- Beranda
- Komunitas
- Cinta Indonesiaku
Suku Kaur Bengkulu


TS
cungdire
Suku Kaur Bengkulu

Suku Kaur merupakan kelompok masyarakat yang tersebar di beberapa daerah di Bintuhan kecamatan Kaur Selatan, Tanjungiman kecamatan Kaur Tengah, Padangguci kecamatan Kaur Utara dan di pesisir pantai sebelah barat Sumatra. Masyarakat Suku Kaur secara umum mendiami wilayah mendiami sepanjang pantai barat daya dan lereng gunung teritorial kabupaten kaur Provinsi Bengkulu, Sumatera Indonesia.
Penduduk Kaur terbentuk dari orang-orang yang berasal dari dataran tinggi Perbukitan Barisan, yaitu orang Rejang dan orang Pasemah (Palembang), orang Lampung, dan orang Minangkabau. Minangkabau yang masuk melalui Indrapura masuk sampai ke daerah Kaur (Bengkulu). Di sini mereka bercampur dengan kelompok lain yang berasal dari Palembang, sehingga membentuk suatu identitas baru, yaitu orang Kaur. Jadi suku kaur bukanlah bagian dari suku Serawai. Kenyataan ini jelas terlihat dari penggunaan bahasa. Bahasa kaur tidak terikat oleh kaidah – kaidah ” NYERAWAI ” Seperti dalam bahasa yang umum digunakan oleh klan serawai didaerah Manna , Talo, Pino dan Seluma.
Bahasa kaur termasuk bahasa melayu tengah, bahasa kaur sendiri merupakan percampuran bahasa pasemah, lampung (dialek api) & bengkulu. Adapun ciri khas bahasa kaur ialah ejaan huruf “R” yang menjadi “H” atau “Ain (bahasa arab)”
Saya sendiri keturunan suku kaur dari ayah sedangkan ibu dari semendo marga luas (OKU Selatan) dan lahir serta besar di lampung. Saat pertama kali ke kaur mendengar bahasa kaur saya merasa bahasa kaur sangat unik, karena memang bahasa kaur percampuran bahasa pasemah, lampung & bengkulu.
Dari kecil saya sudah diajari oleh ayah saya tentang bahasa & adat istiadat suku kaur, selain bahasa ada lagi yang sangat unik dari kaur yaitu adat tentang sistem Penamangan (Tamang). Di lampung pesisir memang ada istilah Tamong namun ternyata berbeda maksud dengan Tamang di suku kaur. Tamang ialah cucu dari seorang kakek atau nenek yang jenis kelamin nya sama. Maksud nya jika lahir cucu tersebut laki-laki maka akan menamang dengan kakek (datuk) nya sedangkan jika cucu nya wanita maka akan menamang dengan nenek nya. Dan untuk panggilan kepada suami / isteri tamang cucu tersebut ialah “Bini” dan untuk panggilan kepada paman atau bibi nya (anak dari tamang dan bini jika lebih muda dari ayah atau ibu) ialah “Anak”. Untuk sistem penamangan ini bisa jadi menamang dengan abang / adik dari datuk atau nenek, seperti anak pertama laki – laki biasa nya akan menamang dengan datuk (ayah dari ayah nya anak tersebut) lalu anak kedua laki – laki kembali maka akan menamang dengan datuk dari ibu (ayah dari ibu nya anak tersebut) dan anak ketiga laki – laki kembali maka akan menamang dengan abang / adik dari datuk nya. Di suku kaur menjadi tamang merupakan kebanggan tersendiri bisa jadi berebut datuk atau nenek minta dijadikan Tamang nya, Hal ini membuat erat persaudaraan sangatlah dekat di kehidupan orang suku kaur jadi antar sepupu orang tua (ayah / ibu) masihlah sangat dekat karena bisa jadi cucu tersebut satu Tamang. Adapun panggilan kepada orang tua tamang ialah tuyuk lalu panggilan kepada orang tua dari tuyuk ialah puyang, untuk suku kaur sendiri jika masih 1 puyang maka masih akan erat persaudaraan nya.
Selain adat istiadat kaur mempunyai alam yang indah seperti pantai, gunung & sungai yang alami.
0
3.5K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan