Mourinho tidak sempat merayakan natal dan tahun baru di kota Manchester setelah dipecat oleh Manchester United hanya semingu sebelum hari natal. Kekalahan 3-1 atas Liverpool disebut sebagai penyebab habisnya kesabaran MU pada Mourinho.
Prestasi MU bersama Mourinho musim ini memang sangat mengecewakan. Belum lagi konfliknya dengan beberapa pemain MU turut memperunyam kondisi internal MU. Namun konfliknya dengan Pak Wakil Presiden klub Yang Dipertuan Agong Ed Woodward lah yang akhirnya (betul-betul) menghancurkan Mourinho.
Kita mengenal Mourinho sebagai sosok pelatih yang asal bacot dan nyaris tidak punya tata krama. Dia bisa saja menjatuhkan pemainnya sendiri di hadapan media, bicara seenaknya tentang pelatih lain dan bahkan meremehkan atasannya. Namun seperti yang selalu terulang dalam sejarah, orang sombong akhirnya jatuh karena kesombongannya sendiri. Dan itulah yang terjadi pada Mou. Kesombongannya akhirnya takluk oleh darah dingin Ed Woodward.
Chapter 1 : Awal Konflik
Spoiler for spoiler:
Musim kemarin sebenarnya Mourinho baru mendapat perpanjangan kontrak dari United, yang artinya hubungan mereka masih baik-baik saja. Namun di awal musim ini, hubungan mereka tiba-tiba panas setelah Mou terus mengkritik Woodward karena tidak membelikan daftar pemain incarannya. Sebetulnya secara logika memang wajar bagi Woodward untuk menolak permintaan Mou, karena Mou sendiri telah menghabiskan uang untuk membeli banyak pemain namun kontribusi mereka belum terlalu besar untuk United, sehingga woodward ingin Mou lebih bertanggung jawab dalam pembelian pemain dalam arti dia ingin Mou memaksimalkan talenta pemain-pemain yang telah dibelinya tersebut. Namun bukan Mourinho namanya kalau tidak keras kepala. Dia justru menggunakan media untuk memaksakan keinginannya tersebut, sehingga saat lini belakang MU tampil berantakan, dia selalu mengungkit masalah transfer pemain ini. Banyak fans MU akhirnya termakan provokasi ini dan alih-alih menuntut Mourinho, mereka justru menuduh Woodward dan Glazer sang pemilik hanya menggunakan MU sebagai ladang bisnis mereka. (Mungkin itu memang benar tapi mereka lupa bahwa Mourinho juga hanya memanfaatkan MU sebagai ladang ambisi pribadinya)
Chapter 2 : Antara Mourinho, Woodward dan Pogba
Spoiler for spoiler:
Spoiler for spoiler:
Musim bergulir dan prestasi MU cenderung bergerak ke arah memalukan. Penampilan yang pragmatis, lini belakang yang rapuh dan tercecer dari perburuan gelar juara. Belum lagi kebiasaan MU untuk mengkritik para pemainnya di depan media memanaskan ruang ganti MU, sementara beberapa pemain MU mulai berani mengeluhkan pilihan taktik Mou yang cenderung defensif (Yang paling lantang tentu adalah Pogba ). Mou selalu bersikukuh bahwa tidak ada yang salah dengan pilihan taktiknya, yang salah adalah para pemainnya yang tidak pernah mau menjadi petarung di lapangan, serta tentu turut mengungkit kegagalan Ed Woodward di bursa transfer. Ketika hasil buruk terus datang, Para fans United (dan juga pundit)pun terpecah. Sebagian masih mendukung Mourinho, namun sebagian besar meminta Mou dipecat. Jika kita sudah cukup mengenal Mourinho, maka kita akan paham bahwa gelagat yang ditunjukkan oleh Mourinho yang terus menyerang semua orang sebagai kambing hitam adalah gelagat bahwa dia minta pesangon (maksudnya minta dipecat ). Jadi mengapa Woodward tidak segera memecat Mourinho seperti harapan semua orang (bahkan Mou sendiri)? Jawabannya adalah karena Woodward ingin balas dendam kepada Mourinho. Dia tidak segera memecat Mourinho karena dia sangat menikmati melihat Mourinho menderita . Woodward bukan orang Rusia seperti Abramovich yang suka menunjukkan siapa bosnya kepada orang yang berani melawannya. Woodward adalah seorang pebisnis ulung yang penuh perhitungan (dan kita tahu orang seperti ini biasanya berdarah dingin kaya kadal). Dan sepertinya Mourinho benar-benar berurusan dengan orang yang salah. Woodward hampir tidak pernah membalas Mourinho di media karena memang begitulah sifat seorang pembunuh berdarah dingin, dia tidak membutuhkan publisitas. Woodward bahkan seperti memanfaatkan Paul Pogba dalam hal ini. Saat terjadi konflik antara pemain dengan manajer, biasanya pemilik atau petinggi klub akan mencoba untuk mendinginkan hal tersebut. Namun Woodward tidak melakukannya. Dia tidak membuang Pogba seperti yang terjadi pada Casillas di Madrid, tidak pula memecat Mourinho seperti periode keduanya di Chelsea. Jadi apa untungnya buat dia? Mungkin tidak ada, Dia hanya membiarkannya karena dia menikmatinya.
Spoiler for spoiler:
Chapter 3 : Momentum dan Penunjukan Solksjaer
Spoiler for spoiler:
Spoiler for spoiler:
Woodward mungkin masih ingin menikmati penderitaan Mourinho lebih lama, namun dia tidak bisa karena dia bertanggung jawab atas masa depan United. Dan akhirnya waktu itupun tiba. Mourinho dipecat setelah United kalah oleh Liverpool di Anfield dengan skor 3-1. Cukup mengejutkan bahkan untuk Mourinho sekalipun. Jadi hari itu Mourinho berangkat ke Carrington seperti biasa, dan kemudian dipanggil rapat yang dikira untuk membahas transfer musim dingin namun tiba-tiba dia dipecat. Tapi mengapa saat itu? Dia (hanya) kalah 3-1 oleh sang pemuncak klasemen pada laga tandang, dan bukan kalah di kandang oleh tim zona degradasi. Yup! karena saat itu adalah saat yang paling pas menurut Woodward. Itu adalah momentum Woodward. Tidak ada fans MU yang senang dikalahkan oleh Liverpool jadi tidak akan ada yang protes dengan keputusan tersebut.
Spoiler for spoiler:
Setelah pemecatan tersebut banyak spekulasi mengenai pelatih MU berikutnya, dan tiba-tiba Woodward mengumumkan Solksjaer yang akan melatih MU hingga Akhir musim. Bukan nama besar seperti yang diharapkan fans, namun dia adalah Solksjaer, seorang legenda MU, jadi siapa yang akan protes? Bahkan Gary Neville pun tidak akan bersuara. Tapi mengapa Solksjaer? Pertama tentu seperti yang telah dibahas bahwa dia adalah seorang legenda di United dehingga tidak akan ada seorang fanspun yang cukup berani untuk memprotes keputusan tersebut. Yang kedua adalah karena Woodward benar-benar ingin menghancurkan profil seorang Jose Mourinho. Pelatih baru MU pasti akan dibandingkan dengan Mourinho. Bila yang datang adlah nama besar seperti Zinedine Zidane dan dia berhasil, maka dia hanya akan dianggap sebagai pelatih hebat dan Mourinho tidak terlihat terlalu buruk, apalagi bila ia tersebut juga gagal. Namun bagaimana bila Solksjaer yang berhasil? Yup itu akan cukup untuk memperlihatkan betapa payahnya Mourinho dalam melatih. Dan bagaimana bila Solksjaer gagal? tentu ada kemungkinan tersebut namun Woodward sudah mengkalkulasinya. Setelah melawan Liverpool MU hanya akan menghadapi Cardiff, Huddersfield, Bournemouth dan Newcastle. Pertandingan yang hampir pasti bisa dimenangkan oleh MU. Dan ternyata MU langsung membantai mereka semua kecuali Newcastle yang baru akan dipertandingkan nanti malam. Dan sekarang semua orang membandingkan Mourinho (hanya) dengan Solksjaer, dan dia tetap terlihat buruk
Kita memang belum tahu bagaimana nasib si Mou di masa depan, namun saat ini semua klub akan berpikir panjang sebelum merekrut Mourinho. Bahkan Inter Milan yang punya sejarah manis dan saat ini belum stabilpun tidak berani secara gegabah merekrut Mourinho. Karena Mourinho yang dulu adalah The Special One saat ini bukanlah siapa-siapa melainkan seorang pelatih arogan keras kepala yang hanya bisa memberikan jaminan sensasi dan bukan prestasi. Dia bahkan bukan siapa-siapa dalam melatih dibandingkan dengan Ole Gunnar Solksjaer.
Sekedar info minggu depan Mourinho akan datang ke Jakarta dan akan memberikan coaching clinic kepada badut-badut di Ancol