- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Menko Darmin Yakin Inflasi 2018 Rendah Bukan Imbas Daya Beli Turun


TS
sukhoivsf22
Menko Darmin Yakin Inflasi 2018 Rendah Bukan Imbas Daya Beli Turun
Penulis: Rizky Alika
Editor: Martha Ruth Thertina
Rabu 2/1/2019, 13.44 WIB
“Kalau daya beli turun, harga
enggak naik. Ini masih ada naik.
Kenapa lebih rendah? Karena
kami bisa mengendalikan
(harga).”

Badan Pusat Statistik (BPS)
mengumumkan inflasi 2018
sebesar 3,13%, lebih rendah
dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu 3,61%
maupun proyeksi pemerintah
yang sebesar 3,2%. Namun,
Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Darmin
Nasution meyakini inflasi
rendah bukan karena turunnya
daya beli masyarakat.
“Kalau daya beli turun, harga
enggak naik. Ini masih ada naik.
Kenapa lebih rendah? Karena
kami bisa mengendalikan
(harga),” kata dia di Bursa Efek
Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1).
Ia menjelaskan, pemerintah
telah mengukur kebutuhan
pangan dan distribusinya. Hal
ini membuat harga pangan
terkendali.
Ia pun mengingat kembali
kondisi pada Januari 2018.
Ketika itu, inflasi tinggi yaitu
0,62% secara bulanan dan
3,25% secara tahunan. Namun,
pemerintah mengambil
langkah yang dibutuhkan
sehingga inflasi pada bulan
berikutnya turun menjadi 0,17%
secara bulanan dan 3,18%
secara tahunan.
Keyakinannya bahwa tidak ada
penurunan daya beli
masyarakat juga lantaran
melihat pertumbuhan
konsumsi rumah tangga yang
masih di kisaran 5%. BPS
mencatat konsumsi rumah
tangga tumbuh 4,95% pada
kuartal I, 5,14% pada kuartal II,
dan 5,17% pada kuartal III tahun
lalu.
Pada 2019 ini, pemerintah
membidik inflasi berada di
rentang 2,5-4,5%, sama
dengan target tahun ini. Inflasi
dibidik turun ke rentang 2-4%
pada 2020.
Dalam konferensi pers di
kantornya, Kepala BPS
Suhariyanto memaparkan,
penyumbang terbesar inflasi
pada tahun lalu adalah
kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) nonsubsidi
dengan andil sebesar 0,26%.
"Komoditas utama yang
andilnya paling tinggi adalah
bensin umum bukan yang
subsidi karena kenaikan harga
minyak," kata dia.
Harga beras juga
menyumbang inflasi dengan
kontribusi mencapai 0,13%.
Namun, andil harga beras lebih
rendah dibandingkan 2017
yang sebesar 0,16%.
Kemudian, harga rokok kretek
filter menjadi penyumbang
inflasi terbesar ketiga dengan
andil 0,13%.
Selain itu, kebutuhan
masyarakat untuk daging ayam
ras menyumbang 0,12%
terhadap inflasi, ikan segar
0,10%, tarif angkutan udara
0,10%, tarif sewa rumah 0,09%,
serta bawang merah 0,07%.
Reporter: Rizky Alika
https://m.katadata.co.id/berita/2019...aya-beli-turun
Editor: Martha Ruth Thertina
Rabu 2/1/2019, 13.44 WIB
“Kalau daya beli turun, harga
enggak naik. Ini masih ada naik.
Kenapa lebih rendah? Karena
kami bisa mengendalikan
(harga).”

Badan Pusat Statistik (BPS)
mengumumkan inflasi 2018
sebesar 3,13%, lebih rendah
dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu 3,61%
maupun proyeksi pemerintah
yang sebesar 3,2%. Namun,
Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Darmin
Nasution meyakini inflasi
rendah bukan karena turunnya
daya beli masyarakat.
“Kalau daya beli turun, harga
enggak naik. Ini masih ada naik.
Kenapa lebih rendah? Karena
kami bisa mengendalikan
(harga),” kata dia di Bursa Efek
Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1).
Ia menjelaskan, pemerintah
telah mengukur kebutuhan
pangan dan distribusinya. Hal
ini membuat harga pangan
terkendali.
Ia pun mengingat kembali
kondisi pada Januari 2018.
Ketika itu, inflasi tinggi yaitu
0,62% secara bulanan dan
3,25% secara tahunan. Namun,
pemerintah mengambil
langkah yang dibutuhkan
sehingga inflasi pada bulan
berikutnya turun menjadi 0,17%
secara bulanan dan 3,18%
secara tahunan.
Keyakinannya bahwa tidak ada
penurunan daya beli
masyarakat juga lantaran
melihat pertumbuhan
konsumsi rumah tangga yang
masih di kisaran 5%. BPS
mencatat konsumsi rumah
tangga tumbuh 4,95% pada
kuartal I, 5,14% pada kuartal II,
dan 5,17% pada kuartal III tahun
lalu.
Pada 2019 ini, pemerintah
membidik inflasi berada di
rentang 2,5-4,5%, sama
dengan target tahun ini. Inflasi
dibidik turun ke rentang 2-4%
pada 2020.
Dalam konferensi pers di
kantornya, Kepala BPS
Suhariyanto memaparkan,
penyumbang terbesar inflasi
pada tahun lalu adalah
kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) nonsubsidi
dengan andil sebesar 0,26%.
"Komoditas utama yang
andilnya paling tinggi adalah
bensin umum bukan yang
subsidi karena kenaikan harga
minyak," kata dia.
Harga beras juga
menyumbang inflasi dengan
kontribusi mencapai 0,13%.
Namun, andil harga beras lebih
rendah dibandingkan 2017
yang sebesar 0,16%.
Kemudian, harga rokok kretek
filter menjadi penyumbang
inflasi terbesar ketiga dengan
andil 0,13%.
Selain itu, kebutuhan
masyarakat untuk daging ayam
ras menyumbang 0,12%
terhadap inflasi, ikan segar
0,10%, tarif angkutan udara
0,10%, tarif sewa rumah 0,09%,
serta bawang merah 0,07%.
Reporter: Rizky Alika
https://m.katadata.co.id/berita/2019...aya-beli-turun
0
1.4K
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan