Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.




Berita penangkapan artis FTV Vanessa Angel yang tersangkut kasus prostitusi online di Surabaya dengan cepat menyebar di berbagai portal berita. Penangkapan artis yang terlibat kasus esek - esek seperti ini sudah bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, beberapa artis sudah lebih dulu terciduk. Sebagaimana dilansir dari Grid.co.id, nama - nama seperti Nikita Mirzani, Hesty Klepek - Klepek, dan Amel Alvi pernah tersangkut kasus semacam ini. Namun meski demikian, hal ini tak pernah membuat artis lainnya jera.

Kenapa bisa begitu? Adakah yang salah? Jika kita runut, ada beberapa penyebab yang membuat hal semacam ini tak membuat mereka jera. Pertama, dari segi hukum seorang pelaku prostitusi, baik secara langsung maupun online tak bisa dijerat pidana. Kalaupun mereka ditangkap, tak lebih mereka hanya akan menjadi saksi saja. Transaksi jual beli empal brewokseperti ini oleh polisi biasanya hanya akan dijerat dengan tindak pidana perdagangan orang. Kalau sudah begini, yang akan menjadi tersangka tentu hanya terbatas pada penjualnya saja. Penjual dalam hal ini yaitu mucikari atau orang yang menjadi perantara antara pelaku prostistusi dengan pelanggan. Sedang pelaku dan pembeli hanya akan menjadi saksi.


Bagi orang awam, hal semacam ini tentu saja lucu. Bagaimana bisa seorang pelaku prostitusi yang jelas - jelas dengan sukarela menjual dirinya dengan imbalan uang malah hanya menjadi saksi. Bahkan, di beberapa kasus, mereka malah diperlakukan sebagai korban. Apakah hal seperti ini relevan dengan era sekarang? Jika dulu, mungkin saja undang - undang yang digunakan untuk menjerat mucikari dan pelanggan prostitusi dengan tindak pidana perdagangan orang masih relevan, karena saat itu banyak perempuan yang memang "dijual" oleh oknum tanpa sepengetahuannya. Kalau sekarang, apalagi untuk kasus prostitusi artis, masak iya si artis dijual oleh mucikari tanpa sepengetahuannya?


Yang kedua, tentu saja karena urat malu para pelaku prostitusi ini sudah putus. Bagaimana tidak? Jika dulu para pelaku prostitusi menjajakan diri dengan sembunyi - sembunyi, ruang lingkupnya pun terbatas pada lokalisasi, kini para pelaku prostitusi secara terang - terangan menjajakan tubuhnya melalui media sosial. Bermodal foto menggoda dengan caption berbau ajakan ngamar mereka dengan mudah menjaring para pria hidung belang. Begitu juga sebaiknya, para hidung belang akan dengan mudah mencari para penjaja tubuh hanya dengan mencarinya di media sosial dengan hastag #OpenBO. Mereka sudah tak lagi memikirkan efek sosial yang bakal diterima jika identitasnya terungkap. Bahkan di beberapa kasus, mereka dengan santai justru menggelar konferensi pers seolah tak berbuat sesuatu yang memalukan.


Ketiga, gaya hidup yang tinggi disinyalir jadi salah satu penyebab tingginya tingkat prostitusi. Keterampilan dan background pendidikan yang pas - pasan membuat mereka mencari cara instan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup yang glamor. Ketiganya; sistem hukum yang lemah, rasa malu yang sirna, dan gaya hidup yang glamor; seolah saling terkait satu sama lain. Ditambah dengan kemudahan dalam menjajakan diri sebagai pelengkap penyebab tingginya tingkat prostitusi.





Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Ini dan Ini
Sumur Gambar : Om Google