim panas.

Jika tercemar logam berat, bukan
tak mungkin pertumbuhan
tanaman melemah dan
metabolismenya terganggu.

artikel terkait LIMBAH
atau tulisan menarik lainnya Widia
Primastika

(tirto.id - wda/msh)
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani

https://tirto.id/bahaya-pasir-limbah...dan-hewan-dd9d
0
1.6K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan