Kaskus

Entertainment

monkbertyAvatar border
TS
monkberty
Menikmati Kopi, di Sisa Keganasan Merapi
Kopi dewasa ini sudah bukan lagi menjadi sesuatu yang biasa saja. Namun, kopi sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian besar masyarakat. 

Di Indonesia, terdapat berbagai macam jenis kopi yang bisa tumbuh dengan baik. Maka, jangan heran jika penduduk Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kopi. Dari mulai masyarakat perkotaan hingga pedesaan, kopi sudah menjadi tren.

Menikmati Kopi, di Sisa Keganasan Merapi

Dengan semakin meningkatnya permintaan kopi, hadirlah berbagai macam kedai kopi diseluruh penjuru nusantara. Dari berbagai konsep kedai kopi, mulai yang modern hingga yang bernuansa alam tradisional khas Indonesia. Salah satunya adalah Kedai Kopi Merapi, yang terletak di Dusun Petung, Kepuharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Menikmati Kopi, di Sisa Keganasan Merapi

Di Kedai ini, para pengunjung akan dimanjakan dengan nuansa pedesaan di Lereng Gunung Merapi dengan pemandangan khas sisa-sisa kengerian erupsi gunung berapi paling aktif didunia tersebut. Di kedai inilah para petani kopi yang awalnya hanya mengolah kopi menjadi bubuk lalu dikirimkan ke beberapa daerah di Yogyakarta, mulai menyadari bahwa kopi punya nilai ekonomis yang lebih dari itu.

Menikmati Kopi, di Sisa Keganasan Merapi

Bapak Sumijo, pria paruh baya yang memiliki inisiatif untuk mengembangkan nilai ekonomis kopi. “Awalnya kami punya cita-cita, selain kopi itu dihasilkan untuk kopi bubuk, untuk meningkatkan nilai ekonomis kopi, bisa ditingkatkan lewat jalur wisata, atau agroculture-tourism. Akhirnya kami membangun desa wisata petung berbasiskan kopi”, kisah pemilik kedai tersebut, Senin (26/11/2018).

Hadirlah Kedai Kopi Merapi sebagai kedai kopi pertama di lereng merapi. Namun nahas, belum sempat kedai dibuka, Merapi sudah menunjukkan keganasannya di tahun 2010. Alhasil kedai kopi tersebut hancur terkena erupsi Merapi. Namun, kegagalan itu nyatanya tidak membuat Sumijo kapok. 

Pada November tahun 2012, dengan modal yang pas-pasan, ia nekat untuk kembali membuka kedai kopi tersebut. Alasan utama pria tambun ini kembali membuka kedai kopi Merapi, adalah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Karena, ia menjelaskan bahwa jika hanya mengandalkan , tanaman kopi saja, para petani hanya akan emndapatkan hasilnya setelah 3-4 tahun tanam, padahal para petani disana membutuhkan hasil harian. Kedai Kopi Merapi ini dirasa tepat untuk menjawab keresahan tersebut.

Menikmati Kopi, di Sisa Keganasan Merapi

Beliau juga menuturkan, jika kedai kopinya itu tidak akan mengadaptasi konsep kebanyakan kedai kopi dipusat kota yang rata-rata menyediakan fasilitas Wifi dan atau Proyektor. Ia memilih untuk mengkonsepkan kedainya secara tradisional dengan tidak menyediakan piranti tersebut. Tujuannya agar para pengunjung yang datang bisa lebih dekat dan menikmati suasana alam di sekitar kedai tersebut. Selain itu, ia juga berharap jika para pengunjung yang datang tidak sekedar mampir untuk ngopi, namun juga berinteraksi dengan sesame pengujung.

Menikmati Kopi, di Sisa Keganasan Merapi

Kedai Kopi Merapi mensupplay kopi dari petani local yang pengolahannya dipusatkan di Koperasi Kebun Makmur. Jenis kopi Arabika dan Robusta hasil tangan dingin dan telaten para petani di Kabupaten Sleman pun sudah dapat pengunjung nikmati dengan unik dan berbeda di kedai ini. Antusiasme masyarakat dengan hadirnya kedai kopi ini makin meningkat. Kedai Kopi Merapi pun semakin lama semakin berkembang pesat. Dari yang awalnya hanya mampu menampung sekitar 8 hingga 10 pengunjung, sekarang kedai ini sudah mampu menerima hingga 250an pengunjung untuk datang menikmati kopi di kedai ini. 
Aktivitas Gunung Merapi pun jelas sangat mempengaruhi pengunjung yang datang ke kedai kopi ini, meningat letaknya yang berada di lereng gunung. “Namun kalo statusnya belum ‘awas’ masih aman untuk berkunjung kesini”, ujar pak Sumijo.

Menikmati Kopi, di Sisa Keganasan Merapi

Hadirnya kedai kopi Merapi ini juga tak hanya berdampak bagi pemiliknya saja. Dengan semakin pesat perkembangan kedai ini, lapangan kerja pun meningkat. Warga pun juga turut menitipkan produk-produk rumahan non-kopi seperti snack, oleh-oleh, dan makanan-makanan lainnya di kedai ini. Selain itu, dengan meningkatnya jumlah pengunjung ke kedai ini, harapannya produk kopi dari Koperasi Kebun Makmur hasil olahan petani lokal juga meningkat penjualannya. 

“Kami fokus ke pasar lokal dulu yang dikuatkan, permintaan ekspor ke eropa sudah banyak, namun karena ketersediaan kopi yang terbatas, kami belum bisa melayani. Hitungan kami, kenapa kami memikirkan pasar local dulu, di jogja itu, dari data jumlah kedai café di jogja ada lebih dari 1600an, belum hotel dan restoran, sehingga kebutuhan kopi di jogja itu termasuk tinggi. Jika kami bisa 30% saja memenuhi kebutuhan kopi di jogja, hitungan saya kopi merapi sudah hampir habis,” pungkasnya.

1
2.1K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan