- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Fenomena Baru "Selfie Background Bencana" Tsunami Selat Sunda


TS
dheriara
Fenomena Baru "Selfie Background Bencana" Tsunami Selat Sunda
Saya pun sebenarnya heran dengan fenomena ini, Selfie Background Bencana Tsunami Selat Sunda entah apa niatnya tapi ya ga habis pikir kok bisa banyak sekali yang melakukan bahkan heboh nya hampir melebihi info kedahsyatan tsunami nya.
Benar saja Situs berita Luar Negeri pun memberitakannya dengan jdudul “Destruction gets more likes: Indonesia’s tsunami selfie-seekers”.
Berikut ini kutipannya yang di ambil dari detik.com
Seorang jurnalis media asing melaporkan aktivitas selfie sejumlah orang di kawasan bencana tsunami Selat Sunda. Ia melengkapinya dengan tuturan kekecewaan seorang korban bencana melihat hal tersebut.
Jamie Fullerton, jurnalis The Guardian, bertemu dengan Solihat beserta tiga orang rekannya yang rela menempuh perjalanan dua jam dari Cilegon untuk datang ke lokasi bencana tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu (22/12) kemarin.
Solihat mengaku sebelumnya ia bersama yang lain, menyalurkan bantuan kepada para korban terlebih dahulu. Setelah itu, ia selfie dan diunggah di akun media sosial miliknya.
“Foto itu ada di Facebook sebagai bukti bahwa kita benar-benar di sini dan memberikan bantuan,” ucapnya.
Perempuan berusia 40 tahun ini menyadari banyak orang yang memandang kalau kegiatan selfie adalah hal dangkal. Tetapi hal itu seakan menjadi ‘wajar’, apabila latar belakang fotonya tak biasa.
“Saat orang-orang melihat foto bencana, mereka mengetahui sedang berada di tempat yang lebih baik. Foto bencana akan mengundang banyak like. Mungkin itu juga bisa membuat orang jadi bersyukur,” tuturnya.
Saat ditanya apakah pantas melakukan selfie di lokasi bencana yang kemungkinan masih ada jenazah yang belum diketemukan, ia menjawab tergantung niat masing-masing.
“Itu tergantung niat Anda. Jika selfie untuk pamer, jangan lakukan. Tetapi, jika Anda melakukannya untuk berbagi kesedihan dengan orang lain, itu tidak apa-apa,” sebutnya.
Fullerton juga mendapati seorang perempuan yang sengaja meninggalkan liburannya, kemudian melakukan perjalanan tiga jam dari Jakarta ke lokasi bencana.
“Saya ingin melihat lokasi bencana dan orang-orang yang terdampak,” kata perempuan tersebut.
Fullerton pun bertanya kepada si perempuan itu mengenai berapa foto selfie yang di ambil di lokasi bencana ini. “Banyak. Untuk media sosial dan di grup WhatsApp,” imbuhnya.
Pandangan mata Fullerton juga menemukan seorang perempuan dengan pakaian bergaya tentara, yang dilakukannya hanya menghabiskan waktu sampai setengah jam agar mendapatkan foto selfie yang sesuai keinginannya.
Fullerton sempat berbincang dengan Bahrudin, korban tsunami Selat Sunda sekaligus pemilik kendaraan SUV rusak yang terdampar di tengah lapangan penuh air dan dijadikan latar belakang selfie.
Saat ditanya pendapatnya, Bahrudin tentu saja mengungkapkan kekecewaannya saat melihat daerahnya jadi ‘wisata selfie’. Bagaimana menurut kamu?
Bahkan kompas pun membahasnya dengan berita berjudul“Tsunami Selat Sunda: Mengapa Orang “Selfie” Saat Bencana?”
Tsunami Selat Sunda Sabtu lalu membawa sebuah fenomena baru. Beberapa masyarakat berbondong-bondong menyalurkan bantuan ke wilayah Banten dan Lampung. Namun, tak sekedar memberi bantuan, beberapa orang justru asyik melakukan selfie di lokasi bencana. Fenomena ini bahkan menarik perhatian kantor berita asing seperti The Guardian. Fenomena ini menurut psikolog kebencanaan Listyo Yuwanto terkait dengan social sensitivity.
kutipan dari Suara.com lebih seru lagi “Asyik Selfie di Lokasi Tsunami Selat Sunda, 2 Motor Peselfie Dicuri”
Apes, karena sibuk selfie di lokasi bencana, dua sepeda motor pengunjung Desa Way Muli raib digondol pencuri.
“Ada pengunjung yang datang, cuma mau lihat lokasi bencana dan foto-foto. Dia parkir sembarangan, lalu sepeda motornya hilang. Mereka bukan warga setempat, dan kemungkinan yang mengambil motornya juga bukan warga sini,” kata Dahlan (37), warga Way Muli, kepada Duajurai.co, Rabu (26/12/2018) petang.
Tak hanya pengunjung, sejumlah relawan juga melakukan hal serupa. Tak sedikit dari mereka datang ke lokasi bencana hanya untuk berfoto selfie, sembari mengibarkan bendera organisasi masing-masing.
Oknum relawan itu hanya datang untuk mendokumentasikan keberadaan mereka di lokasi bencana. Mereka tidak turun tangan membantu para pengungsi, maupun memberikan bantuan makanan dan logistik.
sumber sumber :
https://inet.detik.com/cyberlife/d-4...an-media-asing
https://www.theguardian.com/world/20...selfie-seekers
https://www.suara.com/news/2018/12/2...eselfie-dicuri
https://sains.kompas.com/read/2018/1...-saat-bencana-
Benar saja Situs berita Luar Negeri pun memberitakannya dengan jdudul “Destruction gets more likes: Indonesia’s tsunami selfie-seekers”.
Spoiler for foto:
Berikut ini kutipannya yang di ambil dari detik.com
Seorang jurnalis media asing melaporkan aktivitas selfie sejumlah orang di kawasan bencana tsunami Selat Sunda. Ia melengkapinya dengan tuturan kekecewaan seorang korban bencana melihat hal tersebut.
Jamie Fullerton, jurnalis The Guardian, bertemu dengan Solihat beserta tiga orang rekannya yang rela menempuh perjalanan dua jam dari Cilegon untuk datang ke lokasi bencana tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu (22/12) kemarin.
Solihat mengaku sebelumnya ia bersama yang lain, menyalurkan bantuan kepada para korban terlebih dahulu. Setelah itu, ia selfie dan diunggah di akun media sosial miliknya.
“Foto itu ada di Facebook sebagai bukti bahwa kita benar-benar di sini dan memberikan bantuan,” ucapnya.
Perempuan berusia 40 tahun ini menyadari banyak orang yang memandang kalau kegiatan selfie adalah hal dangkal. Tetapi hal itu seakan menjadi ‘wajar’, apabila latar belakang fotonya tak biasa.
“Saat orang-orang melihat foto bencana, mereka mengetahui sedang berada di tempat yang lebih baik. Foto bencana akan mengundang banyak like. Mungkin itu juga bisa membuat orang jadi bersyukur,” tuturnya.
Saat ditanya apakah pantas melakukan selfie di lokasi bencana yang kemungkinan masih ada jenazah yang belum diketemukan, ia menjawab tergantung niat masing-masing.
“Itu tergantung niat Anda. Jika selfie untuk pamer, jangan lakukan. Tetapi, jika Anda melakukannya untuk berbagi kesedihan dengan orang lain, itu tidak apa-apa,” sebutnya.
Fullerton juga mendapati seorang perempuan yang sengaja meninggalkan liburannya, kemudian melakukan perjalanan tiga jam dari Jakarta ke lokasi bencana.
“Saya ingin melihat lokasi bencana dan orang-orang yang terdampak,” kata perempuan tersebut.
Fullerton pun bertanya kepada si perempuan itu mengenai berapa foto selfie yang di ambil di lokasi bencana ini. “Banyak. Untuk media sosial dan di grup WhatsApp,” imbuhnya.
Pandangan mata Fullerton juga menemukan seorang perempuan dengan pakaian bergaya tentara, yang dilakukannya hanya menghabiskan waktu sampai setengah jam agar mendapatkan foto selfie yang sesuai keinginannya.
Fullerton sempat berbincang dengan Bahrudin, korban tsunami Selat Sunda sekaligus pemilik kendaraan SUV rusak yang terdampar di tengah lapangan penuh air dan dijadikan latar belakang selfie.
Saat ditanya pendapatnya, Bahrudin tentu saja mengungkapkan kekecewaannya saat melihat daerahnya jadi ‘wisata selfie’. Bagaimana menurut kamu?
Bahkan kompas pun membahasnya dengan berita berjudul“Tsunami Selat Sunda: Mengapa Orang “Selfie” Saat Bencana?”
Tsunami Selat Sunda Sabtu lalu membawa sebuah fenomena baru. Beberapa masyarakat berbondong-bondong menyalurkan bantuan ke wilayah Banten dan Lampung. Namun, tak sekedar memberi bantuan, beberapa orang justru asyik melakukan selfie di lokasi bencana. Fenomena ini bahkan menarik perhatian kantor berita asing seperti The Guardian. Fenomena ini menurut psikolog kebencanaan Listyo Yuwanto terkait dengan social sensitivity.
kutipan dari Suara.com lebih seru lagi “Asyik Selfie di Lokasi Tsunami Selat Sunda, 2 Motor Peselfie Dicuri”
Apes, karena sibuk selfie di lokasi bencana, dua sepeda motor pengunjung Desa Way Muli raib digondol pencuri.
“Ada pengunjung yang datang, cuma mau lihat lokasi bencana dan foto-foto. Dia parkir sembarangan, lalu sepeda motornya hilang. Mereka bukan warga setempat, dan kemungkinan yang mengambil motornya juga bukan warga sini,” kata Dahlan (37), warga Way Muli, kepada Duajurai.co, Rabu (26/12/2018) petang.
Tak hanya pengunjung, sejumlah relawan juga melakukan hal serupa. Tak sedikit dari mereka datang ke lokasi bencana hanya untuk berfoto selfie, sembari mengibarkan bendera organisasi masing-masing.
Oknum relawan itu hanya datang untuk mendokumentasikan keberadaan mereka di lokasi bencana. Mereka tidak turun tangan membantu para pengungsi, maupun memberikan bantuan makanan dan logistik.
Quote:
sumber sumber :
https://inet.detik.com/cyberlife/d-4...an-media-asing
https://www.theguardian.com/world/20...selfie-seekers
https://www.suara.com/news/2018/12/2...eselfie-dicuri
https://sains.kompas.com/read/2018/1...-saat-bencana-
Diubah oleh dheriara 27-12-2018 17:48
1
2.9K
19


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan