- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Wawancara dengan Ustadz Marzuki Imron alias Ustadz Naruto: Anime itu Tidak
TS
dragonroar
Wawancara dengan Ustadz Marzuki Imron alias Ustadz Naruto: Anime itu Tidak
Wawancara dengan Ustadz Marzuki Imron alias Ustadz Naruto: Anime itu Tidak Sekedar Fun, tetapi Juga Ada Hikmahnya
Semua itu ada hikmahnya!
Naufal Bayuaji Pawenang
-
14 January 2019
Beberapa waktu lalu, salah satu staf KAORI sempat menemui seorang figur yang menarik. Ia adalah Marzuki Imron atau yang akrab disapa sebagai Ustadz Naruto. Beliau adalah seorang da’i, namun beliau memiliki karakteristik yang menarik, di mana dalam menyampaikan ceramahnya ia bercosplay menjadi Naruto dan sering kali mengambil contoh-contoh dari cerita animenya maupun ranah pop culture lainnya. Selain itu, ia juga tergabung dalam kelompok Superhero Beramal di mana mereka melakukan kegiatan bakti sosial melalui hobi cosplay.
Penasaran dengan sosoknya? Berikut petikan wawancara kami bersama Ustadz Naruto.
Assalamualaikum, saya dari KAORI Nusantara. Nama saya Naufal Bayuaji Pawenang. Kontributor Newsline untuk DAOP 8. Saat ini saya sedang bertemu dengan salah satu ustadz yang cukup menarik karena beliau menggunakan personifikasi tokoh populer dari majalah komik Weekly Shonen Jump yaitu sang Hokage Uzumaki Naruto. Nah, bisa kita perkenalan dahulu pak Ustadz?
Bismillahirohmanirahim, Assalamualaikum wr. Wb. Nama saya Marzuki Imron, teman-teman di Surabaya ini banyak yang memanggil saya Ustadz Naruto karena banyak ceramah-ceramah banyak menggunakan contoh dari anime Naruto.
Anda menggunakan tema Naruto sebagai sarana dakwah. Menurut sepengetahuan saya, komik Shonen Jump itu ada Naruto, Bleach, One Piece dan Dragon Ball. Kenapa kok menggunakan Naruto sebagai contoh?
Saya sebenarnya juga penggemar Bleach dan Dragon Ball. Saya nonton semuanya. Untuk One Piece kalau dibilang sebagai penggemar tidak, namun saya tetap menonton. Kenapa saya menjatuhkan pilihan ke Naruto karena memang ada beberapa episode Naruto, khususnya episode awal itu telah mengubah hidup saya. Ada banyak sekali pelajaran-pelajaran moral yang ada di dalam anime Naruto. Kalau disampaikan ke masyarakat luas sebenarnya anime itu tidak hanya fun fun saja tapi juga ada pelajaran dan hikmah berharga yang kita bisa tiru dalam kehidupan sehari-hari.
(C) Naufalbepe for KAORI Nusantara – Suasana Ceramah Ustadz Naruto
Ini, seperti yang barusan, pak Ustadz berdakwah dengan mereferensikan pop culture seperti itu. Kenapa ya Anda menggunakan referensi seperti itu?
Jadi, asal mulanya itu saya memang tidak ada pikiran bahwa “ooh saya akan menggunakan metode ini,” tidak. Memang itu mengalir. Ketika saya menyampaikan sesuatu tiba-tiba memberikan contoh yang bisa dipahami oleh anak muda pada zamannya. Melihat anak zaman muda ini hal yang mereka gampang mengerti adalah pop culture, entah itu anime Jepang, entah itu drama Korea, entah itu drama Taiwan dan sebagainya. Yang saya pahami anak muda zaman ini dia lebih mudah menerima sesuatu kalau kita menggunakan bahasa mereka. Bahasa milenial, bahasa familiar untuk mereka. Makanya, saya ambil contoh-contoh tersebut. Contoh contoh pop culture. dan itu juga ternyata, bagi saya seorang umat Islam yang mengikuti Nabi Muhammad SAW, itu ternyata juga dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Bahwa Beliau sendiri berkata “bicaralah dengan bahasa kaummu.” Kalau kaummu itu kaum-kaum milenial yang menggunakan bahasa anime, bicaralah dengan bahasa anime. Kalau kaummu kaum-kaum menggunakan bahasa Mobile Legendsya kita pakai bahasa Mobile Legends, itu sih yang saya pelajari dulu.
Sekarang kita kembali ke Naruto, nggih. Menurut Anda, sejak tahun 2012 Anda menjadi “Ustadz Naruto.” Aslinya kenapa ya?
Nah begini. Jadi saya tidak pernah mengklaim bahwa diri saya “Ustadz Naruto”, tidak pernah. Itu ceritanya, saya lagi ceramah di PENS (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya). Ketika saya ceramah di sana, saya bawa jaket Naruto. Sebenarnya tidak ada alasan apa-apa saya mengenakan jaket tersebut. Memang saya pecinta kartun Naruto yang di mana-mana saya kenakan jaket itu. Sejak saat itu setiap kali bertemu teman-teman di PENS mereka menyebut saya Ustadz Naruto. Apalagi kalau saya ngomong sedikit-sedikit saya bawa contoh Naruto. Jadi, dari omongan dan kostum akhirnya mereka menyimpulkan “Oooh orang ini benar disebut Ustadz Naruto”. Jadi itu mereka yang menggelari saya Ustadz Naruto.
(C) Naufalbepe for KAORI Nusantara – Para santri sedang berpose dengan anggot Beramal
(C) Naufalbepe for KAORI Nusantara
Oh menarik sekali. Lalu, sepengetahuan saya Anda ini sepertinya menjadi tokoh penting di dalam kelompok Superhero Beramal. Bisa diceritakan tentang organisasinya?
Jadi begini, saya awal mulanya berdakwah dalam artian secara pribadi. Artinya saya berdakwah dengan cara saya sendiri yang semoga bisa diterima oleh orang. Nah, sedangkan teman-teman Superhero Beramal ini adalah teman-teman yang istilahnya mencintai dunia pop culture khususnya Costum Player, entah itu dari anime, film-film pop culture lainnya seperti Marvel atau DC dan sebagainya. Tiga tahun yang lalu mereka berpikir bahwa “kalau hobi kita ini bukan ingin jadi sekedar hobi, tetapi untuk sesuatu yang bermanfaat”. Maka mereka mendirikan komunitas Superhero Beramal, yang acaranya mereka mengenakan kostum cosplay,sambil bikin acara mengumpulkan donasi. Mereka juga membuat bakti sosial yang hasilnya itu nanti akan diberikan ke orang yang membutuhkan.
Jadi asal mulanya Superhero Beramal itu jalan sendiri dan saya juga jalan sendiri. Hingga akhirnya kita ketemu, sama-sama saling tertarik, dan memiliki satu visi bahwa kita sama-sama pecinta pop culture, bagaimana kalau kita membuat kajian, sharing, atau diskusi yang berhubungan dengan pop culture. Yang datang boleh siapapun yang intinya mereka mau belajar dari apapun. Tidak harus dari ilmu-ilmu yang biasa dipelajari oleh yang ngaji, tapi juga film-film yang mungkin tidak semua orang paham.

Ah baik. Nah, kalau kita berbicara yang agak serius. Kita boleh berkata lah kalau pak Ustadz ini memiliki metode yang dapat kita katakan sebagai “berbeda” dengan da’i lainnya. Apakah ada oknum yang kurang berkenan dengan metode dakwah Anda?
Kalau ditanya apakah ada, memang ada mas. Ketika kita bikin acara ini pertama kali, komentar dari media sosial, laman Facebook, laman meme–meme atau Instagram dan lainnya itu banyak sekali. Baik dari yang pro maupun dari kontra. Yang kontra ada mulai dari menggunakan kata yang sopan sampai yang tidak sopan. Yang kontra bahkan sampai membawakan dalil ayat dari Al-Quran juga ada. Kalau dari kami pribadi, kami terima sebagai bahan perbaikan bagi kami semua. Kami memang melihat kalau ini sesuatu yang tidak baik, ya kami perbaiki. Kalau kami merasa apa yang mereka sampaikan itu tidak tepat, ya sudah kami terima saja apapun yang mereka sampaikan. Yang terpenting kami fokus untuk mengajak orang-orang lain menjadi lebih baik. Yang orang-orang itu tidak pernah diajak oleh orang-orang lain karena mereka adalah komunitas yang tidak pernah disentuh oleh komunitas-komunitas dakwah.
(C) Naufalbepe for KAORI Nusantara
Iya. Ini dalam konteks yang sama, kita juga melihat bahwa banyak alim ulama itu resah dengan generasi milenial, gen Z, dan sebagainya karena mereka lebih meneladani artis atau tokoh tokoh yang dapat kita bilang kurang pantas lahuntuk diteladani. Panjenengan ternyata malah mengambil Naruto yang notabene tokoh fiksi?
Apakah dengan figur Naruto ini bisa memberikan manfaat? Bisa apabila kita tahu bahwa tidak hanya Naruto, dari film apapun kita dapat mengambil hikmah dan manfaat dari apa yang kita lihat. Kenapa saya memilih Naruto karena ada satu bagian khusus dari anime itu mengubah hidup saya seluruhnya. Ada satu episode di Naruto pada saat ujian Chuunin di mana Naruto melawan Neji.
Saya masih ingat betul pada saat itu hidup saya sedang banyak kesedihan. Saya sedang berjuang dengan tugas akhir saat saya masih kuliah dan juga sedang dirundung banyak masalah. Saat itu saya menganggap bahwa Tuhan sedang tidak baik pada saya. Hingga saya menemukan episode Naruto saat ia ujian Chuunin melawan Neji. Saya ingat kalimatnya Naruto pada Neji seperti ini: “Neji, kamu selalu menyalahkan nasib. Kamu selalu menyalahkan takdir sehingga kamu pesimis dalam kehidupanmu. Kamu tahu Neji, jurus kagebunshin-ku ini adalah jurus yang membuatku gagal ujian ninja tiga kali. Tapi karena aku tidak menyerah pada takdirku, aku mencoba mempelajari jurus ini, maka jurus ini yang sekarang mengalahkanmu. Kata siapa kita itu kalah dengan takdir kita. Kalau kau ingin mengubah takdirku maka ubahlah takdirku. Kalau kau sebagai seorang Hyuuga tidak ingin mengubah takdirmu, maka biarkanlah aku jadi Hokage dan akan aku ubah takdir Hyuuga untukmu.”, itulah yang mengubah hidup saya.
Pak Ustadz kan menggunakan pop culture sebagai sarana dakwahnya. Selain anime, apakah pak Ustadz mengikuti bentuk budaya populer yang lain?
Kebetulan, saya ini penggemar film. Tidak hanya Naruto, tokusatsu itu saya juga suka. Maksudnya pribadi itu pengkoleksi film tokusatsu mulai dari zaman Showa hingga Heisei. Samurai Sentai saya juga menonton, Ultraman saya juga menonton. Saya melihat banyak macam film dan saya memang suka. Khususnya teman-teman Jepang itu kreativitasnya luar biasa. Misalnya Bleach. Tidak semua orang bisa mengembangkan konsep shinigami. Jepang memang luar biasa.
Saya bukan cuman suka nonton tokusatsu, samurai sentai, dan anime. Saya juga suka nonton drama Korea. Jadi kalau saya diajak berbicara soal drama Korea atau dunia K-pop saya kurang lebih paham.
(C) Naufalbepe for KAORI Nusantara – Ustadz Naruto sedang memberi tausiyah.
Sekarang kita beranjak ke pertanyaan yang agak-agak santai. Sekarang kan pop culture kan menjadi hal yang umum. Nilai-nilai apa yang dapat kita ambil sebagai umat muslim?
Jadi, para ulama terdahulu pernah berkata: ambillah hikmah di manapun dia berada, mohon maaf, sekalipun itu di tempat yang sangat kotor. Kalau kita dapat melihat hikmahnya, ambillah hikmah itu dan jadikan pelajaran hidupmu. Karena, hikmah adalah harta yang paling mahal yang paling sulit dicari kaum muslimin saat ini. Termasuk di kebudayaan pop culture kita bisa melihat para pencipta film, pencipta drama, atau apapun itu yang ketika dia membuat film itu tidak hanya dibuat untuk kesenangan saja. Tetapi ketika dia membuat itu, dia ingin memasukkan ide-idenya, ideologinya, pemikirannya ke dalam karyanya.
Saya yakin para kreator itu berpikir sangat keras dalam menciptakan karyanya. Ketika orang berpikir sangat keras, pasti ada sesuatu yang sangat bermanfaat di dalamnya. Baik itu dari Naruto, Bleach,tokusatsu, atau drama Korea. Kalau kita memperhatikan, ada banyak hikmah yang dapat kita ambil, kpraktikkan, dan implementasi bagi kita manusia Indonesia, bagi kita manusia beragama.
Lalu, maaf kita sedikit personal. Anda kan menonton K-pop, anime dan sebagainya. Bagaimana cara menyeimbangkan antara kehidupan nyata dengan hobi? Apakah ada kiat-kiatnya?
Itu pertanyaan yang sangat bagus. Jadi begini. Tidak ada yang lebih baik dibandingkan mengaji membaca Al Quran. Aktivitas yang terbaik adalah membaca Al Quran. Tidak ada yang bisa mengalahkan aktivitas tersebut. Termasuk ketika saya tahu banyak film dan sebagainya. Sungguh sebenarnya aktivitas itu adalah aktivitas yang saya rutin lakukan sebelum terjun ke dunia dakwah yang seperti ini. Dalam artian jadwal saya belum sepadat sekarang.
Saya dulu masih sempat nonton ini-itu, namun sekarang sudah nggak sempat. Tapi saya tetap mencoba mengikuti informasi terbaru. Misalnya drama Korea yang sekarang lagi tren apa ya? Sinopsinya bagaimana ya? Saya ikuti. Kalau dulu saya rajin nonton yang seperti itu. Tahu isi ceritanya. Tahu tokohnya. Hingga saya dapat mengetahui hikmahnya. Kalau sekarang memang kalau harus mencakup lengkap sudah tidak sanggup karena aktivitasnya sudah padat.
Yang jelas, ngaji dan baca Al Quran itu tidak ada yang bisa mengalahkan. Mempelajari tafsir, mempelajari ilmu Islam tidak bisa dikalahkan. Tapi kita tidak bisa menyingkirkan ilmu-ilmu lain khususnya yang memberi manfaat. Kita buat jadwal supaya dapat menyeimbangkan kehidupan nyata dengan hobi kita agar hidup kita tertata. Dapatnya mungkin sedikit demi sedikit, tetapi itu nanti bagaikan puzzle. Satu persatu bagiannya akan jatuh menutupi lubangnya sehingga bisa disajikan ke orang lain.
Pertanyaan terakhir, sebagai adab dalam menemui ahli ilmu, pak Ustadz bisakah memberi nasihat kepada para pembaca kami?
Begini. Sibuklah menjadi orang yang jujur melihat diri sendiri. Yang tahu bahwa kita banyak kekurangan, yang sadar bahwa kita banyak kelemahan, yang mau mengakui bahwa kita ini masih banyak dosanya. Kalau sibuk seperti itu maka kita tidak akan pernah sibuk untuk melihat kekurangan orang lain. Barangsiapa dia sibuk melihat kekurangan diri sendiri, maka dia akan sibuk memperbaiki diri sendiri. Dan barangsiapa yang sibuk memperbaiki diri sendiri, maka dia sedang sibuk meningkatkan kualitas taraf hidupnya sendiri.
Alhamdulillah kita sudah di penghujung sesi wawancara ini. Terima kasih atas waktunya. Terima kasih atas nasehat-nasehatnya. Kami dari KAORI Nusantara mengucapkan terima kasih. Assalamuaalaikum wr. Wb.
KAORI Newsline
https://www.kaorinusantara.or.id/new...da-hikmahnya/2
Semua itu ada hikmahnya!
Naufal Bayuaji Pawenang
-
14 January 2019
Beberapa waktu lalu, salah satu staf KAORI sempat menemui seorang figur yang menarik. Ia adalah Marzuki Imron atau yang akrab disapa sebagai Ustadz Naruto. Beliau adalah seorang da’i, namun beliau memiliki karakteristik yang menarik, di mana dalam menyampaikan ceramahnya ia bercosplay menjadi Naruto dan sering kali mengambil contoh-contoh dari cerita animenya maupun ranah pop culture lainnya. Selain itu, ia juga tergabung dalam kelompok Superhero Beramal di mana mereka melakukan kegiatan bakti sosial melalui hobi cosplay.
Penasaran dengan sosoknya? Berikut petikan wawancara kami bersama Ustadz Naruto.
Assalamualaikum, saya dari KAORI Nusantara. Nama saya Naufal Bayuaji Pawenang. Kontributor Newsline untuk DAOP 8. Saat ini saya sedang bertemu dengan salah satu ustadz yang cukup menarik karena beliau menggunakan personifikasi tokoh populer dari majalah komik Weekly Shonen Jump yaitu sang Hokage Uzumaki Naruto. Nah, bisa kita perkenalan dahulu pak Ustadz?
Bismillahirohmanirahim, Assalamualaikum wr. Wb. Nama saya Marzuki Imron, teman-teman di Surabaya ini banyak yang memanggil saya Ustadz Naruto karena banyak ceramah-ceramah banyak menggunakan contoh dari anime Naruto.
Anda menggunakan tema Naruto sebagai sarana dakwah. Menurut sepengetahuan saya, komik Shonen Jump itu ada Naruto, Bleach, One Piece dan Dragon Ball. Kenapa kok menggunakan Naruto sebagai contoh?
Saya sebenarnya juga penggemar Bleach dan Dragon Ball. Saya nonton semuanya. Untuk One Piece kalau dibilang sebagai penggemar tidak, namun saya tetap menonton. Kenapa saya menjatuhkan pilihan ke Naruto karena memang ada beberapa episode Naruto, khususnya episode awal itu telah mengubah hidup saya. Ada banyak sekali pelajaran-pelajaran moral yang ada di dalam anime Naruto. Kalau disampaikan ke masyarakat luas sebenarnya anime itu tidak hanya fun fun saja tapi juga ada pelajaran dan hikmah berharga yang kita bisa tiru dalam kehidupan sehari-hari.
(C) Naufalbepe for KAORI Nusantara – Suasana Ceramah Ustadz NarutoIni, seperti yang barusan, pak Ustadz berdakwah dengan mereferensikan pop culture seperti itu. Kenapa ya Anda menggunakan referensi seperti itu?
Jadi, asal mulanya itu saya memang tidak ada pikiran bahwa “ooh saya akan menggunakan metode ini,” tidak. Memang itu mengalir. Ketika saya menyampaikan sesuatu tiba-tiba memberikan contoh yang bisa dipahami oleh anak muda pada zamannya. Melihat anak zaman muda ini hal yang mereka gampang mengerti adalah pop culture, entah itu anime Jepang, entah itu drama Korea, entah itu drama Taiwan dan sebagainya. Yang saya pahami anak muda zaman ini dia lebih mudah menerima sesuatu kalau kita menggunakan bahasa mereka. Bahasa milenial, bahasa familiar untuk mereka. Makanya, saya ambil contoh-contoh tersebut. Contoh contoh pop culture. dan itu juga ternyata, bagi saya seorang umat Islam yang mengikuti Nabi Muhammad SAW, itu ternyata juga dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Bahwa Beliau sendiri berkata “bicaralah dengan bahasa kaummu.” Kalau kaummu itu kaum-kaum milenial yang menggunakan bahasa anime, bicaralah dengan bahasa anime. Kalau kaummu kaum-kaum menggunakan bahasa Mobile Legendsya kita pakai bahasa Mobile Legends, itu sih yang saya pelajari dulu.
Sekarang kita kembali ke Naruto, nggih. Menurut Anda, sejak tahun 2012 Anda menjadi “Ustadz Naruto.” Aslinya kenapa ya?
Nah begini. Jadi saya tidak pernah mengklaim bahwa diri saya “Ustadz Naruto”, tidak pernah. Itu ceritanya, saya lagi ceramah di PENS (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya). Ketika saya ceramah di sana, saya bawa jaket Naruto. Sebenarnya tidak ada alasan apa-apa saya mengenakan jaket tersebut. Memang saya pecinta kartun Naruto yang di mana-mana saya kenakan jaket itu. Sejak saat itu setiap kali bertemu teman-teman di PENS mereka menyebut saya Ustadz Naruto. Apalagi kalau saya ngomong sedikit-sedikit saya bawa contoh Naruto. Jadi, dari omongan dan kostum akhirnya mereka menyimpulkan “Oooh orang ini benar disebut Ustadz Naruto”. Jadi itu mereka yang menggelari saya Ustadz Naruto.
(C) Naufalbepe for KAORI Nusantara – Para santri sedang berpose dengan anggot Beramal
(C) Naufalbepe for KAORI NusantaraOh menarik sekali. Lalu, sepengetahuan saya Anda ini sepertinya menjadi tokoh penting di dalam kelompok Superhero Beramal. Bisa diceritakan tentang organisasinya?
Jadi begini, saya awal mulanya berdakwah dalam artian secara pribadi. Artinya saya berdakwah dengan cara saya sendiri yang semoga bisa diterima oleh orang. Nah, sedangkan teman-teman Superhero Beramal ini adalah teman-teman yang istilahnya mencintai dunia pop culture khususnya Costum Player, entah itu dari anime, film-film pop culture lainnya seperti Marvel atau DC dan sebagainya. Tiga tahun yang lalu mereka berpikir bahwa “kalau hobi kita ini bukan ingin jadi sekedar hobi, tetapi untuk sesuatu yang bermanfaat”. Maka mereka mendirikan komunitas Superhero Beramal, yang acaranya mereka mengenakan kostum cosplay,sambil bikin acara mengumpulkan donasi. Mereka juga membuat bakti sosial yang hasilnya itu nanti akan diberikan ke orang yang membutuhkan.
Jadi asal mulanya Superhero Beramal itu jalan sendiri dan saya juga jalan sendiri. Hingga akhirnya kita ketemu, sama-sama saling tertarik, dan memiliki satu visi bahwa kita sama-sama pecinta pop culture, bagaimana kalau kita membuat kajian, sharing, atau diskusi yang berhubungan dengan pop culture. Yang datang boleh siapapun yang intinya mereka mau belajar dari apapun. Tidak harus dari ilmu-ilmu yang biasa dipelajari oleh yang ngaji, tapi juga film-film yang mungkin tidak semua orang paham.

Ah baik. Nah, kalau kita berbicara yang agak serius. Kita boleh berkata lah kalau pak Ustadz ini memiliki metode yang dapat kita katakan sebagai “berbeda” dengan da’i lainnya. Apakah ada oknum yang kurang berkenan dengan metode dakwah Anda?
Kalau ditanya apakah ada, memang ada mas. Ketika kita bikin acara ini pertama kali, komentar dari media sosial, laman Facebook, laman meme–meme atau Instagram dan lainnya itu banyak sekali. Baik dari yang pro maupun dari kontra. Yang kontra ada mulai dari menggunakan kata yang sopan sampai yang tidak sopan. Yang kontra bahkan sampai membawakan dalil ayat dari Al-Quran juga ada. Kalau dari kami pribadi, kami terima sebagai bahan perbaikan bagi kami semua. Kami memang melihat kalau ini sesuatu yang tidak baik, ya kami perbaiki. Kalau kami merasa apa yang mereka sampaikan itu tidak tepat, ya sudah kami terima saja apapun yang mereka sampaikan. Yang terpenting kami fokus untuk mengajak orang-orang lain menjadi lebih baik. Yang orang-orang itu tidak pernah diajak oleh orang-orang lain karena mereka adalah komunitas yang tidak pernah disentuh oleh komunitas-komunitas dakwah.
(C) Naufalbepe for KAORI NusantaraIya. Ini dalam konteks yang sama, kita juga melihat bahwa banyak alim ulama itu resah dengan generasi milenial, gen Z, dan sebagainya karena mereka lebih meneladani artis atau tokoh tokoh yang dapat kita bilang kurang pantas lahuntuk diteladani. Panjenengan ternyata malah mengambil Naruto yang notabene tokoh fiksi?
Apakah dengan figur Naruto ini bisa memberikan manfaat? Bisa apabila kita tahu bahwa tidak hanya Naruto, dari film apapun kita dapat mengambil hikmah dan manfaat dari apa yang kita lihat. Kenapa saya memilih Naruto karena ada satu bagian khusus dari anime itu mengubah hidup saya seluruhnya. Ada satu episode di Naruto pada saat ujian Chuunin di mana Naruto melawan Neji.
Saya masih ingat betul pada saat itu hidup saya sedang banyak kesedihan. Saya sedang berjuang dengan tugas akhir saat saya masih kuliah dan juga sedang dirundung banyak masalah. Saat itu saya menganggap bahwa Tuhan sedang tidak baik pada saya. Hingga saya menemukan episode Naruto saat ia ujian Chuunin melawan Neji. Saya ingat kalimatnya Naruto pada Neji seperti ini: “Neji, kamu selalu menyalahkan nasib. Kamu selalu menyalahkan takdir sehingga kamu pesimis dalam kehidupanmu. Kamu tahu Neji, jurus kagebunshin-ku ini adalah jurus yang membuatku gagal ujian ninja tiga kali. Tapi karena aku tidak menyerah pada takdirku, aku mencoba mempelajari jurus ini, maka jurus ini yang sekarang mengalahkanmu. Kata siapa kita itu kalah dengan takdir kita. Kalau kau ingin mengubah takdirku maka ubahlah takdirku. Kalau kau sebagai seorang Hyuuga tidak ingin mengubah takdirmu, maka biarkanlah aku jadi Hokage dan akan aku ubah takdir Hyuuga untukmu.”, itulah yang mengubah hidup saya.
Pak Ustadz kan menggunakan pop culture sebagai sarana dakwahnya. Selain anime, apakah pak Ustadz mengikuti bentuk budaya populer yang lain?
Kebetulan, saya ini penggemar film. Tidak hanya Naruto, tokusatsu itu saya juga suka. Maksudnya pribadi itu pengkoleksi film tokusatsu mulai dari zaman Showa hingga Heisei. Samurai Sentai saya juga menonton, Ultraman saya juga menonton. Saya melihat banyak macam film dan saya memang suka. Khususnya teman-teman Jepang itu kreativitasnya luar biasa. Misalnya Bleach. Tidak semua orang bisa mengembangkan konsep shinigami. Jepang memang luar biasa.
Saya bukan cuman suka nonton tokusatsu, samurai sentai, dan anime. Saya juga suka nonton drama Korea. Jadi kalau saya diajak berbicara soal drama Korea atau dunia K-pop saya kurang lebih paham.
(C) Naufalbepe for KAORI Nusantara – Ustadz Naruto sedang memberi tausiyah.Sekarang kita beranjak ke pertanyaan yang agak-agak santai. Sekarang kan pop culture kan menjadi hal yang umum. Nilai-nilai apa yang dapat kita ambil sebagai umat muslim?
Jadi, para ulama terdahulu pernah berkata: ambillah hikmah di manapun dia berada, mohon maaf, sekalipun itu di tempat yang sangat kotor. Kalau kita dapat melihat hikmahnya, ambillah hikmah itu dan jadikan pelajaran hidupmu. Karena, hikmah adalah harta yang paling mahal yang paling sulit dicari kaum muslimin saat ini. Termasuk di kebudayaan pop culture kita bisa melihat para pencipta film, pencipta drama, atau apapun itu yang ketika dia membuat film itu tidak hanya dibuat untuk kesenangan saja. Tetapi ketika dia membuat itu, dia ingin memasukkan ide-idenya, ideologinya, pemikirannya ke dalam karyanya.
Saya yakin para kreator itu berpikir sangat keras dalam menciptakan karyanya. Ketika orang berpikir sangat keras, pasti ada sesuatu yang sangat bermanfaat di dalamnya. Baik itu dari Naruto, Bleach,tokusatsu, atau drama Korea. Kalau kita memperhatikan, ada banyak hikmah yang dapat kita ambil, kpraktikkan, dan implementasi bagi kita manusia Indonesia, bagi kita manusia beragama.
Lalu, maaf kita sedikit personal. Anda kan menonton K-pop, anime dan sebagainya. Bagaimana cara menyeimbangkan antara kehidupan nyata dengan hobi? Apakah ada kiat-kiatnya?
Itu pertanyaan yang sangat bagus. Jadi begini. Tidak ada yang lebih baik dibandingkan mengaji membaca Al Quran. Aktivitas yang terbaik adalah membaca Al Quran. Tidak ada yang bisa mengalahkan aktivitas tersebut. Termasuk ketika saya tahu banyak film dan sebagainya. Sungguh sebenarnya aktivitas itu adalah aktivitas yang saya rutin lakukan sebelum terjun ke dunia dakwah yang seperti ini. Dalam artian jadwal saya belum sepadat sekarang.
Saya dulu masih sempat nonton ini-itu, namun sekarang sudah nggak sempat. Tapi saya tetap mencoba mengikuti informasi terbaru. Misalnya drama Korea yang sekarang lagi tren apa ya? Sinopsinya bagaimana ya? Saya ikuti. Kalau dulu saya rajin nonton yang seperti itu. Tahu isi ceritanya. Tahu tokohnya. Hingga saya dapat mengetahui hikmahnya. Kalau sekarang memang kalau harus mencakup lengkap sudah tidak sanggup karena aktivitasnya sudah padat.
Yang jelas, ngaji dan baca Al Quran itu tidak ada yang bisa mengalahkan. Mempelajari tafsir, mempelajari ilmu Islam tidak bisa dikalahkan. Tapi kita tidak bisa menyingkirkan ilmu-ilmu lain khususnya yang memberi manfaat. Kita buat jadwal supaya dapat menyeimbangkan kehidupan nyata dengan hobi kita agar hidup kita tertata. Dapatnya mungkin sedikit demi sedikit, tetapi itu nanti bagaikan puzzle. Satu persatu bagiannya akan jatuh menutupi lubangnya sehingga bisa disajikan ke orang lain.
Pertanyaan terakhir, sebagai adab dalam menemui ahli ilmu, pak Ustadz bisakah memberi nasihat kepada para pembaca kami?
Begini. Sibuklah menjadi orang yang jujur melihat diri sendiri. Yang tahu bahwa kita banyak kekurangan, yang sadar bahwa kita banyak kelemahan, yang mau mengakui bahwa kita ini masih banyak dosanya. Kalau sibuk seperti itu maka kita tidak akan pernah sibuk untuk melihat kekurangan orang lain. Barangsiapa dia sibuk melihat kekurangan diri sendiri, maka dia akan sibuk memperbaiki diri sendiri. Dan barangsiapa yang sibuk memperbaiki diri sendiri, maka dia sedang sibuk meningkatkan kualitas taraf hidupnya sendiri.
Alhamdulillah kita sudah di penghujung sesi wawancara ini. Terima kasih atas waktunya. Terima kasih atas nasehat-nasehatnya. Kami dari KAORI Nusantara mengucapkan terima kasih. Assalamuaalaikum wr. Wb.
KAORI Newsline
https://www.kaorinusantara.or.id/new...da-hikmahnya/2
Diubah oleh dragonroar 15-01-2019 12:55
0
5.3K
28
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan